Sering kali kita dengar omongan semacam ini:
“I miss doing nothing with you.“
“Kangen deh, cuma berduaan aja, nggak ngapa-ngapain.”
Padahal yang dimaksud dengan doing nothing itu ternyata duduk berdua, saling berpegangan tangan atau berpelukan, sambil nonton film di Netflix. Atau masing-masing membaca buku, dengan yang satu bersandar di bahu yang lain. Atau makan sambil melihat ponsel masing-masing, namun kaki satu sama lain saling berdekatan.
Itu berarti, masih ada kegiatan yang dilakukan. There are activities to do, which can be many things, which are definitely the opposite of nothing.
Bagaimana mendeskripsikan nothingness? Ternyata susah. Sebuah kotak kosong berwarna putih pun tidak bisa mewakili deskripsi kekosongan, karena ketika sebuah benda nyata hadir untuk mewakili perasaan yang tak berwujud, maka mau tidak mau perasaan tersebut sudah dipaksa berubah menjadi benda nyata. Yang tadinya intangible dipaksa jadi tangible.
Toh yang namanya benda abstrak, mau tidak mau harus bisa dijabarkan. Paling tidak dengan kata-kata. Maka banyak lirik lagu yang menggambarkan kekosongan atau kehampaan. Ketika bahasa visual sudah tidak bisa menggambarkan kekosongan, maka karakter dalam film akan berkata, “Aku kesepian, bang.”
Tulisan (super) singkat kali ini tidak akan menambah jadi pendeskripsi kekosongan. Malah saya lagi berusaha membuat tulisan yang menggambarkan kekosongan ide menulis apa minggu ini, di saat sudah ada tekad pribadi untuk semakin rajin menulis di Linimasa setiap minggunya.
Jadilah tulisan ini, yang terdiri dari rangkaian kata dan kalimat yang berusaha menjelaskan kekosongan, only to result in the mere attempt to do so.
Semoga anda yang membaca bisa menemukan banyak hal yang bisa dilakukan dan diresapi maknanya, atau diapresiasi, di hari-hari yang penuh ketidakjelasan ini. Supaya tidak kosong melompong.
