Rejeki

Karena kami ingin menghindari jenama: “Pekerja Teks Komersial”, maka dari itu linimasa hingga saat ini  belum berpikiran untuk menjadikannya buku dan dijual dengan harga tertentu. Seperti apa yang sering dibilang Yajugaya, “Hati tak pernah mencari, ia jatuh sendiri.” Hal ini berlaku juga soal rejeki. Dia bisa muncul darimana saja. Bisa jadi para Penulis linimasa ndak mendapat rupiah dari tulisannya secara langsung, tapi yakin saja banyak hal menyenangkan yang dapat terjadi di kemudian hari.

Rejeki bagi sebagian adalah melulu uang. Apa iya? Apakah mendapat rejeki itu karena kita hoki?

Ketika kecil saya pernah diceritakan engkoh-engkoh cina, tetangga rumah kakek saya. Bahwa untuk menjadi hoki itu harus bangun lebih pagi, kerja lebih giat dan senantiasa berkenalan lalu bersahabat dengan orang yang tepat.  Ini soal hoki yang diusahakan dan nantinya akan berwujud materi. Ndak papa. Namanya juga engkoh-engkoh.

Lain lagi kawan saya pernah bilang suatu hari. Rejeki itu bentuknya bisa dalam wujud tubuh yang sehat. Juga dalam wujud air hujan. Saya menduga, masa kecilnya dihabiskan dengan ngojek payung.

Tapi bagi sebagian lain rejeki ndak penting. Mereka lebih memilih ndak kena musibah. Rejeki ndak usah dikejar. nanti malah ada apa-apa yang bikin mereka malah celaka. Semacam kesepakatan atau sejenis MoU dengan nasib, bahwa mereka ndak perlu  rejeki gede-gede yang biasanya sepaket dengan malapetaka. Kecil tapi ademayem.

Ketika peneliti Harvard menyimpulkan bahwa: “Good relationships keep us happier and healthier“,  maka rejeki melimpah tak menjadi penting lagi. Maka pepatah Jawa yang disampaikan Umar Kayam menjadi sahih: “Mangan ora mangan kumpul“. Karena untuk menjadi arif selalu banyak cara. Boleh berbeda asal harmonis. Karena ndak mesti hitam dipertentangkan dengan putih. Goenawan Muhammad bilang begini, “Hidup, seperti tersirat dalam tulisan Umar Kayam ini, tidak bisa dilihat secara ekstrem; banyak problem, tapi kita masih bisa selalu betah karena hidup tak pernah jadi proses yang soliter.”

Dalam diskusi saya dengan Glenn, muncul sebuah istilah jawa “Sak Madya“. Di tengah-tengah. Ndak berlebih, juga ndak kurang. Secukupnya. Termasuk soal ambisi. In between nrimo and ngoyo.

Lantas, apa arti rejeki bagi kamu Om Roy? Bagi saya, rejeki adalah segala hal yang membuat jiwa tenang dan hati yang berseri-seri.

Karena kaya bukan karena banyak membeli, tapi banyak memberi.

Selamat bermalam minggu.

Salam anget,

Roy

 

 

 

 

 

6 respons untuk ‘Rejeki

  1. Semoga penulis linimasa semuanya dimudahkan selalu rezeki dan kebahagiaannya, serta diberikan karma baik oleh Tuhan YME, karena udah bikin saya jadi kekinian dan selalu memberi semangat positif. Terutama om Sayur. Sekian 🙂

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s