Sudah Kamis ke-4 di bulan Desember. Meskipun masih ada 10 hari lagi sampai di penghujung tahun, yang berarti masih ada film-film baru yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan, tetapi daftar tahunan ini memang lebih baik dirilis sekarang. Kalaupun ada perubahan, nanti kita akan melihat sendiri perubahannya saat Anda menerima notifikasi bahwa tulisan ini telah diperbarui.
Yang jelas, postingan ini meneruskan tradisi saya merekap “top 10 the most enjoyable cinema going experience” dalam satu tahun. Biasanya saya menulis di blog pribadi, tetapi setelah bergabung dengan Linimasa, maka saya akan meneruskan kebiasaan itu di sini.
Aturannya sederhana saja: filmnya saya tonton di bioskop. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dari minggu terakhir Desember di tahun sebelumnya sampai seminggu sebelum minggu terakhir Desember tahun ini.
Dari ratusan film yang saya tonton dalam satu tahun, terus terang saya bingung kalau ditanya filmnya bagus apa enggak. Kalau ditanya apakah saya menikmati atau tidak, maka jawabannya akan jauh lebih mudah.
Dan 10 film (plus) di sini adalah rangkuman dari sensasi itu. Ketika berada di dalam bioskop, pandangan saya hanya tertuju apa yang ada di layar. Ikut berpikir, tertawa, takut, senyum, sedih atas apa yang sedang ditonton. Ketika selesai menonton, masih memikirkan filmnya. Kadang masih berdecak kagum.
Every filmgoing experience is a very personal, subjective experience. Saya masih sangat percaya akan hal ini.
Artinya sederhana saja. Apa yang kita suka, belum tentu orang lain suka. Yang kita nikmati, belum tentu bisa dinikmati orang lain, bahkan orang yang paling dekat dengan kita.
Jadi, selamat membaca daftar di bawah.
Oh, satu lagi catatan khusus tentang tahun ini.
Ada jarak waktu yang cukup lama, selama lebih dari 6 bulan, di saat saya tidak menemukan pengalaman nonton yang menyenangkan di bioskop. Waktu itu, terakhir merasa puas menonton film di bioskop bulan Februari. Lalu kepuasan itu baru muncul lagi di bulan Agustus. Dalam jeda waktu 6 bulan antara Februari sampai Agustus itu rasanya seperti sleepwalking keluar masuk bioskop.
Film-film apa itu?
Silakan.
10. The Shallows

Inilah film yang memecah kebuntuan absennya pengalaman menonton yang menyenangkan buat saya di bioskop tahun ini. Jaraknya lebih dari 6 bulan dari film nomer satu. Indeed, it’s a pure pleasure. Sensasinya sama persis waktu menonton film Buried, yang dibintangi suami Blake Lively sendiri, yaitu Ryan Reynolds. Formula “one-person-alone-against-the-inexplicable-horror” masih bekerja dengan baik di film ini. An unexpected victory.
9. Room

By any accounts, it is a harrowing film. Namun pendekatan cerita yang tidak sensasional menjadikan film ini tidak membuat kita merasa claustrophobic. It has a very grounded storytelling, ditambah dengan penampilan gemilang ibu dan anak (Brie Larson dan Jacob Tremblay) yang membuat kita susah melupakan film ini begitu keluar dari bioskop, dan merasa lega.
8. The Beatles: Eight Days a Week – The Touring Years

Tidak banyak yang perlu saya jelaskan tentang film ini, yang tidak hanya sebuah dokumenter, tapi sebuah surat cinta terhadap The Beatles. Sudah cukup jelas penjelasan singkat di tulisan sebelumnya tentang momen musik di film sepanjang tahun ini. Lagi pula, if you can relive singing along The Beatles and watching them on big screen, then it’s already a winning experience.

Saya jatuh cinta dengan premise film ini yang bisa dijabarkan dengan sangat mudah: kejar-kejaran zombie di dalam kereta. Sudah cukup untuk membuat penasaran. Dan hasilnya pun membuat saya seru sendirian di dalam bioskop. When put in good use, Korean dramatic storytelling clearly shows its strength. This film proves it.

Sampai pertengahan tahun ini, film animasi cantik ini masih menjadi favorit saya. Di saat langkanya cerita asli di film animasi, film ini hadir dengan cerita yang penuh percaya diri tentang anak kecil yang berjuang menyelamatkan ibunya. Sebuah petualangan seru yang ketika ditonton, it immediately puts a smile on a kid in us.
5. The Wailing

Pengalaman yang kontras dengan “Train to Busan”. Durasi panjang film ini (lebih dari 2,5 jam) alih-alih membosankan. Saya tegang ketakutan sepanjang film. Padahal cerita klenik dengan intrusi makhluk supernatural yang mengganggu ketenangan satu kampung adalah cerita yang sering kita dengar sehari-hari. Namun di tangan sutradara mumpuni macam Na Hong-Jin, teror ini terlihat nyata. Salah satu film terbaik tahun 2016.
4. Neerja

Meskipun cukup banyak menonton film Hindi sepanjang tahun, namun hanya ada satu tempat di daftar saya kali ini. Dan pilihannya lagi-lagu jatuh ke film yang dengan mudah kita jelaskan secara singkat: kisah nyata pramugari Pan Am asal Mumbai yang tewas saat menyelamatkan seluruh penumpang dari pembajakan pesawat. Kekhawatiran akan kemungkinan treatment cerita menjadi lebay khas Bollywood pupus saat menonton film ini. Adegan pembajakan digarap selayaknya a proper thriller. Penampilan Sonam Kapoor sebagai Neerja membuatnya naik kelas sebagai aktris. Tapi yang mencuri perhatian adalah Shabana Azmi sebagai ibu Neerja yang harus menghadapi kesedihan. Dua penampilan berkesan tahun ini yang sangat, sangat membekas di hati.

Betapa susahnya mendeskripsikan kehilangan kepada anak laki-laki yang memasuki masa pubertas. In fact, betapa susahnya mendeskripsikan emosi kepada semua anak di masa usia tanggung. Kita semua mengalami hal ini. Maka dari itu, menonton film ini tanpa terasa akan menguras air mata. Entah itu lega atau sedih, yang jelas cerita fantasi ini bisa menjadi tontonan yang mewakili saat kata-kata tidak mampu mendeskripsikan perasaan kita terhadap kehilangan. And of course, the feeling of letting go. Film yang layak, sangat layak, untuk ditonton berulang-ulang, to understand our own emotions.
2. Your Name

Jujur, pada awalnya saya skeptis dengan film ini. Apa lagi yang mau ditawarkan oleh anime Jepang dengan tema percintaan remaja? Apalagi ditambah dengan cerita tentang time traveling.
Namun keraguan saya buyar bahkan di menit-menit pertama. Saya tidak ingat lagi kapan terakhir menonton film yang membuat saya tersenyum sepanjang film. Tanpa adegan yang dibuat mengharukan, the film actually brings hope and joy. It will make you believe in falling in love all over again.
1. Spotlight

Begitu selesai menonton, saya perlu “melipir” untuk menenangkan diri. Sempat ada rasa marah dan muak. Apalagi ini kisah nyata. Akhirnya mau tidak mau memang kita harus menerima kenyataan bahwa “organized religion can commit organized crime”. Apapun agamanya, apapun kejahatannya. Saya menonton film ini di awal tahun 2016. Ternyata isi ceritanya relevan sepanjang tahun, bahkan mungkin sepanjang masa. Membuat miris memang. Toh film ini memang mengandalkan kekuatan cerita yang sangat, bahkan mungkin terlalu powerful. Makanya, saya lompat kegirangan di depan televisi saat film ini diganjar Oscar sebagai Film Terbaik. In a rarity, the best film is indeed an important film to tell.
Sebagai bonus, ada 5 film yang saya tonton di bioskop tahun ini yang juga berkesan, yaitu: A Copy of My Mind, Don’t Breathe, Hacksaw Ridge, Pink, dan Sully.
Lalu 5 film kontemporer lain yang tidak saya tonton di bioskop, namun tidak kalah berkesan: Born to be Blue, Creed, Grandma, Hell or High Water, dan Sing Street.
(All posters, except Your Name and Neerja, are taken from IMP Awards. Neerja poster comes from filmywave. Your Name poster comes from Quora.)
Noted. Kak!
SukaSuka
Hampir semuanya film festival 😯
Anyway i really like born to be blue! And chet baker and ethan hawke !! 😍😍
SukaSuka
Hahaha. Gak juga kok. 😉 Yes, Ethan Hawke embodies Chet Baker very well.
SukaSuka
penasaran sama Kubo and the Two Strings, perlu dicari nih filmnya
SukaSuka
Silakan. 🙂 Dan selamat menonton.
SukaSuka
akan dibuat artikel khusus soal film Indonesia kah? Kalau iya aku menunggu 🙂
SukaSuka
Tentu tidak. Hahaha.
SukaSuka
Harus dicari nih filmnya…
SukaSuka
Di bioskop udah gak main lagi ya? Baru bulan lalu main.
SukaSuka
Kayaknya perlu nonton Your Name. Sudah lama tidak nonton film non-Hollywood. Sepertinya menyenangkan…
SukaSuka
It is. Saya pun mau nonton lagi.
SukaSuka