Sepeda adalah Koentji
Sepeda adalah alat transportasi paling keren. Saya meyakini kalimat tersebut sepenuh hati. Mengapa? Karena sepeda hampir-hampir membuat saya lupa bagaimana rasanya menyukai jalan raya terakhir kali.
Sebetulnya ndak benar-benar cukup sepeda. Perlu ada tambahan: lipat. Karena sejak saya gunakan sepeda lipat, jalanan kota yang saya tinggali benar-benar jauh lebih bersahabat dan menyenangkan.
Apa saja yang membuat saya menyukai jalanan Jakarta karena sepeda lipat?
- Sepeda lipat tidak melibatkan parkiran dalam setiap aktivitasnya. Jika saja parkir dianggap pamrih. Maka dengan sepeda lipat, saya tidak berpikir pamrih dalam bersepeda. Kemanapun akan selalu ada tempat. Bersepeda menjadi ikhlas.

- Jalanan Jakarta memberikan ruap suasana pagi dengan pohon rindangnya. Hal tersebut hanya bisa dirasakan jika kita naik becak dengan atap dilipat. Atau naik mobil sport dengan kap terbuka, atau mobil trungtung pengangkut pasir, naik gerobak, atau bersepeda.

- Dengan bersepeda saya paham benar bahwa jalan sekitar Taman Suropati itu relatif tinggi dan jalanan menuju Tugu Tani relatif menurun. Jalan Thamrin depan Sari Pan Pacific menuju Sarinah juga menurun. Mengapa demikian? Karena gowesan setiap lintasan terasa benar mana yang semakin berat atau ringan, tergantung pada sudut kemiringan jalan. Konsekuensi lanjutannya, kita menghargai benar bahwa jalan tidak hanya belok kanan kiri, tapi juga naik turun.

- Ringkas karena jika capek, bisa panggil taksi atau gojek. Karena saya juga manusia biasa yang memiliki dengkul mudah nyeri. Maka ndak perlu paksakan diri. Fit? Gowes. Pegal? Taksi. Sepeda dilipat dan letakan di bagasi.
- Sepeda itu mesin waktu. Jika jalanan semakin macet justru semakin cepat. Karena semua kendaraan terhenti dan sepeda dapat meliuk-liuk diantara spion mobil dan plat nomor.
- Dengan bersepeda pengeluaran biaya bensin/ menjadi nol rupiah. Hanya saja tagihan warteg samping kantor sedikit membengkak.
- Bersepeda membuat kita hidup seperti yang ada di tipi. Menguasai jalanan dengan santun, menikmati hidup dan menjadikan kota arena bermain kita.
Selamat pagi, Satu lagu dari saya.
Salam anget dari hati.
Roy

Tinggalkan komentar