Hari Ini Libur

IYA. Hari ini libur, dijadikan tanggal merah sama pemerintah pusat biar orang-orang bisa melakukan pemungutan suara di kota, kabupaten, provinsinya masing-masing.

Bagi yang tetap ingin ikut pemilu, semestinya sudah tadi siang. Bagi yang justru lebih mementingkan keselamatan diri dan keluarganya, tentu memilih berdiam di rumah saja. Sedangkan bagi yang sekadar ikut merasakan libur di tengah minggu dan akhirnya pergi nongkrong atau jalan-jalan, terserah, deh, silakan bertanggung jawab atas hidup masing-masing. Meskipun masalahnya, mending kalau cuma diri sendiri yang terkena. Namun, bagaimana kalau nanti malah menulari orang lain yang–sayangnya–juga abai terhadap keselamatan.

Saya sendiri memilih untuk tidak mudik kali ini; melewatkan pemilu wali kota di kampung halaman. Penting tidak penting, tapi saya lebih ngeri kalau kepulangan dari Jakarta malah bisa bikin orang tua dan seluruh keluarga kenapa-kenapa. Dibandingkan keselamatan mereka, urusan siapa yang memimpin Samarinda dalam beberapa tahun ke depan biarlah jadi urusan orang lain. Mau siapa kek yang berhasil menang, terserah apa lah latar belakangnya (karena nuansanya masih tak jauh dari yang begitu-begitu juga), yang penting tidak bermain-main dengan bahaya.

Kan ada tes dulu sebelum terbang.

Iya, betul. Cuma, siapa yang bisa menjamin status non-reaktif atau negatif tersebut aktual. Terbangnya hari ini, tesnya dua atau tiga hari sebelumnya. Surat keterangan hasil tes memang masih berlaku, tetapi kondisi yang bersangkutan tetap rawan … dan yang paling menyebalkannya, ketika masyarakat awam bisa berpikir demikian dengan logika sederhana, kenapa pemerintah dan pihak-pihak terkait tetap memaksakan rencananya? Makanya, jangan salahkan jika angka partisipasi dalam pemilu tidak setinggi yang diharapkan.

Kalau sudah demikian, hanya bisa berupaya semaksimal mungkin untuk menghindari terinfeksi; tetap bertahan hidup dengan menjaga cashflow; menunggu tersedianya vaksin yang benar-benar aman hingga akhirnya pandemi ini bisa dikendalikan dan dikerdilkan. Jika ada yang harus ditunda atau bahkan dihentikan, dicoba sebisanya agar tidak perlu ditunda apalagi dihentikan total. Jika ada yang mesti ditahan terlebih dahulu, dicoba menahannya sesabar mungkin. Kalau sudah tidak kuat, silakan dipikir matang-matang apa yang akan dilakukan kemudian.

Inilah yang kurang lebih sempat terpikirkan tadi pagi, waktu masih goler-goler-galer macam pelepah pisang selama beberapa waktu. Hingga kemudian baru beranjak untuk ritual pagi, upaya untuk memulai pagi dengan penuh kesadaran, bukan keterkejutan atau ketergesa-gesaan. Lumayan, kendati kemudian sempat kembali terpikir tentang pekerjaan, sesuatu yang seharusnya disimpan sampai besok.

Setidaknya, sama seperti hari-hari sebelumnya, saya tidak meninggalkan hunian sama sekali. Entah demi menghindari kontak fisik dengan orang lain–walau kayaknya kemarin baru dilakukan penyemprotan disinfektan menyeluruh di semua area apartemen–atau memang dasarnya pemalas. Lagipula tidak perlu mandi, sampai diperlukan, biasanya menjelang tidur biar segar 😝 Saat menulis ini pun masih dengan kondisi yang sama dari pagi, saking mager-nya, makanya baru sempat menulis sekarang. Walau sepertinya akun Twitter Linimasa masih belum pulih dari penangguhan.

Ini hari liburku. Bagaimana hari liburmu?

[]

Tinggalkan komentar

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.