“Manusia-manusia Gelisah” Versi Digital

HAHA! Akhirnya bisa kembali menulis di blog keroyokan ini. Terima kasih Mas @Roysayur!

Sejak tulisan terakhir bulan puasa tahun lalu, sudah banyak banget yang terjadi. Di kehidupan saya, kehidupan Mas Roy, kehidupan Kakak-Kakak penulis Linimasa lainnya, dan kemungkinan besar di kehidupan teman-teman semua. Kita, atau mungkin setidaknya saya, seakan tidak ada habis-habisnya dibuat merasa gelisah. Bukan gelisah yang geli-geli basah, melainkan terus bertanya-tanya, menduga masa depan, mengkhawatirkan apa yang bisa terjadi jika mengambil keputusan yang ini, dan yang itu.

Kalau dipikir-pikir kembali, hal yang seperti ini memang wajar. Karena hidup, dan kehidupan yang terus berjalan, akan menjadi lebih pelik, rumit, dan complicated dibanding sebelumnya. Komplikasi terjadi bukan semata-mata karena masalah. Komplikasi justru kerap terjadi saat pencarian solusi atas masalah, dan ketika menjalankan apa yang kita yakini sebagai solusi. Sebuah masalah yang dianggap selesai, memunculkan perkara baru. Begitu seterusnya. Bahkan tanpa kita sadari, kita sendiri yang justru menciptakan masalah baru. Nyadarnya setelah sudah setengah jalan.

Anyway…

Ada salah satu hal, yang mungkin jadi sumber kegelisahan bagi sebagian orang, yang tengah semarak-semaraknya sekarang.

Saya pengin sedikit main-main. Dan setelah memberikan pengayaan, begini jadinya.

Manusia-Manusia Gelisah

Mencapai keberhasilan dan kesuksesan, mengejar kebahagiaan bagi dirinya dan keluarga, itu merupakan impian dari generasi terdahulu. Namun, generasi saat ini memiliki keinginan yang berbeda. Mereka mencari pengalaman, jati diri, dan ekspresi diri. Generasi saat ini juga mengejar berbagai hal, tetapi lebih kepada ekspresi diri yang sesuai dengan identitas yang mereka miliki.

Namun, kegelisahan terjadi pada keduanya, tetapi tentu saja dalam bentuk yang berbeda. Generasi terdahulu mungkin merasa khawatir tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan memastikan keamanan keluarga mereka. Sedangkan generasi saat ini merasa khawatir tentang bagaimana mereka dapat mengekspresikan diri mereka secara autentik dan memperoleh pengakuan dari orang lain.

Ekspresi individualisme juga berbeda. Generasi terdahulu lebih cenderung untuk mengejar kesuksesan di bidang karir dan finansial, sedangkan generasi saat ini cenderung mengejar kebebasan berekspresi dan mencari pengalaman baru.

Namun, tidak peduli seberapa berbeda caranya, semua manusia merasa gelisah. Kita terus mencari cara untuk memenuhi keinginan dan meraih cita-cita kita. Kita berjuang untuk menemukan identitas diri kita dan mengekspresikan diri dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai kita. Kita semua manusia-manusia gelisah.

Bagaimanapun, menjadi gelisah adalah bagian dari manusia dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, yang penting adalah bagaimana cara kita mengekspresikan dan menyalurkan kegelisahan tersebut untuk menjadi lebih baik dan berkembang.

ChatGPT.

Apakah mewakili kondisi kita?

[]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s