Pekan Penuh Romansa

BELUM sampai sebulan yang lalu.

Gono… Aku baru nemu tulisanmu yang ini*

Itu kan tulisanku tahun lalu. Ketemu di mana?

Sengaja Googling tulisan soal itu, ternyata muncul tulisanmu…

Tumben Googling begituan?

Mau cari pembenaran. Hehehe…

“Oooh… Terus sekarang bagaimana? Yakin mau terus?”

Ya… Dijalani aja sik…”

Tapi, kamunya gimana ngejalanin hubungan ini? Senang, enggak? Tahan baper?

Sejauh ini sih senang, tapi enggak tahu nanti. Dijalani dulu aja… Paling enggak enaknya sih waktu dia lagi jalan sama pacarnya, dan mesti pura-pura enggak kenal.

Hmmm… Yang penting hati-hati ya…”

Seorang teman sedang berbahagia, walau jadi cinta nomor dua. Ia dijadikan kekasih yang disembunyikan, meskipun tetap mendapat perhatian dan rasa sayang yang berkelimpahan (setidaknya seperti dalam momen-momen yang ia ceritakan).

Sangat jelas terasa betapa bahagianya dia, bukan semata-mata lantaran telah ada seseorang di ujung sana yang jadi tujuan mencurahkan perasaan; pasangan yang bisa dimanjakan sekaligus memanjakan; namun juga sebuah kenyamanan yang melengkapi. Mutual counterpart, emotionally and physically. Kendati tetap saja, si dia sudah ada yang punya.

Ia bahagia dengan caranya sendiri. Ia bahagia dengan pilihan yang diambilnya secara sadar dan sukarela. Ia bahagia justru dengan segala keterbatasan dalam “hubungan” yang tengah dijalaninya. Makin sering membaca/mendengar romantika asmaranya, lama-lama terasa cukup sweet juga. Melibatkan pengorbanan, penantian, kerinduan, dan pengharapan. Bedanya, sang teman tadi juga harus mempersiapkan hati yang luar biasa lapang: penerimaan. Kali-kali diperlukan nanti, ketika dihadapkan pada kenyataan yang tak menyenangkan.

Saya hanya bisa membatin: “kampret!” Di satu sisi menyayangkan sang teman, yang berada dalam kondisi serbasalah seperti ini. Di sisi lain, ia tengah berbahagia, dalam sebuah cerita yang bisa saja berujung menyakitkan.

Ah, biar ini jadi urusannya saja. Dia yang menjalani, dia juga yang mengalami. Hanya yang terlibat di dalamnya saja berhak berkomentar dan memutuskan. 🙂

…kalau kamu lagi baca, kapan-kapan titip salam buat “pacarmu” itu ya. Tolong sampaikan: “Please be a gentleman.

Lain lagi dengan situasi yang dihadapi akhir pekan kemarin. Teman yang berbeda, juga sedang bahagia-bahagianya. Dia baru jadian, and they really are a cute couple. ❤ ❤ ❤

Kebahagiaan yang dirasakannya cukup kuat untuk ditularkan ke sekelilingnya, namun dengan kesan yang tetap sederhana. Sesederhana bisa bertemu dengan seseorang yang bersedia berusaha lebih untuk mengenali, mendekati, serta makin jauh mengenalinya secara personal dan emosional. Seseorang yang bisa bikin hati berbunga-bunga. Setelah sekian lama.

Saat kepoin soal hubungan yang baru saja dijalinnya, tidak ada satu momen pun tanpa pipi yang memerah dan senyum yang mengembang maksimal. Lalu, semua harapan terbaik untuk hubungan dia dan pacarnya selalu dia amini sepenuh hati. Gimana enggak ikutan bahagia, coba? 😀

Terlepas dari itu, ia tetap menyadari bakal ada percikan-percikan drama dalam hubungan mereka yang berusia masih sangat belia tersebut. Namun kemungkinan-kemungkinan itu tetap tidak bisa mengurangi kadar kebahagiaan yang tengah ia rasakan.

I feel a little rush
I think I’ve got a little crush on you
I hope it’s not too much
But babe when I’m with you, I hear it
My heart singing
La, la, la, ~~~
La, la, la, ~~~

Beda cerita, tapi dengan suasana yang serupa; sama-sama bahagia.

Apa pun keadaannya, seberapa rumit dan pelik kondisinya, rasa bahagia itu sangat mengalir serta fleksibel. Kurang lebih masih sama seperti tulisan dua tahun lalu**, bahwa kebahagiaan itu sederhana. Saking sederhananya, hanya terjadi di masa kini. Tetap menyisakan misteri di masa nanti.

Jadi, rayakanlah momen “saat ini”, jangan biarkan yang “nanti” muncul tergesa-gesa dan membebani.

Semoga kamu semua berbahagia ya…

[]

*Selingkuh
**Bahagia itu Sederhana, Katanya…

13 tanggapan untuk “Pekan Penuh Romansa”

  1. Tadi pagi aku bilang ke orang yg kutaksir kalo aku seneng dia sedang jatuh cinta (sama orang lain).

    Yah.. senengnya menular. Minimal menyamarkan luka.

    Suka

    1. Hmm… ya barangkali begitu. Penerimaan memerlukan kedewasaan dalam porsi yg lumayan besar.

      Tetap semangat ya, Mas. 🙂

      Suka

  2. aku.lagi.cari tulisan ttg umpatan dalam film2 cina,
    judulnya apaya, ko ga ketemu

    Suka

    1. Ehm, itu bukan di Linimasa sih, tapi di blog pribadi. Hehehe…

      https://dragonohalim.wordpress.com/2015/09/26/bahasa-film-hong-kong-kasar-kurang-ajar-tapi-kadung-kocak/

      Mau buat apaan memangnya? 😛

      Suka

      1. aha!
        mamacii

        Suka

        1. Hahahaha! Macama…
          Mau buat apaan siy?

          Suka

          1. katanya kalo mau belajar bahasa dari makiannya dulu, ahahhahahahha

            m goi

            Suka

  3. pas banget om sama aku sekarang. i’m happy dengan segala keterbatasan. bahwa dia bukan milik aku 24/7, dan dia harus pulang ke rumah. yang penting jalanin aja.

    Suka

    1. Semoga mendapatkan yang terbaik, ya 😊😊😊

      Suka

  4. tulisan yang di link pertama udah hampir setahun ya. saya baca juga tuh. kerasa belum lama padahal.

    Suka

    1. Waaa… Terima kasih…

      Suka

  5. semoga yang nulisnya juga (segera) merasa yang sama, berbunga-bunga ^^

    Suka

Tinggalkan komentar

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.