20

Dear younger self,

Inilah dirimu di usia 30-an. Sudah bukan di awal, tapi belum di akhir.

Sejauh ini perjalanan hidup ternyata sangat menyenangkan. Di antara kita tidak pernah menyangka bahwa thirtysomething merupakan masa-masa keemasan.
Kita sudah tahu apa yang kita mau. Kita sudah tahu apa yang kita tidak mau. Kalaupun kita masih belum tahu, ternyata orang masih bisa maklum, karena kata orang-orang, “You’re still young!” Padahal rasio orang yang memanggil “pak” sudah jauh lebih banyak dibanding yang memanggil “mas”.

Tapi surat ini tidak mau mempermasalahkan hal itu. Surat ini ditulis karena aku ingin berterima kasih kepadamu, my younger self, atas segala hal yang sudah kau lakukan di usia 20-an yang lalu, yang ternyata membuat hidup lebih mudah (dan terasa lebih muda!) di dekade berikutnya.

Beneran lho! Ini buktinya:

1. Terima kasih telah menghabiskan usia 20-an menonton film-film klasik yang serius dari tahun 1920-an sampai tahun 1960-an. Sungguh, semakin berumur semakin susah rasanya berkonsentrasi menonton film-film ringan buatan Alfred Hitchcock yang hitam putih sekalipun. Apalagi di saat menonton harus teringat deadline presentasi ke klien besok pagi.

2. Terima kasih atas semua kaset, CD, dan mp files dari beragam jenis musik populer. Mulai Britney Spears sampai Billie Holiday ke Billie Joe Armstrong, semua kita lahap begitu saja, sampai iPod penuh. Maklum, semakin bertambah usia, semakin keukeuh sumekeh kita bertahan di musik yang kita dengarkan di usia remaja dan 20-an.

3. Terima kasih buat semua buku yang kita baca. Kamu mungkin kecewa kalau aku bilang bahwa aku ragu bisa menghabiskan “Sophie’s World” atau buku Haruki Murakami hanya dalam waktu lima hari sekarang-sekarang ini. Tapi itulah kenyataannya.

4. Terima kasih sudah makan semua makanan. Literally everything! Tenang saja. Pantangan makanan karena alergi, asam urat, darah tinggi dan kolesterol baru muncul saat umur 32.

5. Terima kasih karena sudah lulus kuliah. Chances are, the older we get, the harder it is to finish or complete anything.

6. Terima kasih sempat menjadi gembel dalam perjalanan backpacking. Semakin berusia, semakin penting faktor “yang penting nyaman”, dan bukan asal murah.

7. Terima kasih bisa bertahan melek tengah malam untuk clubbing, tanpa harus menyobek bungkusan sachet Tolak Angin dan tidur dari sore sebelumnya. Staminamu di usia 20-an untuk apapun memang tak pernah tergantikan.

(Courtesy of Google)
(Courtesy of Google)

8. Terima kasih mau keluar dari rumah dan hidup sendiri, meski dalam kamar kost dan asrama yang kecil. Ternyata ini latihan buat rumah tanggamu kelak.

9. Terima kasih buat semua “coba-coba” yang tidak pernah menjadi kecanduan. Candu itu mahal harganya.

10. Terima kasih tidak pernah menghamili anak orang di luar nikah, apalagi di luar pagar.

11. Terima kasih karena telah malas berolahraga (awal 20), mulai olahraga lagi (paruh 20), malas lagi (menjelang akhir 20), dan akhirnya rajin lagi karena kesadaran diri, bukan karena trend (akhir 20).

12. Terima kasih sudah mencoba bisnis dan gagal. Investasi networking yang kau bangun nilainya jauh lebih banyak dari kerugian materimu. Lebih baik sering gagal waktu muda daripada merana saat menua.

13. Terima kasih buat semua gonta-ganti pekerjaan dari satu profesi ke profesi lain yang terlihat tidak berkaitan. Terima kasih pernah jadi pelayan restoran, badut dan tukang terima telpon. Semua itu makin memperkaya pengalaman dan pengetahuan kita.

(Courtesy of Google)
(Courtesy of Google)

14. Terima kasih pernah turun ke jalan buat ikutan demonstrasi. Kalau sekarang disuruh ikut, komentar pertama pasti: “Ngapain? Panas, cyin!”

15. Terima kasih untuk pelan-pelan mulai menerima jati diri bahwa kamu berbeda dengan orang kebanyakan.

16. Terima kasih pernah jadi minoritas di kalangan mayoritas. Empati hanya bisa datang dari pengalaman pernah tertindas.

17. Terima kasih mau berganti pertemanan. Itu tandanya kita telah semakin tumbuh dewasa. Pertemanan mengikuti evolusi pikiran kita. Teman lama cukup hadir di Facebook saja.

18. Terima kasih atas kebiasaan untuk berbagi, baik dalam perkataan, sumbangan harta atau tulisan.

19. Terima kasih pernah jatuh cinta dan patah hati berkali-kali.

20. Terima kasih, bahwa dalam semua kesusahan, kamu memilih untuk terus hidup.

Love,

xoxo.

(Courtesy of Google)
(Courtesy of Google)

By:


20 tanggapan untuk “20”

  1. Nice writing!

    Saya juga pernah nulis semacam surat buat my five year younger self di tumblr, juga five year older self.
    Mengobrol dengan diri sendiri itu menyenangkan rupanya (padahal sebenarnya ga punya teman curhat maaf curhat)
    Ya… betapa jarang kita memuji diri, membesarkan diri, dan berterima kasih pada diri sendiri, ya?

    Nice writing sekali lagi. 🙂

    Suka

    • Terima kasih, Yenni. Berbicara dengan diri sendiri itu perlu kok sesekali, karena memang perlu diperhatikan. Kalo orang Jawa bilang, “ngangoni”, alias memperhatikan. 🙂

      Suka

  2. aku kemana aja? kog tau-tau udah kepala 4 dan banyak yang belum dilakukan dari daftar di atas.

    terpekur

    Aah…semua memang sudah jadi jalanku.

    kembali bergulat jadi orangtua yang berusaha bertanggung jawab.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: