Bikin Lampu Meja Sendiri

ENGGAK sengaja melihat foto berikut ini di timeline Facebook pekan lalu, langsung naksir dengan salah satunya. Itu pun kalau dijual, karena enggak ada keterangan apa-apa.

511942

Iseng nanya teman si empunya foto, lampu-lampu meja tersebut ternyata adalah karya peserta woodcraft workshop yang diselenggarakannya di Samarinda. Sang teman kebetulan sedang menjalankan usaha kriya kreatif berbahan utama kayu, dan jadi lumayan sering dilibatkan dalam event-event kekinian.

Layaknya tren workshop-workshop keren belakangan ini, para peserta diajari membuat sebuah benda yang tidak hanya berdesain unik, tapi juga harus bisa berfungsi maksimal sebagaimana mestinya. Entah untuk dipakai sendiri atau dijual. Demikian pula terhadap lampu-lampu meja tersebut.

511907

Lanjut chatting dengan teman yang tadi, dia sendiri mengaku malah belum pernah membuat lampu meja seperti itu sama sekali. Hahaha! Produk yang dibuat di bengkelnya kebanyakan berupa meja, kursi, dan perabotan sejenis yang akhir-akhir ini makin sering kita temui di coffee shop baru. Dalam workshop tersebut, ia hanya mengajari, dan membuat para peserta mampu menghasilkan unit-unit yang sedemikian lucu, meskipun cuma pakai komponen-komponen sederhana. Kayaknya, lampu meja dipilih sebagai objek praktik karena ukuran yang relatif lebih kecil, bahan yang diperlukan juga cenderung tidak terlalu banyak, mudah dibawa, cocok sebagai cenderamata pribadi, dan yang paling penting adalah berdaya guna, bukan semata-mata pajangan.

img_2053

 


Terlepas dari urusan lampu meja tadi, saya penasaran. Pembuat belum tentu bisa mengajari orang lain untuk melakukan yang sama seperti dia. Dalam diam maupun keterbatasan kata, para pembuat ya terus menghasilkan karya. Begitu pun sebaliknya, mereka yang bisa berbicara dan terkesan mengajari orang lain membuat sesuatu, ternyata belum tentu mampu melakukan dan menghasilkan barang serupa. Minimal sesuatu yang bermanfaat dan berguna.

Berapa banyak sih dari kita yang kerap menghadapi kondisi seperti ini? Saat bertemu seseorang dengan penampilan dan pembawaan meyakinkan, untuk kemudian dikecewakan dan kehilangan kepercayaan. Apakah seorang cendekiawan memang sedemikian cendekianya? Siapa yang tahu kalau ternyata lebih banyak ndombleh saat di rumah. Apakah seorang motivator memang sedemikian penuh dengan semangat positif dan motivasi juga? Siapa yang tahu kalau ternyata suka ngedumel dan misuh-misuh, atau malah meratapi nasib saat berkaca.

Di sisi lain, bagaimana dengan diri kita sendiri? Apa yang benar-benar jadi kemampuan dan keahlian kita? Kemampuan dan keahlian yang nyata dampak positifnya, walaupun kecil dan hampir tak signifikan. Apa yang bisa kita lakukan dan hasilkan (walau sederhana) sampai sejauh ini? Seberapa nyaring dan sering kita berbicara selama ini? Apakah bermanfaat?

Selebihnya, akan jauh lebih berbahaya jika tidak hanya nyaring, namun juga dibarengi dengan celaan dan hinaan kepada yang lain. Merendahkan orang-orang pekerja–dalam arti kiasan, tentu saja–hanya lantaran mereka tidak terbiasa berbicara lancar, meyakinkan, dan mudah dipahami. Ya lagipula, waktu dan tenaga mereka selama ini dihabiskan untuk bekerja; menghasilkan karya.

Selain itu, adalah hak setiap individu untuk mendengarkan dan percaya omongan orang lain. Dalam hal ini, rasa percaya juga terbagi dalam beberapa tingkatan. Mulai dari yang sekadar percaya, sampai yang yakin banget dan bersedia melakukan apa saja. Apabila kembali berkaca pada urusan workshop lampu meja tadi, para peserta percaya semua petunjuk dari pemateri, hingga menghasilkan prakarya-prakarya yang sungguhan.

Kendati sang pemateri belum pernah membuat lampu meja sendiri, arahan yang disampaikannya benar, tidak mengada-ada, berdasar, dan tetap mengedepankan kehati-hatian. Jadi deh! Di sisi lain, para peserta tentu tetap menggunakan akal sehatnya kala bekerja. Andaikan sang pemateri mulai ngaco, misalnya dengan meminta para peserta untuk memegang mata bor elektrik yang sedang berputar, pasti tidak ada yang mau melakukan itu.

511668
Bayangin aja kalau sampai percaya sama orang yang salah, itu gergaji bisa terbang ke mana-mana.

 

 

Ya untung saja, temanku tidak se-psycho itu juga 😀 Begitu pula soal percaya-mempercayai. Dalam kehidupan masing-masing, kita pasti sudah bisa memutuskannya sendiri.

[]

2 respons untuk ‘Bikin Lampu Meja Sendiri

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s