Kaka

Media massa seharusnya tak berpihak pada rezim, partai, atau kepentingan manapun. Birokrasi juga. Ia mesin bagi sebuah kendaraan. Siapapun sopirnya sekarang ia harus terus bergerak. Non partisan, tapi manut pada majikan.


Beberapa tahun lalu atau mungkin belasan tahun lalu, ketika anak pertama saya masih kecil, dan saat ibunya pergi kuliah, saya memandikan anak saya di sore hari. Mungkin usia Kaka saat itu masih dua tahun. Salah satu hal yang tidak bisa saya lakukan dengan cakap adalah menyeka basah tubuhnya dengan handuk. Mengapa? Karena ternyata saya sendiri pun hingga saat ini ndak bisa handukan dengan baik dan benar. Masih saja ada bulir air yang menempel. Entah di bagian belakang paha, punggung atau betis. Karena dalam pikiran saya, toh nantinya akan mengering sendiri.

Setelah mandi, saya akan mengambil handy cam dan mengabadikan momen berdua ini. Saat itu kami belum sanggup menyewa jasa pembantu. Kami hanya bertiga. Saya akan mendokumentasikan caranya meminta susu, lalu menerima botol, dan menyedotnya hingga tandas. Saya ingat betul saya seringkali kehabisan susu kaleng karena tingkat komsumsi Kaka begitu mumpuni. Satu kaleng 400gr hanya beberapa hari saja. Hasilnya, usia 3 tahun anak saya bobotnya 25 kg. Obesitas? Bisa jadi. Giginya juga keropos karena kandungan gula yang dikandung susu kalengan ini. Saat itu justru saya bangga memiliki anak gembrot. Padahal dalam hati kecil saya, anak ini memang terlalu berlebihan bobot tubuhnya.

 

Kegiatan berdua ini dilalui hingga beberapa tahun. Terkadang saya iseng mengenakan pakaian yang bukan milik Kaka. Saya berikan kaos milik saya. Kaka secara seketika berubah menjadi si Unyil. Bayi dengan baju kegedean. Mirip orang-orangan sawah. Saya tertawa. Dia tidak. Saya senang. Dia biasa-biasa saja. Atau mungkin juga senang tapi tidak tahu cara mengungkapkannya. Bisa jadi, bagi dirinya saya sudah kenakan baju dan dia tak kedinginan sudah cukup. “Terima kasih Ayah”, mungkin itu yang akan diucapkannya. “Sama-sama Kak”, balas saya dalam hati.

Salah satu hal yang menyenangkan lainnya adalah Kaka menyukai kegiatan membaca. Jadi usai mandi dan bersih-bersih, sisiran dan kenakan minyak telon serta bedakkan, saya akan ambil majalah atau koran atau buku atau komik atau apapun yang sekiranya bisa dikunyah sore itu. Saya akan berikan dia buku dan saya baca koran. Kami sama-sama membaca. Bedanya ia masih menerka-nerka. Saya diam-diam memperhatian dia yang sedang memperhatikan saya apa yang harus dilakukan dengan benda seperti buku dan majalah di hadapannya itu. Ternyata ia menyimaknya dengan seksama. Melihat gambar dan akan menowel atau memanggil saya jika ada bagian dari halaman yang menarik.

“Uyungggg…”, sembari menunjuk gambar sekawanan burung dara di plaza sebuah kota eropa. “Alon!” saat melihat balon. “Jah, lapah, limau, mamam”, saat melihat padang savana afrika. Kegiatan yang tak terlupakan. Bahkan saat itu dia sudah dapat memegang koran dengan baik. Dua tangan yang memegang dia sisi lembar koran. Saya tertawa jika menyksikan pose ini. Seorang anak kecil yang seolah-olah sedang takzim membaca peritiwa dunia.

Hasilnya cukup lumayan. JIka di akhir pekan kami sempat jalan-jalan, Kaka akan banyak menyeret ayahnya untuk ke Periplus. Atau Gramedia. Koleksi bukunya hampir mengalahkan koleksi ayahnya. Semua buku dilahapnya dengan sempurna.

Zaman berkembang, selain melahap buku, sekarang ia malah lebih rajin melahap pulsa dan quota.

Media massa seharusnya tak berpihak pada rezim, partai, atau kepentingan manapun. Birokrasi juga. Ia mesin bagi sebuah kendaraan. Siapapun sopirnya sekarang ia harus terus bergerak. Non partisan, tapi manut pada majikan.

Kalimat pembuka sekaligus penutup  di atas adalah kalimat yang pernah saya baca entah judulnya apa, kapan dan dimana, tapi yang saya ingat adalah saya membacanya bersama Kaka, pada suatu sore yang manja.

 

salam anget,

Roy Handukan

 

2 respons untuk ‘Kaka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s