Alkisah, ada seorang mahasiswi yang lugu dan baru pacaran, belum pernah hari ulang tahunnya dirayakan begitu spesial oleh orang selain keluarganya. Mendekati hari istimewa itu, dia semakin berdebar dadanya; kira-kira apa ya, yang direncanakan oleh pacar baru (dan pertama) untuk merayakannya? Apakah dia akan diberi kejutan romantis seperti yang dilakukan di film-film? Atau pacarnya akan mengundang teman-teman dekatnya untuk merayakan bersama? Entahlah, yang jelas dia sudah sering melamun sambil senyum senyum sendiri.
Pagi pagi sekali di hari ulang tahunnya, pacarnya sudah muncul di tempat dia kos. Tentu yang diucapkan pertama kali adalah selamat ulang tahun, tetapi dia melihat bahwa mata pacarnya merah, dan bajunya lusuh tidak seperti baru keluar dari rumah pagi.
“I have bad news”
“OMG what”
Dengan tidak percaya dia mendengar pacarnya cerita. Kalau malam sebelumnya dia menyetir ke luar rumah jam 8 malam untuk membeli kado untuknya. Ketika dia menyetir dengan kecepatan sedang, ada anak yang mendadak menyeberang jalan dan dia tidak sempat mengerem, sehingga tersenggol mobilnya. Kemudian dia tadi malam membawa anak tersebut ke rumah sakit terdekat dan mengurus pemeriksaan anak tersebut semalaman.
“Maaf aku enggak sempat siapin apa-apa untuk ulang tahun kamu.”
“Enggak apa-apa, yang penting kamu aman. Anaknya gimana?”
“Masih observasi khawatir gegar otak. Selain itu enggak ada luka parah, hanya pusing katanya. Nanti kalau kamu selesai kuliah aku ajak ke rumah sakit ya.”
Dia mengiyakan, walau dalam hati dia 80 persen yakin ini hanya cerita yang dikarang pacarnya untuk membuat kejutan di hari ulang tahunnya.
Setelah selesai kuliah, pacarnya menjemputnya dan membawa ke rumah sakit. Dalam hati: OMG dia betulan mengajak aku ke rumah sakit. Masa dia niat banget atur ini sama pihak rumah sakit? Mereka jalan di koridor rumah sakit tua itu. Masuk ke sebuah kamar opname yang isinya lima ranjang. Salah satu ranjang itu ada seorang anak perempuan usia delapan tahun – kurang lebih – dan beberapa orang duduk di sekitarnya. Pacarnya pun memperkenalkan dia dengan orangtua si anak. Dia hanya bisa berpikir, bahwa sepertinya tidak bisa dipungkiri lagi memang terjadi kecelakaan, dan pacarnya tidak ada rencana buat memberikan dia kejutan sambil membuat skenario yang njelimet. Setelah itu semua terasa unreal.
Ketika sudah selesai urusan di rumah sakit, dia pun berkata ke pacarnya kalau dia ingin kembali ke kos. Pacarnya mengiyakan dan mengantarnya. Begitu sampai dia pun tak bisa menahan tangisnya. Air matanya pun mengucur. Dia meminta maaf sekaligus marah ke pacarnya. Maaf karena dia merasa egois, ada orang tertimpa kemalangan, tetapi dia malah merasa malang juga karena tidak bisa merayakan ulang tahun bersama pacarnya. Dia juga meminta maaf karena dia tetap menyalahkan pacarnya yang tidak berhati-hati menyetir mobilnya. Tetapi dia marah juga, karena PACARNYA BARU MENCARI KADO BUATNYA JAM 8 MALAM DI HARI SEBELUMNYA.
Memang kenyataan tidak pernah sebaik ekspektasi ya.