JADI semacam lambaian perpisahan. Ini kata mimin Linimasa Selasa kemarin, ketika Mojok.co resmi berhenti berbagi. Iya… berbagi, karena sejatinya kegiatan menulis dan membaca memang begitu. Memunculkan adiksi, bukan agitasi.
Kita semua sepakat, menulis itu tidak gampang. Namun tulisan yang bagus dan menyenangkan bisa habis dilahap dalam waktu sekejap. Beberapa di antaranya bahkan berlanjut dengan diskusi dan perbincangan yang tak kalah hangat. Itu sebabnya, tutupnya Mojok.co (dan beberapa blog reramean lainnya) sangat disayangkan. Banyak pembaca yang merasa kehilangan oasis, penyegar alternatif di tengah padang pasir kejenuhan informasi basi. Termasuk juga saya, dan si mimin Linimasa. Setidaknya seperti yang ditunjukkan dalam tweet di atas.
Apabila Linimasa punya Mas Roy yang tulisannya syahdu, Gandrasta yang cerdas dan lucu, Ko Glenn yang tulisan-tulisannya menyenangkan, Mbak Leila dengan perspektif yang unik, Mas Nauval yang romantis, Kang Agun yang cergas mengupas tren tapi entah menghilang ke mana belakangan ini, dan Bang Hasan yang puitis dengan jadwal menulis bergantian dalam sepekan, Mojok.co justru punya sepasukan pemasok tulisan. Topik dan pembahasannya segar. Akan tetapi biar bagaimanapun juga, ya suka-suka si empunya lapak mau ngapain. Termasuk menutupnya.
Kita mah bisa apa? Kalau kata orang Cina: “沒辦法了…”
Sepeninggal Mojok.co, jika boleh dibilang begitu, semangat berbagi di jagat maya justru mulai tinggi-tingginya. Buat kamu yang suka menulis dan gatal ingin menumpahkan opini, sangat dipersilakan untuk mengirimkannya ke Linimasa. Hanya saja, harap maklum ya, belum ada imbalan untuk segala bentuk pemuatan. Jangan tanya mengapa, karena bisa jadi memang belum ada jawabannya.
Sejauh ini, sudah ada beberapa nama yang relatif rajin mengirim tulisan. Lumayan. Saya yakin, mereka pasti juga pembaca setia Mojok.co, yang dulu mungkin juga pernah menyumbang tulisan ke sana.
Sedikit cerita juga, tantangannya mungkin sama. Linimasa tampaknya masih jauh panggang daripada api untuk monetisasi. Entah kenapa, pokoknya ya begitu deh. Bisa jadi memang tidak diarahkan ke sana, atau perkara karakteristik.
Tak peduli apa pun itu, di kita yang penting semuanya happy, ya penulisnya, ya pembacanya. Halaman depan tetap terperbarui setiap hari. Walaupun wajar saja kalau kami berdelapan sudah harus gotong royong patungan bayar hosting-an. Untung bosnya baek. Hahaha!
Untuk itu, mewakili teman-teman penulis lainnya, doain semoga (para penulis) Linimasa selalu berkelimpahan ide buat tulisan, berkelimpahan waktu dan tenaga untuk menulis sesuai jadwalnya, dan juga berkelimpahan harta biar enggak terlalu sering dipusingkan dengan urusan begituan setiap harinya.
Titip doakan juga untuk blog-blog reramean lainnya ya. Jagongan salah satunya, yang masih ada tulisan baru per tanggal 20 Maret lalu. Kami tidak peduli apa pun agamanya, tolong doakan agar sumber-sumber bacaan alternatif seperti ini tetap langgeng adanya.
…
Btw, lucu juga kalau kapan-kapan personel Linimasa dan Mojok.co bisa ngebir bareng. Ndaktau ntar bakal ngobrolin apa.
[]
“Bimbim jangan menangis” kalo kata di playlist linimusik mah…
SukaSuka
Semoga linimasa tetap bisa mengisi hari-hari ini sampai tua
Sampai bisa cerita ke anak, atau bahkan cucu.
Aku ikut mendoakan kalian para penulis linimasa.
🙏
SukaSuka
Terima kasih untuk semua doanya. Semoga kita semua terus bisa mengisi internet dengan hati. 😊
SukaSuka
Sebgai orang yg ada di circle Mojok saya cukup sedih. Saya telah kehilangan satu menu sarapan di pagi hari: https://linimasa.com/2016/05/18/suara-pembaca-situs-web-sebagai-hidangan/
Tpi kita tunggu saja ini sekadar gimmick atau ada gebrakan lainnya dari Mojok?? 😂
SukaSuka
Ya mudah-mudahan internet Indonesia tetap bisa jadi tempat merawat kewarasan. Haha!
SukaSuka