Apanya yang Salah?

Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.
 
Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, dibentak untuk bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan dilatih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dibuat lebih sabar dan peduli.
 
Di hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para pekerja yang suka korupsi.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak dididik untuk berpenghasilan tinggi dan mengejar hidup dengan kemewahan, mulai dari pakaian hingga perlengkapan dan bukan diajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas dan bangga akan kesederhanaan.
 
Di hampir setiap instansi sipil sampai petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek dan
anggaran uang rakyat
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih pintar dan bukan menjadi lebih jujur dan bangga pada kejujuran.
 
Di hampir setiap tempat kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa diri paling benar sendiri.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka sering dimarahi orangtua dan guru mereka, bukannya diberi pengertian dan kasih sayang.
 
Di hampir setiap sudut kota kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk saling berlomba menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah.
 
Di hampir setiap kesempatan termasuk di media sosial ini juga selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak biasa dikritik atas segala hal, bukan didengarkan segala keluhan dan masalahnya.
 
Di hampir setiap kesempatan kita sering melihat ada orang ngotot dan tak mau mengakui kesalahan.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka sering melihat orangtua atau gurunya ngotot dan berusaha keras agar tidak jadi yang bersalah.
 
Di hampir setiap lampu merah dan rumah ibadah kita banyak menemukan pengemis.
Mengapa?
 
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka selalu diberitahu tentang kelemahan-kelemahan dan kekurangan mereka, bukannya diajari untuk mengenali kelebihan-kelebihan dan kekuatan mereka.
 
Bisa jadi sesungguhnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi saat ini adalah hasil dari ciptaan kita sendiri di
rumah ditambah dengan pengaruh pola pendidikan di sekolah.
 
~ diolah kembali dari tulisan George Carlin, seorang komedian pemerhati kehidupan.

Maunya baik, dan meminta yang lain bersikap baik. Lah, diri sendiri sudah baik, belum?

Belajar agama, ego malah jadi lebih tinggi. Terjebak dalam ilusi buatan sendiri yang seolah mengatakan: “aku lebih alim daripada kamu.”

Belajar PMP, PPKn, Pendidikan Kewarganegaraan, atau Budi Pekerti (BP) cuma sebatas untuk ujian. Memilih tindakan yang benar, untuk menjawab soal pilihan ganda semata.

Apa yang akan kamu lakukan bila mendapat undangan kerja bakti dari ketua RT?

A. Ikut serta

B. Tak acuh

C. Pura-pura sakit

D. Bepergian

E. Menonton saja

Jawaban yang benar gamblang terpampang. Mau bagaimana? Berdusta untuk jawaban yang benar, atau jujur mesti jawabannya salah? Dalam kehidupan nyata, kita cenderung lebih memilih jawaban selain A. Udah ngaku aja. Lebih baik bandel tapi jujur, ketimbang (terlihat) baik tapi munafik.

Melakukan kesalahan disebut manusiawi. Tapi sekali melakukan kesalahan, langsung dicaci maki dimarahi bahkan dipukuli. Belum lagi disuruh ganti rugi. Kalau sudah begitu, siapa yang bersedia disalahkan? Meskipun memang kesalahannya sendiri. Salah benar urusan belakang, yang penting lawan dulu, biar enggak kehilangan muka dan gengsi. Salah satu bentuk perlawanannya adalah dengan melemparkan kesalahan. Lingkaran setan.

Terus, saya perlu ngomong apa lagi?

[]

By:


5 tanggapan untuk “Apanya yang Salah?”

  1. Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan

    kayaknya bener juga ya 😦

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: