“WOW! Habis melahirkan, kamu tambah cantik deh. Bodimu juga sudah balik ya, malah tambah … kenceng. Seger gitu lihatnya.”
…
Pelecehan adalah perbuatan tercela yang dilakukan secara sadar dan sengaja, serta bertujuan untuk memunculkan perasaan tidak menyenangkan pada orang lain. Baik kepada yang dituju, maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Pelecehan bisa terjadi di mana saja. Di tempat kerja, di kampus atau sekolah, di lingkungan tempat tinggal, bahkan di dalam keluarga sendiri. Di mana ada interaksi antarmanusia, di situ ada potensi terjadinya pelecehan.
Berdasarkan topik atau konten yang digunakan, pelecehan terbagi menjadi seksual dan non-seksual. Termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan dengan SARA, anatomi atau fisik, dan keadaan mental seseorang. Bentuknya pun bermacam-macam.
- Pelecehan fisik: Melibatkan kontak fisik.
- Pelecehan verbal: Berupa ucapan.
- Pelecehan isyarat: Menggunakan simbol dan penanda tertentu.
- Pelecehan nonverbal: Menggunakan tulisan, gambar, dan materi sejenis lainnya.
Hanya saja ada bagian yang lumayan tricky dari penjelasan dan batasan di atas. Terutama untuk pelecehan seksual verbal di tempat kerja. Pasalnya, suatu tindakan baru dapat benar-benar disebut pelecehan apabila ada ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Dengan kata lain, tipis bedanya antara perbuatan melecehkan dan yang bukan pelecehan. Tergantung tujuan penyampaiannya, dan respons yang diberikan oleh penerima.

Dari satu contoh kalimat pembuka di atas, ada beberapa faktor yang bisa membuatnya termasuk sebagai tindakan pelecehan.
- Disampaikan oleh pria kepada wanita (umumnya begitu).
- Disampaikan oleh pria yang tidak terlampau akrab dengan si wanita tersebut.
- Disampaikan dengan konotasi seksual, berkesan mesum, atau sexual perversion. Bisa juga ditandai dengan gelagat pendukung seperti tatapan sarat makna, ekspresi gemas dengan mengulum atau menggigit bibir bagian bawah, maupun embusan napas yang dibarengi dengan suara melenguh … dan ini sudah termasuk pelecehan isyarat.
- Membuat si penerima merasa tidak nyaman.
Selain karena poin nomor 3 dan 4, bukan mustahil kalimat tersebut tak ubahnya sebuah pujian biasa, yang kebetulan berbicara mengenai wajah dan bentuk tubuh seorang wanita.
…
Ada juga contoh lain, yang agaknya lumayan sering kita dengar sebagai orang Indonesia.
“Cieeeh… Pengantin baru… Gimana goyangan malam pertamanya? Kayaknya seru nih.”
“Si baby sudah umur berapa bulan sekarang? Dikasih susu badan, kan? Gantian dong sama si bapaknya?” (kemudian biasanya diikuti dengan tawa cekikian)
Namun, jangan lupa bahwa pelecehan seksual verbal seperti ini tidak hanya dilakukan antara pria kepada wanita. Bisa juga berlaku sebaliknya, atau malah antara sesama gender. Tentu saja tetap dengan beda yang tipis antara melecehkan dengan sekadar berkelakar dalam konteks pergaulan.
“Mau sampai kapan sih jadi bujangan? Makanya buruan nikah, biar maenannya enggak sama tisu ama sabun doang…”
Andai saja semua ujaran atau kalimat yang bertendensi seksual dipukul rata sebagai pelecehan verbal, ada kemungkinan besar saya sendiri pun pernah, atau bahkan sering melakukannya kepada rekan kerja dan teman-teman yang lain.
Bagi yang sudah terbiasa luwes, sangat komunikatif (baca: cerewet) dan talkative, serta mudah bertutur, diperlukan pengendalian diri yang lebih intens. Sebab tidak semua ucapan yang melecehkan dilontarkan sebagai pelecehan. Kembali merujuk pada batasan-batasan di atas, ucapan yang melecehkan disampaikan untuk tujuan tercela dan menghasilkan perasaan tidak menyenangkan bagi si penerima. Dalam banyak kasus, pelecehan justru terjadi akibat keceplosan atau kelepasan bicara.
Selain itu, ada perbedaan persepsi mengenai apa yang pantas dan kurang pantas untuk disampaikan kepada orang lain. Terlebih jika si lawan bicara hanya sebatas rekan kerja. Banyak yang salah langkah, merasa sudah cukup akrab dengan seseorang tetapi kenyataannya tidak. Kalimat yang awalnya bertujuan untuk memeriahkan pembicaraan pun malah dianggap melecehkan.
Lalu, apa yang harus dilakukan agar tidak menjadi pelaku pelecehan seksual verbal?
Diem aja. Enggak usah banyak bacot.
Unless you are everyone’s sweetheart.
[]
Satu respons untuk “Pelecehan Seksual Verbal: Kita Semua Pernah Melakukannya?”