It’s a Lovely Day, Januari

Kenapa kita sedih saat kita mendengar berita ada seniman, terutama penyanyi dan musisi, yang meninggal dunia? Karena mereka bisa menyampaikan isi hati kita yang tidak bisa kita ungkapkan lewat karya mereka.

Kesimpulan di atas saya temukan dalam beberapa bacaan seputar fenomena mengapa banyak orang yang berduka saat ditinggal pergi penyanyi yang mereka cintai. Terlebih dengan penyanyi yang lagu-lagunya kita dengarkan selama bertahun-tahun. Mau tidak mau, tanpa kita sadari, kita telah tumbuh menjalani hidup dengan mereka.

Saya ingat, saya menangis waktu Whitney Houston meninggal di malam menjelang Grammy Awards 2012. Harus saya akui, lagu-lagu Whitney Houston adalah bagian tidak terpisahkan dari masa kecil sampai masa remaja saya. Lagu-lagu macam “Greatest Love of All” atau “Saving All My Love for You” mengingatkan saya akan beberapa bagian dari masa kecil.

Lalu saya menangis saat George Michael berpulang di hari Natal 2016. Album “Older” dengan lagu “Jesus to a Child” adalah bagian penting dari masa remaja, saat mulai menyadari betapa lagu-lagu George Michael di album itu seolah mewakili perasaan saya saat itu.

Demikian pula saat Dolores O’Riordan, penyanyi utama grup The Cranberries, dan Marie Fredriksson, penyanyi utama duo Roxette, berpulang. Bahkan saya pernah menulis khusus dan membagi playlist The Cranberries di Linimasa ini. Lagu-lagu The Cranberries dan Roxette yang saya dengar lebih dari dua puluh tahun telah membentuk saya seperti sekarang ini.

Di tengah masa pandemi Covid-19 ini, kita dipaksa akan terus mendengar dan membaca berita kematian orang-orang yang tidak kita kenal secara langsung, namun telah memberi pengaruh yang nyata dalam hidup kita. Sebuah proses yang tidak mudah. Kita akan dipaksa untuk memproses perasaan duka dalam waktu yang begitu cepat, sebelum berita kematian lain datang dan membuat kita menghela napas panjang lagi.

Akhir pekan lalu, saya mendengar kabar bahwa musisi senior Amerika bernama Bill Withers meninggal. Awalnya saya hanya membaca berita ini sekilas saja, sambil membatin, “Oh, kayaknya pernah dengar nama musisi ini.” Lalu saya baca lagi obituari dia.

Baru setelah itu saya sadar, saya selalu mendengarkan lagu-lagu Bill Withers selama bertahun-tahun tanpa tahu bahwa lagu-lagu tersebut adalah karya beliau yang dia tulis dan nyanyikan.

Saya jatuh cinta dengan lagu “Ain’t No Sunshine” saat saya pernah patah hati. Atau kalau lagi in a melancholy mood, lagu ini sengaja saya mainkan sambil berjalan kaki.

Kalau semangat saya lagi naik, maka sering kali saya memutar lagu “Just the Two of Us” versi asli, yang ternyata juga ditulis dan dibawakan oleh Bill Withers ini. Atau lagu “Lean on Me” yang menyiratkan pesan bahwa semua akan baik-baik saja, kalau kita mau jujur dengan diri kita sendiri. Jujur terhadap apa yang kita butuhkan atau perlukan dari orang lain.

Namun ada satu lagu yang Bill Withers ciptakan dan nyanyikan yang paling membekas di hati saya. Lagu itu berjudul “Lovely Day”. Lagu ini selalu saya jadikan pick-up song, atau lagu untuk membangkitkan semangat untuk memulai sesuatu. Selalu saya putar saat saya malas untuk lari atau berolahraga, dan saat lagu ini terdengar, seperti ada sesuatu yang meyakinkan saya bahwa it’s gonna be a lovely day.

Ternyata saya tidak hanya memerlukannya saat mulai berolahraga. Saat perasaan sedang down, tiba-tiba saja saya bisa tersenyum mendengar “Lovely Day” ini, dan pelan-pelan semangat mulai naik lagi. Sometimes, a song can do magic inexplicably. And we’re grateful for that.

Belum selesai rasanya memproses berita kepergian Bill Withers beberapa hari lalu, tiba-tiba kita dikejutkan berita berpulangnya Glenn Fredly. Beliau wafat hanya beberapa jam sebelum tulisan ini dibuat dan anda baca.

Seperti saya tulis di media sosial, kita semua punya momen-momen dalam hidup kita selama beberapa belas tahun terakhir, di mana kita perlu mendengar lagu Glenn Fredly untuk membuat semua terasa lebih baik, terasa bisa dijalani, or just to get by.

Masih jelas teringat di kepala saya, saat lagu “Akhir Cerita Cinta” diputar di sebuah toko buku, mendadak saya terdiam sambil berdiri. Saat itu saya baru mengakhiri sebuah hubungan, di mana saya pikir saya baik-baik saja. Ternyata, satu lagu bisa memporak porandakan kekuatan diri.

Seorang teman pernah berkata, lagu “Januari” adalah lagu yang paling banyak dinyanyikan di sebuah kompetisi pencarian bakat tempat teman saya pernah bekerja saat itu. Dia sampai bosan mendengar lagu itu. Namun berita kepergian Glenn Fredly membuatnya menangis, teringat kembali masa-masa yang dia lalui saat itu.

Demikian pula dengan lagu “Jejak Langkah Yang Kau Tinggal” yang saya dengarkan beberapa tahun setelah lagu itu dirilis pertama kali, karena saya baru paham, bahwa lagu ini memberikan makna penuh tentang closure dalam hubungan asmara.

Seorang teman yang lain pernah dengan sengaja memutar album “Selamat Pagi, Dunia!” karya Glenn Fredly sepanjang perjalanan di mobil, hanya untuk bisa melupakan masalah pelik yang saat itu dia hadapi.

selamatpagidunia-source-applemusic
Selamat Pagi, Dunia! (source: Apple Music)

 

Rasanya tidak berlebihan kalau saya bilang, bahwa semua orang di Indonesia yang pernah patah hati dan putus cinta, pasti pernah mendengarkan lagu Glenn Fredly. Iya, ‘kan?

Silakan simak playlist lengkap lagu-lagu Glenn Fredly ini untuk mulai mengingat-ingat lagi kenangan yang pernah ada dalam hidup kita.

Saya percaya bahwa karya yang dibuat dengan hati dan dibawakan dengan sepenuh hati, akan lebih abadi.

Lagu-lagu Bill Withers yang dibuat di tahun 1970-an nyatanya masih relevan sampai sekarang. Demikian pula lagu-lagu Glenn Fredly yang dibuat dan dinyanyikan di awal sampai pertengahan tahun 2000-an, semoga masih akan didengar, diresapi dan dirasakan oleh generasi penerus kita nantinya.

Kita semua perlu lagu dan karya seni untuk mengungkapkan apa yang kita tidak bisa ungkapkan secara gamblang. Kita perlu lagu dan karya seni untuk mewakili perasaan kita.

Untuk itu, ijinkan saya mengucapkan thank you, Bill Withers dan terima kasih, Glenn Fredly.

You guys make this life better.

Now you can rest eternally in love and peace.

We will still listen to your songs, forever.

3 respons untuk ‘It’s a Lovely Day, Januari

  1. Aku baru mau comment di tulisan sebelumnya soal kematian, how it really relates to last night event. And now this one. Thanks for these two posts, Mas. ❤ – dari yang sedih banget denger Bill Withers dan Glenn meninggal dunia.

    Suka

    1. Terima kasih sudah sempetin baca ya, Vinny. Kayaknya memang tema kematian lagi dekat banget ama kita semua. Oke, harus mulai nulis yang seneng2 lagi segera! 🙂

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s