Kita sudah mahfum bahwa yang namanya Lebaran itu berarti liburan. Mau merayakan atau tidak, nyatanya hampir seluruh aktifitas kehidupan di sebagian besar wilayah Indonesia akan melambat atau berhenti sejenak selama Lebaran. Bisa seminggu, atau dua minggu. It’s great, though. Semacam ada tombol pause untuk menghentikan rutinitas sejenak.
Namanya juga sedang santai beristirahat tanpa melakukan kegiatan rutin, kadang-kadang kita tidak tahu apa yang harus dlilakukan untuk mengisi waktu luang. Tiba-tiba kita “mati gaya”. Sepertinya semua acara di televisi dan film di bioskop sudah ditonton, buku malas dibaca, IG stories sudah dibuka, dan linimasa media sosial sudah dilihat.
Saran saya? Tidur. Nothing beats sleeping. Apalagi semakin berumur, makin susah mendapatkan tidur yang berkualitas.
Dan kalau sudah cukup tidur, maka silakan melihat tontonan apa saja yang saya rekomendasikan untuk ditonton selama musim libur Lebaran tahun ini.
Kalau mau binge-watching, maka tontonlah serial …
Sepintas ceritanya sangat kekinian, yaitu dua orang anak muda mendirikan startup wedding organizer di Delhi, India. Cerita memang bergulir soal uniknya klien-klien mereka yang akan melangsungkan pernikahan. Tetapi yang membuat serial ini menarik untuk diikuti adalah dua karakter utamanya. Tara (Sobhita Dulipala) adalah perempuan ambisius yang berhasil menaikkan status sosialnya dari kalangan menengah ke bawah yang bekerja sebagai sekretaris, sehingga menjadi sosialita kelas atas dengan segala resiko kehidupan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Rekan bisnisnya, Karan (Arjun Mahtur), adalah pria lajang yang mati-matian mempertahankan gaya hidupnya, meskipun harus mengorbankan ego dan harga diri.
Kenapa serial ini menarik? Simply because the characters are real, and each episode is believable. Coret atau ganti kota Delhi dengan Jakarta, misalnya, dan kita akan melihat bahwa cerita dan karakter di setiap episode ini juga terjadi di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menerimanya.
Serial yang berani, dan tidak judgmental sama sekali. Salah satu serial favorit saya tahun ini.
Berbeda mood dengan serial di atas yang gegap gempita, maka serial “After Life” ini mengalir dengan tenang, tidak buru-buru, dan cenderung kontemplatif. Namun suasana “kesunyian” itulah yang membuat kita tak bisa berpaling dari serial ini sedikit pun. Ceritanya memang sedih, yaitu cerita tentang Tony (Ricky Gervais) yang mengalami depresi setelah istrinya meninggal karena kanker. Usaha Tony untuk menjalani hidup, dengan segala clumsy yet very human efforts, yang menjadi benang merah serial ini sehingga menjadi serial yang akan membuat kita menitikkan air mata dalam diam. Terus terang ini adalah the biggest surprise in series tahun ini, so far, karena saya tidak menyangka komedian Ricky Gervais yang terkenal dengan acerbic wits yang cenderung mencemooh, bisa membuat tontonan semanis ini.
Sedikit warning sebelumnya, kalau anda perlu mengutak-atik VPN untuk bisa menonton serial ini di Amazon Prime. Maklum, miniseri ini tidak masuk di Indonesia. Toh sedikit utak-atik ini worth doing, kok, karena serial ini akan membelalakkan mata kita. Diangkat dari buku berjudul sama, miniseri ini menghadirkan cerita yang nyaris absurd, diangkat dari kisah nyata Jeremy Thorpe, anggota dewan di Inggris dari partai Liberal, yang karirnya hancur karena skandal hubungan homoseksual dengan Norman Scott di Inggris di rentang tahun 1961 sampai 1976. Jeremy (dalam serial ini diperankan sangat baik oleh Hugh Grant) bahkan berkonspirasi untuk membunuh Norman (Ben Whishaw) yang akhirnya menyeret Jeremy ke pengadilan. Bahwa kisah ini terjadi sekitar 50 tahun lalu, namun masih terasa relevan sampai sekarang, menyiratkan sedikit alarming concern atas inhuman injustice yang sangat mungkin terulang dan terjadi lagi. Miniseri ini terdiri dari 3 episode. Sangat singkat, namun karena setiap episode dibuat laiknya film thriller, maka mau tidak mau kita juga deg-degan menontonnya.
Kalau perlu selingan film panjang di sela-sela menonton serial, maka film klasik ini bisa dijadikan pilihan:
Tidak banyak film yang diproduksi sebelum tahun 2000 yang tersedia di video streaming platforms di Indonesia. Dari sedikit yang ada, salah satunya adalah film ini, yang diangkat dari buku bertajuk sama. Hampir sebagian besar film berisi voice over aktris Anne Bancroft yang membacakan surat yang dia tulis dari New York untuk penjaga toko buku di Inggris yang diperankan oleh Anthony Hopkins. Kisah mereka dimulai saat Helene Hanff (Anne Bancroft) mencari buku literatur yang tidak bisa dia dapatkan, dan hanya tersedia di toko buku milik Frank Doel (Anthony Hopkins) di London. Dari situ bergulirlah korespondensi mereka selama lebih dari 20 tahun, mengikuti perjalanan hidup masing-masing, tanpa pernah bertemu sama sekali.
Pertama kali saya menemukan film ini tidak sengaja, sekitar 15 tahun yang lalu. Jatuh cinta waktu menonton pertama kali, dan selalu menyempatkan menontonnya lagi setiap beberapa tahun sekali. Film ini sudah berusia lebih dari 30 tahun, namun tetap membuat hati kita terasa hangat saat menontonnya.
Paling tidak sudah membuat kita tersenyum.
Dan semoga libur Lebaran tahun ini meninggalkan senyum buat kita semua.
Dari daftar tontonan di atas belum ada yang saya tonton. Tetapi saya sangat penasaran dengan serial Made ini heaven
SukaSuka
Made in Heaven is unlike anything else. Bisa ikut program trial Amazon Prime Video kalo belum pernah. Tujuh hari pertama, gratis.
SukaSuka