Baru beberapa hari yang lalu saya menyelesaikan serial “Grace and Frankie” season terbaru. Ada yang juga mengikuti serial ini?
Salah satu momen paling berkesan untuk saya di season terbaru ini justru ada di adegan kecil di episode-episode terakhir. Di episode ini (maaf saya lupa episode nomer berapa), diceritakan Robert Hanson (Martin Sheen) memberikan pidato singkat di pemakaman teman lamanya saat mengikuti pendidikan militer. Di tengah-tengah pidato, saat beberapa orang mengomentari pidato, partner Robert, Sol (Sam Waterston), sadar bahwa orang-orang mengira yang sedang berpidato adalah Robert Hansen, bukan Robert Hanson.
Sol memberitahukan hal ini kepada Robert. Robert pun bingung. Lalu istri mendiang almarhum menghampiri mereka. Dia mengklarifikasi kalau memang ada Robert Hansen, tapi Robert yang satu ini, meskipun lebih sering menghabiskan waktu bersama almarhum, justru lebih merepotkan. Sementara sang istri memang berniat mengundang Robert Hanson, yang sedang berdiri di depannya.
Robert bingung, kenapa dia yang diundang. Sementara dia sudah lama tidak pernah berjumpa lagi dengan almarhum.
Istri mendiang tersenyum. Dia menjelaskan, kalau pernah pada suatu masa, saat mereka menjalani pendidikan militer, almarhum nyaris tidak mendapatkan libur di suatu akhir pekan. Dia bisa mendapatkan libur akhir pekan kalau dia bisa melapor ke atasan dengan sepatu yang bersih. Sementara dia baru saja menjalani pelatihan.
Namun ternyata ada seseorang yang sudah mengetahui tradisi seperti ini. Dia pun buru-buru membersihkan sepatu rekannya, sehingga dia bisa mengambil libur di akhir pekan tersebut. Orang yang membersihkan sepatu itu adalah Robert Hanson. Robert menyadari dan mengingat lagi hal ini, setelah lupa sekian puluh tahun.
Robert masih bingung, kenapa hal itu menjadi penting. Istri almarhum mengatakan, bahwa di akhir pekan itu adalah saat pertama kali almarhum bertemu dengan sang istri, dan mereka telah menikah selama 50 tahun lamanya. Istrinya menambahkan, bahwa dia selalu menceritakan hal ini ke semua orang, karena dia percaya bahwa tanpa bantuan dari Robert, mereka tidak akan bertemu.
Terus terang adegan ini membuat saya mendadak terharu. Padahal serial ini jarang sekali menghadirkan momen mengharukan. Yang membuat saya terharu adalah, tentu saja, kenyataan bahwa kita tidak pernah tahu, sekecil apapun hal yang kita lakukan kepada orang lain, akan membawa dampak atau pengaruh yang akan melekat seumur hidup.
Ayah saya pernah berkata dalam nasihatnya ke saya, agar kita tidak pernah mengingat hal-hal baik yang kita lakukan ke orang lain, dan selalu ingat kesalahan yang pernah kita lakukan ke orang lain, meskipun kita sudah maaf. Tentu saja agar kita tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Namun ternyata hal ini berat sekali dilakukan. Apalagi kalau kita sedang marah, kita cenderung mengungkit hal-hal yang membuat kita seolah-olah berada di atas angin. Seolah-olah derajat kita lebih tinggi, lebih mulia dari orang yang sedang kita hadapi.
But will it do any good? There is no good in doing that, after all.
Saya tidak tahu apakah saya akan mengalami hal yang sama dengan yang Robert Hanson alami, meskipun dia karakter fiktif, lima puluh tahun lagi. Saya juga tidak tahu apakah saya pernah dan sudah melakukan hal baik ke orang lain selama ini. Yang bisa saya sadari untuk lakukan adalah berusaha sebisa mungkin, pelan-pelan, tidak menyakiti orang lain dengan sengaja. Dan memaafkan orang lain truthfully, wholeheartedly.
They are small steps, one day at a time.
Hanya dengan menuliskan artikel ini, saya rasa mas Nauval juga telah berbuat kebaikan. Panjenengan di akhir artikel menuliskan pengingat-pengingat untuk diri sendiri, tp sedikit banyak jg telah mengingatkan org lain dg cara yang sangat santun. Terimakasih. 🙂
SukaSuka
Terima kasih sudah menyempatkan membaca dan menuliskan komen ini. Hati jadi hangat bacanya 🙂
SukaSuka