We Need Painkillers

me-why-am-l-always-cold-googles-web-md-youre-6996128
Sekarang saya punya kanal podcast kesayangan untuk didengar sambil lari lari ganteng; Doctor’s Farmacy. Dokter Hyman baru memulai podcast ini awal tahun 2018 dan dengan rutin setiap seminggu sekali menyajikan tamu yang kadang menarik kadang kurang, tetapi sekalinya menarik sering saya dengar lebih dari satu kali.

Mark Hyman dan teman-temannya ini adalah pengikut functional medicine yang memang sebagai sekumpulan yang memiliki profesi dokter dianggap pembelot, karena mereka menolak memberikan obat dari pharmaceutical ke pasien mereka. Menurut dr. Hyman, dokter seharusnya mengobati manusia, bukan mengobati penyakit. Kemudian penyakit itu juga umumnya tidak bisa diobati dan dilihat satu per satu secara terpisah, tetapi harus dipandang secara komprehensif dan diketahui sejatinya penyebabnya apa dan diperbaiki dari situ. Jadi intinya tidak seperti dunia kedokteran sekarang yang, contohnya jika Anda memiliki kolesterol tinggi, akan ada obatnya untuk itu, lalu tambahannya jika tekanan darah Anda tinggi juga ada obatnya dan seterusnya. Tetapi tidak dirunut kenapa pasien bisa memiliki keluhan seperti ini dan coba diperbaiki dari sumbernya. Menurut mereka juga kalau makanan itu jika dikonsumsi yang benar justu bisa jadi obat. Thus the channel name; “farm”acy not “pharmacy”. Permainan kata yang cukup pandai, bukan? Bukan? FINE.

Anyway.

Enggak pengin cerita soal ini intinya, tapi tentang salah satu kenyataan yang saya dengar dari satu episode dr. Hyman dengan dokter Aseem Malhotra yang satu aliran dengannya. Satu kalimat yang membuat saya manggut-manggut dan lalu agak menyambungkan dengan keadaan yang ada sekarang, di sekitar saya, mungkin juga di sekitar Anda, di sini dan mungkin di mana-mana.

Dr. Malhotra mengatakan kalau di dunia kedokteran, yang mereka butuhkan adalah “more humility and less hubris” alias lebih banyak kerendahan hati dan lebih sedikit keangkuhan. Beliau juga bercerita kalau salah satu dokter kenamaan yang jadi pengajar ketika dia masih menjadi mahasiswa kedokteran mengatakan bahwa, separuh ilmu yang mereka dapatkan di sekolah kedokteran ini akan menjadi salah dan atau ketinggalan zaman lima tahun ke depan, tetapi tidak ada yang pernah tahu setengah yang mana.

Karena itu sesungguhnya mengherankan kalau ada dokter yang dengan angkuhnya menganggap kedokteran itu ilmu pasti yang haram dipertanyakan, apalagi dibantah. Mungkin itu sebabnya banyak teman-teman kita yang memilih konsultasi ke Google MD daripada langsung ke dokter agar kurang lebih bisa mendiagnosa diri sendiri sebelum seolah terpaksa menerima mentah-mentah diagnosa dokter di rumah sakit dan terpaksa menebus resep yang tidak selalu kita ketahui juga obatnya apa.

Baru beberapa minggu lalu terjadi, seorang dokter membalut luka saya yang diakibatkan kecelakaan olahraga sambil bercerita dia baru pulang kerja sukarela dari Lombok merawat cedera korban gempa, kemudian memberikan saya resep painkiller (yang tadinya saya pikir setara Ponstan) tapi ternyata membuat saya setengah hari tak bisa bangun di kondisi bangun dan tidur (alias fly hampir seharian). Whyyyy yang luka hanya tulang kering saya, doook!

Sementara itu, di kutub ujung sana ada orang yang sampai kurang gizi karena setelah membaca referensi sana sini, menyimpulkan sendiri bahwa hampir semua makanan tak layak konsumsi dan atau akan menyebabkan penyakit, seperti yang diceritakan dr. Tan Shot Yen di sini. Mungkin jika semua dokter seperti Mark Hyman atau paling tidak banyak dari dokter seperti beliau, sebagai pasien kita akan semakin pandai dan tidak segan meminta rekomendasi, juga dr. Tan akan menjadi tidak terlalu grumpy? (Just kidding, dok!)

Anyway.

Kalau dilihat di bidang motivational speaker ya, seperti juga kasusnya di bidang kedokteran, dibutuhkan juga lebih banyak kerendahan hati dan lebih sedikit keangkuhan. Contohnya ketika diminta berbicara di sebuah forum kecil atau besar mungkin lebih banyak introspeksi dan mengakui kalau sepertinya semua orang akan bisa belajar dari semua orang, dan ilmu pembicara belum tentu lebih banyak dari audience, dan harus lebih banyak kerendahan hati untuk tidak membicarakan keberhasilan yang terjadinya sudah berpuluh tahun yang lalu dan belum ada contoh skenario terbaik yang terjadi lebih dekat dari 5 tahun yang lalu. Siapa sih yang jadi contoh itu? Enggak ada orangnya kok, hanya contoh karakter fiksi he he he.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s