Saya ijin tidak menulis hari ini, ya.
Kenapa?
Sedang mempersiapkan acara besar minggu depan. Setiap hari selalu ada meetings atau tatap muka secara virtual. Tidak hanya sekali-sekali, namun bisa berkali-kali dalam satu hari. Saya merasa letih luar biasa.
Baik kalau begitu. Tidak apa-apa.
Terima kasih.
Lho, tapi ini ijinnya tidak menulis ‘kan?
Iya, benar.
Tapi ini kok menulis?
Maksudnya?
Iya, ini kan menulis. Ijinnya disampaikan dalam bentuk tulisan.
Oh.
Oh?
Lho?
Eh?
Anu …
Errr …
Gimana, ya?
Iya, gimana?
Soalnya ngobrol pun sekarang menulis ‘kan?
Maksudnya?
Kita ngobrol, atau “ngobrol” di aplikasi percakapan pun, kita menulis apa yang kita mau ucapkan kan?
Benar juga. Kita jadi tidak pernah benar-benar berbicara saling bertatap muka beradu pandang, ya.
Bukan tidak pernah. Tapi jarang sekali. Jangankan saling melihat. Saling mendengar suara lewat percakapan telpon pun, dianggap sesuatu yang sakral.
Betul itu. Jadi masih mau ijin?
Iya.
Yakin?
Yakin.
Ini tulisannya sudah mencapai ratusan kata, lho.
Wah …
Makanya.
Kalau begitu, saya …
… ya?
Tetap absen saja dulu.
Baiklah.
Salam ya.
Salam apa? Buat siapa?
Salaman yuk, sambil cipika-cipiki nggak pake masker.
*end chat*