Sejarah Indonesia XXXXXXXX

So I guess this is where I tell you what I learned – my conclusion, right? Well, my conclusion is: Hate is baggage. Life’s too short to be pissed off all the time. It’s just not worth it. Derek says it’s always good to end a paper with a quote. He says someone else has already said it best. So if you can’t top it, steal from them and go out strong. So I picked a guy I thought you’d like. ‘We are not enemies, but friends. We must not be enemies. Though passion may have strained, it must not break our bonds of affection. The mystic chords of memory will swell when again touched, as surely they will be, by the better angels of our nature.’ – Danny Vinyard – American History X

Dalam filem hitam putih dan terkadang berwarna, Edward Norton berperan sebagai Derek Vinyard, semacam ustad Jaka, mantan preman yang sembuh dan berjanji ndak akan kambuh. Kisah hidupnya ditulis oleh adiknya, Danny (Edward Furlong), anak kulit putih yang begitu mengagumi sosok kakak kandungnya. Dan mereka berdua sama-sama mengagumi nazi.

Awalnya sederhana, bahwa Vinyard diminta khusus oleh gurunya untuk menulis soal sejarah amerika berdasarkan apa yang dialaminya dan dirasakannya di lingkungan tempat tinggalnya. Tugas ini diberikan setelah Danny menulis tugas kuliah dengan menulis esai soal “Mein Kampf” dan setelah diprotes gurunya yang lain.

Maka mulailah ia menulis soal kehidupannya, kehidupan keluarganya, dan terutama kehidupan kakak kandung yang begitu dikaguminya dengan sepak terjang dunia neo-nazinya. Tugas tersebut bersamaan dengan habisnya masa hukuman Derek. Ia menulis dan akhirnya berkesimpulan sebagaimana paragraf awal tulisan ini.

7d9b2a64b1cab4f02c9d046fe797ec87

Kisah Amerika diwarnai dengan pergumulan isu keragaman etnis dan kecemburuan sosial. Make America Great Again adalah kalimat kuat yang efektif hasil dari fenomena sosial yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat Amerika. Saling tuding antar ras. Warga kulit putih yang merasa terpinggirkan oleh para imigran intelek maupun pekerja kasar dari luar negaranya. Juga industri yang lesu dan tak lagi diproduksi di dalam negeri menjadikan jargon Trump begitu populer dan sukses menghantarkan dirinya menjadi presiden.

Bagaimana dengan Indonesia?

Tidak seperti kejatuhan rezim Saddam Hussein di Irak, atau Kadaffi di Libya, kejatuhan Soeharto dan dimulainya era reformasi tidak menjadikan konflik horizontal yang berkepanjangan dan berdampak luas. Hanya sekejap.

Namun bagai api dalam sekam, dalam diri masing-masing rasa curiga itu masih ada. Ahok itu Cina. Ahok itu Kafir. Tetangga saya itu arab. Pelit banget. Bos saya Batak, galak banget. Mungkin karena masih sering makan anjing. Saya putus sama pacar saya karena mamah saya ndak bolehin saya menikah dengan orang Padang. Aku ndak jadi nikah sama orang bugis, soalnya ongkos uang panaik-nya mahal. Orang sunda mah matre. Juga “hade ku barang batur” . Apalagi sukanya “biar tekor asal kesohor“.

Jika pada saat ini kita berada di persimpangan jalan, sejatinya ndak pas-pas amat. Kita berada di padang savana. Kita bebas bergerak. Tidak hanya kanan-kiri, maju, mundur atau diam. Kita juga berpotensi diam di tempat atau berputar-putar saja di padang luas dengan hamparan rumput hijau. Kita bebas menentukan dimana kita berada dan kemana kita hendak menuju. Atau lebih baik kita memamah biak saja. Berbaring hingga senja dan menjemla menjadi herbivora.

Islam dan bernegara. Pemimpin kafir dan antek konglomerat. Muslim dan khilafah. Pemimpin militeris dan warga sipil. Pengusaha dan islam moderat. Etnis tionghoa dan penguasaan sektor ekonomi.

Pada akhirnya kita secara individu akan memiliki pengalaman masing-masing. Isu nasional bukan berarti juga mejadi isu kita. Jangan-jangan masalah yang dihadapi masing-masing jauh dari isu sosial semacam itu. Diputus pacar. Susah cari uang tambahan sementara gaji semakin teras ciut. Ibu segera menjodohkan dengan anak sobat karibnya jika hingga akhir tahun tak juga dilamar pacar.

Kisah penjajahan Belanda hanya dongeng. Kekejaman komunis hanya legenda, atau jangan jangan hanya karangan belaka. Juga pembasmian korupsi kolusi nepotisme di era reformasi yang sekarang mulai kambuh lagi, dikalahkan dengan isu kapan midnite sale akan berlangsung dan di toko online apa saja harbolnas dirayakan.

Media sosial menjadikan kita berwawasan luas. Kita banyak memahami sesuatu secara ringkas dan lekas tanpa benar-benar memastikan apakah isu itu memang kita hadapi sehari-hari. Semua menjadi hibrida. Politik bercampur dengan isu agama. Asmara berkelindan dengan kebutuhan ekonomi. Karir saling mengait dengan cicilan rumah.

Apakah sejarah hidup kita sama dengan sejarah negeri ini?

Sejarah perjuangan identik dengan darah mengalir. Padahal sejatinya sejarah tidak hanya itu saja. Perjuangan kelas ekonomi, status sosial, dan terutama kepentingan golongan dan hanya segelintir orang namun membawa-bawa suara orang lain.

Jika kemarin kita belajar diet gawai, mengapa kita tidak coba diet soal politik. Ada baiknya urus soal diri sendiri dulu. Sudahkah kita lebih baik dari hari kemaren? Toh dengan banyaknya kesempatan membenci, tak membuat kita bisa indah bermimpi dan enak menjalani hari.

Sejarah Indonesia XXXXXXX, adalah sejarah tiap individu dengan pengalaman hidupnya masing-masing.

salam anget,

royriziq

bonus:

  • hade ku barang batur adalah istilah sunda yang artinya bagus karena pinjam barang milik teman.
  • biar tekor asal kesohor artinya biarlah merugi dan habis uang asalkan menjadi tenar.

3 respons untuk ‘Sejarah Indonesia XXXXXXXX

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s