Cerita sebelumnya bisa dibaca di sini
Pak Johnny sedang kunjungan dinas ke Singapura ketika dia mendapat kabar bahwa istrinya meninggal secara tidak wajar di mobilnya sendiri. Ada yang janggal dari kejadian ini. Semua tau itu. Yang menjadi pertanyaan kenapa? Dia bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah pekerjaannya yang cukup kotor menciptakan musuh yang tega membunuh istrinya hingga terpotong-potong. Manusia macam apa yang melakukan hal itu? Dan dia tidak sendiri. Ada tiga keluarga yang menjadi korban. Dalam rangkaian waktu yang relatif berdekatan. Semuanya tewas dimutilasi. Johnny menghisap rokoknya dalam-dalam. Abu rokok jatuh ke celana jinsnya yang sudah lusuh.
Pemakaman baru saja rampung. Terlihat para sanak saudara dan teman terdekat berbaju gelap satu per satu mulai meninggalkan lokasi sambil mengucapkan belasungkawa kepada perempuan berparas jelita berkerudung hitam dan kacamata ala Jackie O. Dia hanya membalas ucapan belasungkawa dengan ucapan terima kasih dan senyum ala kadarnya. Mia berduka tapi tidak menangis. Sesuatu yang tidak biasa di usianya yang baru menginjak kepala tiga. Dia terus menatap pusara kedua orang tuanya yang tewas mengenaskan dan hingga kini belum diketahui pelakunya siapa.
Johnny mendekati Mia. Berdiri di sampingnya. Cuma tinggal mereka berdua di pemakaman itu. Mia menoleh, lalu kembali melihat pusaran kedua orang tuanya. Kita berada pada pihak yang sama. Pihak yang terluka. Apakah kamu pikir aku juga ingin menemukan pelakunya dan melihatnya menderita dan memohon untuk dikasihani sambil meregang ajal? Iya, Mas. Saya cuma tidak mengerti apa yang dia cari. Barang berharga tidak disentuh. Tidak ada yang hilang. Kecuali nyawa orang tua saya. Hidup saya tidak akan tenang sampai kapanpun jika pelakunya tidak ditemukan. Betul. Jangan lupa dia bisa saja masih mencari korban berikutnya. Termasuk kita berdua. Hujan mulai turun dari langit yang mendadak gelap. Ayo Mia kita pulang. Nampaknya akan hujan besar sebentar lagi. Mereka pun berjalan bersama menuju pelataran parkir mobil. Sebelum berpisah menuju mobilnya masing-masing. Johnny berkata kepada Mia. Kita akan menemukan pembunuhnya. Itu janji saya.
Tumben Bu Haji, jam segini baru dateng. Iya nih, Bang. Nganter anak sekolah dulu tadi. Bapaknya lagi sibuk. Berapa sekarang daging sapi? 140 ribu, Bu Haji. Naek nih dari sananya. Tambah sini tambah mahal aja, Bang. Ya udah ambil sekilo deh. Iya saya kan cuma dagang aja, Bu Haji. Losnya selalu penuh. Los paling besar di Pasar Kramat Jati. Tangannya lincah memainkan golok. Lalu dia asah goloknya agar lebih tajam. Setelah itu dia mulai memotong daging yang tergantung. Dia potong daging sapi itu seperti anak kecil memotong kue tart. Terlihat berantakan tapi hasilnya rapi. Bang Fahmi, saya ke sana dulu ya. Lupa tadi beli cabe. Entar balik lagi. Iya, Bu Haji. Jawabnya sambil melirik Bu Haji yang perlahan menghilang di balik kerumunan pembeli yang lalu lalang.
dan kemudian….(bersambung…)
SukaSuka