Baru-baru ini Netflix baru saja rilis semua episod dari Friends. Friends adalah salah satu serial komedi situasi legendaris dari Amerika yang bertahan lama dan mendapat tempat tersendiri di para penggemarnya di dunia dan tentu saja di Indonesia. Banyak yang menonton kembali hanya karena mengembalikan memori bagaimana model rambut Rachel yang diperankan oleh Jennifer Aniston yang sempat menjadi panutan bagi remaja putri di Indonesia. Serial warisan dari era 90an, yang berakhir di tahun 2004, yang masih banyak penggemarnya hingga saat ini hampir tidak pernah menuai kontroversi. Kurang lebih sama seperti The Simpsons. Bedanya The Simpsons masih tayang serial terbarunya hingga hari ini.
Tapi ternyata banyak penonton baru, yang tentunya lebih muda, millennials banyak orang menyebutnya (walau saya kadang sudah malas menyebut kata itu), yang baru saja melihat serial Friends terkejut karena ternyata serial tersebut sangat homofobik dan seksis, rasis dan banyak lagi. Dari kurangnya aktor kulit hitam, body shaming (mengatai Monica gendut), hubungan Monica dengan teman Bapaknya yang selisih umurnya puluhan tahun. Ada Chandler yang parno karena banyak orang yang menyangka dirinya gay. Joey bukan lagi sebagai loveable idiot, tapi sekarang adalah cowok yang menakutkan dan pervert.
Wow. How do you guys sleep at night? With one eye open? Friends adalah serial mengenai enam manusia yang beranjak dewasa dan berusaha mencari mencari jati diri. Dan JANGAN lupa kalau Friends adalah serial KOMEDI situasi.
Di sini kita sedang berhadapan dengan apa yang namanya SJW, kependekan dari Social Justice Warrior. Istilah ini sebetulnya mulai dikenal beberapa tahun lalu. Tumblr dulu banyak dihuni SJW. Tapi sekarang sudah menyebar ke Twitter, Facebook dan media sosial lainnya. Tapi istilah ini sekarang sudah mulai populer di kalangan netizen atau warga internet. SJW juga dekat dan beririsan dengan feminis. Mereka banyak mengangkat isu feminisme. Isu yang dekat dengan cultural inappropriate atau politically incorrect juga bisa dihajar oleh mereka. Ada satu lagi yang harus diwaspadai dan sedang marak di Amerika Utara, Intersectionalist. Ini adalah turunan dari feminisme yang banyak peminatnya dan sangat militan. Nanti saya bahas di lain kesempatan.
Contoh lain, masih ingat dengan film “Moana”. Film tentang perempuan dari Hawaii. Banyak anak perempuan di Amerika sana yang ingin menjadi Moana di Halloween tahun kemarin. Tapi apa gerangan terjadi ternyata ada seorang parenting blogger yang berpengaruh protes dengan keputusan tersebut karena dengan mengenakan kostum tersebut itu tidak sesuai dengan kultur yang ada dan cenderung rasis. Dan banyak orang tua yang memutuskan untuk memakai kostum Elsa saja daripada anak kecil dari Polynesia. WTF?
Istilah SJW memang merendahkan. Karena mereka memang menyebalkan untuk beberapa pihak. Kasarnya, ngurusin yang gak penting-penting banget. Mereka itu berlebihan. Mengatur sesuatu yang sebetulnya bukan urusan dia tapi hanya demi keadilan sosial bagi kaumnya. Mereka sangat sensitif. Mudah tersinggung. Isu-isu yang dianggap tidak sesuai dengan “norma” yang ada bisa diserang. Mereka juga biasanya bergerombol. Mereka selalu menunggu seseorang melakukan “kesalahan” dan siap-siap menerkam.
Entah apa motivasinya mereka melakukan seperti ini. Karena sebetulnya ini membuat mereka susah sendiri. Ini juga membuat orang susah untuk orang dalam mengambil keputusan. Menjadi tidak lepas. Kita menjadi susah dalam melakukan sesuatu. Apa-apa entar dikritik. Jadi banyak pertimbangan. Bercanda berbau rasisme sekarang menjadi hal yang tabu. Padahal saya dulu sering ngata-ngatain teman saya yang China, Batak, dan lain sebagainya. Dan tidak ada yang tersinggung. Dua-duanya ketawa. Tapi sekarang? Sepertinya susah. Bercanda mengenai agama apalagi. Atau Tuhan sekalipun. Padahal ini yang lucu justru. Bahkan untuk di kalangan agama saya sendiri pun saya jadi kesulitan. Terlalu banyak Garda Penjaga Norma di luar sana. Tapi itu tidak akan membuat saya menjadi kikuk.
SJW itu ada di ranah kiri dalam ideologi politik. Mereka biasanya akrab dengan Marxisme. Mengidolakan Che Guevara, Noam Chomsky dan para pemikir kiri lainnya. Para pejuang kemerdekaan banyak dihuni oleh aktivis dari kiri. Kalo mau jujur kemerdekaan Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945 itu peran aktivis kiri sangat dominan. Peristiwa penculikan Sukarno – Hatta di Rengasdengklok itu Wikana dan Aidit berperan besar di sana.
Berada di sisi kiri itu diperlukan di Indonesia. Bahkan sangat perlu apalagi di kondisi sekarang ini di Indonesia yang pendulumnya sedang mengayun ke kanan di mana di sana ada mereka yang religius dan nasionalis. Perlu keseimbangan. Tapi jangan lebay.
Tapi ya memang apalagi di era internet dan media sosial ini memang hal seperti ini sepertinya tidak terelakkan. Selalu saja ada yang berusaha menjadi paling benar. Selalu ada ekses. Apalagi sekarang semua orang sekarang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan fifteen minutes of fame. Tetapi entah secara sadar atau tidak, saya rasa kita semua pernah mengalaminya pada titik tertentu. Hanya kadar saja yang membedakan. Ada yang oktan rendah ada juga yang oktan tinggi. Tapi jika memang tetap ingin tetap menjadi SJW teladan dan diidolakan oleh warganet ada baiknya menyaksikan tutorial di bawah ini.
Oya favorit SJW di dunia maya kamu siapa?
Favorit SJW aku adalah Sarah Jessica Warker, pemeran Carrie Bradshaw di serial Sex and the City.
SukaSuka
mbak ika natassa. dia hero aku. SJW sejati
SukaSuka
Sayang filmnya di Facebook… I have quit it long time ago…
SukaSuka