Nasi Campur Babi

SAMA nama, beda rupa. Itulah yang terjadi pada Nasi Campur, hidangan yang cukup akrab terdengar di telinga orang Indonesia. Tergantung kotanya.

Lahir dan tumbuh besar di Samarinda, Nasi Campur awalnya saya kenali berupa sepiring nasi, dengan mi goreng, lauk utama ayam atau ikan goreng, Orek Tempe atau teri kacang, tempe atau tahu, kuah lodeh dan potongan nangka maupun sayur, serta sambal. Kurang lebih seperti itulah tampilan Nasi Campur Bu Sum di Jalan Kinibalu tak jauh dari kantor gubernur, yang ramainya ampun-ampunnya setiap pagi hingga lepas waktunya makan siang.

Nasi Campur Bu Sum. Foto: Foursquare

Nasi Campur dengan model seperti itu lebih mudah ditemui di Surabaya, juga di kota-kota Jawa Timur lainnya. Nyaris tidak ada di Jakarta, lantaran lebih sering disebut Nasi Rames.

Semenjak menetap di Jakarta, Nasi Campur justru lebih dikenal sebagai sajian berbabi. Tetap terdiri atas sepiring nasi, hanya saja dengan komponen lauk didominasi daging babi, pakai sedikit sayur. Sedangkan di Samarinda, hidangan seperti itu disebut Nasi Babi, atau malah Nasi Campur Babi sekalian. Itu pun dibawa dan dipopulerkan oleh warga pendatang asal Pontianak dan Singkawang. Kalau tidak salah ingat, saya pertama kalinya menyantap Nasi Campur Babi waktu masih SMA. Baru tahu ada menu seperti itu, lebih tepatnya. Yaitu Nasi Campur Babi ala Singkawang di Jalan Pulau Flores, bersebelahan dinding dengan tempat karaoke murahan yang terlalu sering memutar lagu dangdut, mirip Asmoro, bagi yang tahu.

Baru di Jakarta pula, saya mengetahui perbedaan mendasar antara Nasi Campur (Babi) ala Singkawang, ala Pontianak, dan ala Jakarta sendiri, yang sepintas terlihat seperti Nasi Campur ala Cantonese ditambah sate.

Nasi Campur ala Singkawang

Nasi Campur Babi ala Singkawang di Samarinda.

Dimulai dari Nasi Campur ala Singkawang yang saya santap di Samarinda beberapa tahun lalu, lauknya terdiri atas:

  • Daging panggang/charsiu, biasanya agak kering,
  • Sosis babi/lapchiong,
  • Babi kecap atau tulangan babi dimasak kecap, plus siraman kuahnya,
  • Pork belly/siobak,
  • Telur Pitan dipotong separuh,
  • Irisan mentimun,
  • Dihidangkan bersama semangkuk kuah kaldu encer.

Meskipun tidak ada komponen yang mendominasi (selain nasi), pastinya saya selalu menyisihkan siobak untuk disantap terakhir. Iya, ini karena lapisan kulitnya yang renyah.

Nasi Campur ala Pontianak

Nasi Campur Akwang. Foto: Webstagram

Berpatokan pada Nasi Campur Yung Yung 99 dan Nasi Campur Akwang, dua nama yang relatif sering saya makan karena promo online, lauknya terdiri atas:

  • Daging panggang/charsiu, lebih juicy,
  • Sosis babi/lapchiong,
  • Pork belly/siobak,
  • Telur Pitan dipotong separuh atau seperempat,
  • Irisan mentimun,
  • Ayam goreng,
  • Irisan sawi asin,
  • Potongan bawang putih goreng, lumayan banyak,
  • Dihidangkan bersama semangkuk kuah kaldu kental,
  • Khusus Yung Yung 99, juga ditambah semangkuk kuah phaikut sayur asin,
  • Khusus Akwang, tersedia dua jenis sambal; merah dan hijau. Lebih enak yang merah.

Konon katanya banyak banget di Krendang. Cuma, saya belum pernah keliling di sekitar sana. Nantilah, kapan-kapan. Yang jelas, baru pertama kali saya menemukan Nasi Campur (Babi) pakai ayam, rebus atau goreng basah.

Nasi Campur ala Jakarta (?)

Nasi Campur Kenanga. Foto: Nibble.id @franzeskayuli

Apakah benar ala Jakarta? Tidak tahu pasti, kecuali bertanya langsung kepada si pemilik restoran. Saya berkesimpulan demikian, setelah menemukan satu gerai Nasi Campur Babi di pujasera Mal Artha Gading yang membedakan menu Nasi Campur Pontianak, dan Nasi Campur saja.

… dan yang termasuk kategori ini ialah Kaca Mata, Nasi Campur Kenanga, beserta merek-merek sempalan maupun KW-annya.

Lauknya terdiri atas:

  • Daging panggang/charsiu, kadang lebih juicy, kadang malah disiram kuah atau saus agak kemerahan. Sejujurnya, ini kurang cocok di saya,
  • Sosis babi/lapchiong,
  • Pork belly/siobak,
  • Telur Pitan dipotong separuh atau seperempat,
  • Irisan mentimun,
  • Satu tangkai sate babi,
  • Dihidangkan bersama semangkuk kuah phaikut sayur asin,
  • Khusus Nasi Campur Kenanga, juga ditambah potongan khekian dan siomai babi rebus.

Dalam hal ini, tidak perlulah berbicara tentang mana yang autentik di antara ketiganya. Sebab dalam sejumlah versi lain, Nasi Campur Babi turut menghidangkan bagian-bagian jeroan. Kemudian, Nasi Campur Babi disajikan di atas nasi putih biasa, bukan nasi ayam atau Nasi Hainan. Beda lagi, misalnya, dengan Nasi Campur Bali.

Toh, bagi saya, semuanya enak, kok. Apabila punya rekomendasi, tolong dibagi, ya.

[]

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s