Ada yang identik dengan Lebaran selain ketupat atau opor, yaitu libur panjang. Biasanya bisa mencapai tiga hari atau lebih. Untuk tahun ini menurut kalender ada enam hari tanggal merah. Belum ditambah mereka yang memutuskan untuk mengambil cuti tambahan. Enak ya bisa liburan dan rekreasi. Sejenak melupakan pekerjaan dan rutinitas sambil menghabiskan waktu bersama keluarga. Tetapi ketika semua orang melakukannya maka apa yang terjadi? Penumpukan sejumlah orang di sejumlah tempat untuk melakukan hal yang sama. Imbasnya? Macet.
Kebon Binatang Ragunan menurut berita yang saya liat di TV pengunjung pada masa liburan lebaran bisa mencapai ratusan ribu per hari. Demikian juga dengan Kebon Binatang di Bandung. Efeknya? Untuk kota kecil seperti Bandung maka macet di satu titik bisa merembet ke mana-mana. Kalo tidak percaya tanya saja mereka yang sedang atau pernah berlibur di kota Bandung. Bandung Utara? Jangan tanya. Durasi lamanya mencapai tujuan bisa menyamai Bandung – Pangandaran di waktu normal.
Lalu Pangandaran bagaimana? Orang Ciamis pun mengalami kesulitan untuk mencapai pantai yang sebetulnya dekat dari kotanya. Cirebon? Menurut laporan dari Kak Leila dan Mas Roy sama saja. Macet. Kalo kota seperti Cirebon macet lalu bagaimana dengan tempat liburan favorit seperti Kuta? Tidak usah ditanya ya. Kalo Puncak atau Bogor? Teman saya menghabiskan 14 jam untuk mencapai Taman Safari. SUBHANALOVE!
Tentunya di media sosial pun banyak bertebaran posting dari teman-teman yang terjebak macet di perjalanan menuju tempat wisata. Atau hanya untuk sekedar mencari tempat makan. Saya pribadi sangat menghindari hal seperti ini. Karena saya mempunyai kecenderungan Bruce Banner Syndrome. Kalo kena macet yang melebihi ambang normal saya bisa berubah menjadi Hulk. Mending kalo celana yang saya pake nilon. Bisa melar. Kalo celana katun? Entar saya telanjang dong pas udah normal lagi. Malu kan. Ih.
rekreasi/re·kre·a·si/ /rékréasi/ n penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yg menggembirakan hati dan menyegarkan spt hiburan, piknik: kita memerlukan — setelah lelah bekerja;
Tentunya ada dari mereka yang tetap menikmati karena kapan lagi bisa liburan bersama keluarga. Ya macet kan wajar. Tapi tidak sedikit juga yang merasa kesal dan jengkel. Padahal ini terjadi setiap tahun. Yang artinya bisa diprediksi. Lalu ketika kita berekreasi tapi tetap terjebak kemacetan dan merasa kesal. Bukankah makna dari rekreasi menjadi samar? Kita kan liburan biar tidak penat. Biar pikiran menjadi segar kembali ketika kembali bekerja.
Mari kita definisikan kembali makna dari rekreasi.
5 tanggapan untuk “Redefinisi Rekreasi”
Karena kadang-kadang kita nggak butuh rekreasi di manapun kecuali di kamar, tapi kita menginginkan keriuhan yang kita bayangkan dilakoni orang-orang. Lalu pamer fotonya di medsos. Udah itu aja. Aslinya ngomel mulu karena macet, susah cari tempat makan dan tempat parkir, dan anak-anak kurang happy karena mau main semua tempat antre. (lah jadi testimoni ;p)
SukaSuka
saya lebih suka rekreasi di waktu-waktu yang anti mainstream.
lebih lega dan nyaman
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul sekali itu! 🙂
SukaSuka
SETUJUUUKK..!
Itu kenapa hari libur kerja yang cuma 2 hari dalam semiggu lebih sering gue habiskan di rumah. Biarin dikata anak rumahan, yang penting ndak murahan. ((apasih :p))
Sayangnya keluargaku termasuk jamaah yang wajib rekreasi pas mudik ke kampung halaman. Meski macet dan orang melimpah ruah di sana. Tapi kalo rame-rame terjebak di mobil yowis, cuma bisa disukuri aja. (tipikal wong Indonesa)
Jadi rekreasinya: menggembirakan hati karena bisa jalan sama kelurga, meski kurang gembira karena kampretnya jalanan dan crowdednya tempat yang kita datangi.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iyaya. Demi keluarga gak apa-apa ya. Setaun sekali. 🙂
SukaSuka