Oscar Yang Terlalu Ribut

Tadinya, saya mau menulis sedikit tentang beberapa hal unik yang terjadi waktu saya ke Berlin selama dua minggu terakhir. Tetapi saat membuka Twitter, tiba-tiba teringat bahwa hari Senin pagi waktu Indonesia ada perayaan Academy Awards ke-91. Lantas saya memutuskan untuk menulis tentang prediksi peraih Oscar tahun ini. Cerita tentang Berlin bisa diendapkan dulu. Mungkin memang harus disimpan beberapa saat dulu, supaya bisa menulisnya dengan lebih jernih dan obyektif. Well, we’ll see.

Kok bisa, “tiba-tiba teringat” tentang Oscar? Padahal biasanya sangat tuned in terhadap film-film dan orang-orang pekerja film yang dinominasikan?

Jujur saja, saya mulai merasa lelah mengikuti pemberitaan seputar Oscar dengan aneka politik yang cenderung negatif.

Kekhawatiran saya mulai timbul saat film Roma mencuat. Memang, saya beruntung bisa menyaksikan di layar lebar, dan memang film itu indah sekali ditonton dengan intensitas tinggi di layar lebar. Namun itu tidak mengurangi kekaguman saya, bahwa film dengan intensitas tinggi seperti ini, bisa kita tonton berulang kali, bisa kita pause di momen-momen tertentu agar kita bisa mencerna luapan emosi yang kita rasakan, atau bisa kita hentikan untuk mengamati dengan lebih detil lagi adegan-adegan yang dibuat dan dikerjakan Alfonso Cuaron dengan kecermatan luar biasa.

Saya tidak anti Netflix, atau anti OTT platform atau video streaming app apapun, yang memungkinkan pembuat film membuat karya yang tidak mungkin didanai produser konvensional manapun. Sebagai penonton, saya gembira menyambut tontonan berkualitas di ruang tamu atau tempat tidur saya, yang tidak bisa didapat di bioskop. Toh saya masih pergi ke bioskop untuk menonton dengan tujuan bersosialisasi, baik itu sekedar menonton sendiri, atau bersama pasangan (yang belum ada juga sampai tulisan ini dibuat).

Memang kehadiran video streaming platform yang demikian agresif sempat menyulitkan pekerjaan saya. Toh film tidak hanya satu. Masih ada film-film lain yang perlu ajang untuk ditayangkan.

Berbicara mengenai ajang atau wadah, Oscar memang selalu menjadi sasaran empuk untuk melancarkan aksi kampanye yang penuh muatan politis. Apa tidak bisa mengkritik Green Book dari sisi lain? Apa iya Black Panther sebagus itu? Apa tidak capek menggonggongi Bohemian Rhapsody melulu?

Yang jelas, kalau ada yang masih menganggap Academy Awards adalah penghargaan untuk film-film dan para pembuat film “terbaik”, oh boy. Seperti yang selalu saya katakan berulang-ulang, paling tidak setahun sekali, Oscar recipients are those who campaign the hardest, the loudest, and the most consistent ones. Karya boleh “biasa-biasa saja”, tapi selama kampanye berjalan efektif (dan mahal), para Oscar voters pun pasti akan menengok.

Berhubung saya bukan anggota Academy, jadi pilihan saya kali ini pun bukan alat prediksi yang mumpuni. Saya memilih berdasarkan apa yang saya mau lihat maju ke podium untuk menerima Oscar. Bahkan saya rasa pilihan kali ini akan banyak melesetnya.

Tapi kalau sampai bagian ini Anda masih membaca dan penasaran apa yang menurut saya layak mendapat Oscar tahun ini, here we go:

rbg-movie
RBG (source: Salon.com)

Best Picture: Roma

Best Director: Alfonso Cuaron – Roma

Best Lead Actor: Rami Malek – Bohemian Rhapsody

Best Lead Actress: Olivia Colman – The Favourite

Best Supporting Actor: Sam Elliott – A Star is Born

Best Supporting Actress: Regina King – If Beale Street Could Talk

Best Original Screenplay: The Favourite (Deborah Davis, Tony McNamara)

Best Adapted Screenplay: BlacKkKlansman (Charlie Wachtel, David Rabinowitz, Kevin Willmott, Spike Lee)

Best Animated Feature Film: Spider-Man: Into the Spider-Verse

Best Foreign Language Film: Roma

Best Documentary Feature: RBG

Best Documentary Short Subject: End Game

Best Live Action Short Film: Marguerite

Best Animated Short Film: Bao

Best Original Score: Black Panther (Ludwig Göransson)

Best Original Song: “Shallow” – A Star is Born

Best Sound Editing: First Man

Best Sound Mixing: Bohemian Rhapsody

Best Production Design: The Favourite

Best Cinematography: Roma

Best Makeup and Hairstyling: Border

Best Costume Design: The Favourite

Best Editing: Vice

Best Visual Effects: Ready Player One

Selamat menonton!

2 respons untuk ‘Oscar Yang Terlalu Ribut

  1. Rasanya agak susah membayangkan Roma memborong Best Film di kedua kategori meskipun Best Foreign Film terasa sudah di tangan. Rasanya mereka harus bagi-bagi piala ke film lain haha. Saya juga beruntung bisa menyaksikan Roma di layar lebar dan memang sangat luar biasa.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s