Situasi di tahun 2021 yang sedikit banyak lebih bisa kita antisipasi dibanding tahun 2020, membuat saya bisa membaca sedikit lebih banyak buku tahun ini. Tahun ini saya akhirnya mulai bepergian ke luar kota lagi, sehingga saya bisa menghabiskan waktu perjalanan dengan membaca buku. Commuting or traveling adalah salah satu kegiatan yang membuat kita bisa menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku. Maklum, dalam kasus saya, kalau berdiam diri di rumah, lebih banyak “godaan” untuk melakukan aktivitas lain.
Namun ada satu hal yang saya sadari terjadi. Kecepatan saya untuk menyelesaikan membaca buku, mulai menurun. Saya belum tahu persis, apakah ini faktor usia yang terus merambat naik, atau efek dari pandemi, atau gabungan keduanya. Sedikit menyebalkan, memang. Namun rasa penasaran melihat buku yang belum selesai dibaca dan ingin menyelesaikannya, selalu mengalahkan kesusahan berkonsentrasi ini.
Yang jelas, ada lima buku yang jadi favorit saya tahun ini, dan beberapa kutipannya yang menurut saya sangat mewakili isi bukunya. Semoga bisa menjadi teman bacaan teman-teman, baik di musim liburan akhir tahun ini, atau kapanpun teman-teman menyempatkan membaca.
• Klara and the Sun (Kazuo Ishiguro)
Kalau memilih satu novel yang paling saya tahun ini, “Klara and the Sun” adalah pilihannya. Sama seperti “Never Let Me Go”, novel ini membawa kita ke tengah-tengah suasana distopia yang membuat kita bertanya-tanya, apakah sebenarnya arti mencintai dan dicintai, terlebih untuk sebuah robot artifisial yang dibuat sedemikian rupa seperti manusia?
“Until recently, I didn’t think that humans could choose loneliness. That there were sometimes forces more powerful than the wish to avoid loneliness.“

• Mike Nichols: A Life (Mark Harris)
Saya menonton sebagian besar fllm dan serial buatan sutradara Mike Nichols, seperti Working Girl, The Graduate, Who’s Afraid of Virginia Woolf?, Carnal Knowledge, Wit, dan lain-lain. Maka saya pun langsung membeli buku ini di minggu pertama dirilis, sesuatu yang jarang saya lakukan. Terus terang, saya puas. Buku ini memotret seorang Mike Nichols apa adanya, lengkap dengan semua prestasi dan kesalahan-kesalahan besar, yang membuat sosoknya sangat humanis.

• Shuggie Bain (Douglas Stuart)
Terus terang saya sempat kesulitan meneruskan membaca buku ini. It’s very bleak and depressing. Teman saya mengomentari sambil bercanda, “Hidup lagi susah, kok kamu cari bacaan yang susah.” Tapi karakter-karakternya yang sangat hidup membuat saya bertahan meneruskan membacanya. Lewat separuh, akhirnya saya menemukan kekuatan cerita ini, yang membuat kita remuk redam dan mungkin ikut menangis sepanjang membacanya.
“Flames are not just the end, they are also the beginning. For everything that you have destroyed can be rebuilt. From your own ashes you can grow again.“

• This is How It Always is (Laurie Frankel)
Cerita Rosie dan Penn, pasangan suami istri, dalam menghadapi perubahan identitas jenis kelamin anak mereka, Claude, sangat menarik untuk diikuti. Gaya penceritaannya lugas, dan pilihan diksinya sederhana. Ini membuat kita bisa menangkap kebingungan, kemarahan, rasa pasrah dan ketegasan mereka dengan jelas.
“If you wrote your own characters, they didn’t disappoint you like real people did. If you told your own story, you got to pick your ending. Just being yourself never worked, but if you made yourself up, you got to be exactly who you knew yourself to be.“

• Writers and Lovers (Lily King)
Ini adalah salah satu novel paling cepat yang saya selesaikan membacanya tahun ini. Gaya berceritanya dibuat ringan dan menyenangkan, sesuai dengan karakter dan kisah hidupnya yang banyak kita jumpai di film-film Hollywood pertengahan 90-an sampai awal 2000-an. Tapi di balik tampilannya yang sweet, ada kegelisahan hidup yang ternyata we can relate all too well.
“You don’t realize how much effort you’ve put into covering things up until you try to dig them out.“

(all images are from Goodreads)
Apa saja buku yang teman-teman baca dan suka tahun ini?