“Everybody is somebody’s ex.”
Demikian kata teman saya. Waktu pertama kali dia bilang begitu, saya kaget, dan tertawa nervous. Dalam benak saya, yang terpikir saat itu adalah berbagai kekhawatiran, seperti:
• Orang yang lagi ditaksir juga ditaksir banyak orang lain.
• Orang yang lagi disukai punya banyak bekas cem-ceman, kekasih, teman tidur, pacar, dan lain-lain.
• Orang lain juga melihat saya sebagai mantan orang lain.
Memang hal yang wajar. Tapi tetap saja ketika dihadapkan langsung dengan paparan yang gamblang seperti itu, tak ayal kita hanya bisa tersenyum kecut.
Nyebelin, tapi benar adanya.
Kita semua pernah menjadi bagian yang istimewa dan tak terpisahkan dari orang lain. Lalu semua berakhir, dan kita harus menjalani hidup sendiri lagi, sebelum akhirnya bertemu dengan orang lain.
Namun tulisan ini tidak akan membahas endless cycle of love life.
Saya cuma ingin ngobrol sambil minum kopi bersama Anda semua, sambil mentertawakan fakta, bahwa pacar kita sekarang yang sedang bersama kita, sejatinya pernah dan akan jadi mantan orang lain. Mantan kita juga pernah dan akan jadi mantan orang lain.
Kalau sudah pernah beberapa kali berhubungan asmara, atau in love relationship dengan orang lain, mungkin sudah kebal akan hal ini. Mungkin lho ya.
Kenyataannya? Sering kali saya masih mendengar banyak yang cemburuan, layaknya baru pertama kali pacaran. Susah untuk menerima bahwa orang yang paling kita cintai pernah mencintai dan dicintai orang lain.
Kalau mendengar daftar mantannya pacar, langsung cemberut. Takut kalau balik lagi ke mantan lama.
Of course, that’s another issue.
Yang jelas, semua orang pernah menjadi mantan orang lain.
“Everybody’s somebody’s ex, so what stops you?”, itu ungkapan lengkap teman saya saat melihat saya yang memang masih menjomblo sampai sekarang.
Hidup itu penuh dengan pilihan, seperti juga memilih dengan siapa kita menghabiskan waktu. Terutama waktu luang yang keberadaannya sangat berharga, karena itulah saat kita benar-benar menjadi diri kita sendiri, lepas dari kungkungan pekerjaan.
Buat saya pribadi, saya tidak pernah mempermasalahkan masa lalu orang yang saya dekati. Biarkan masa lalu itu menjadi pembentuk dirinya yang sekarang, yang sedang kita hadapi. Toh yang kita punya dengan orang ini adalah masa sekarang, saat kita sedang menghabiskan waktu dengannya, dan syukur-syukur masa depan, saat kita menghabiskan hari tua dengannya.
Yang penting adalah kualitas waktu yang dihabiskan dengan orang tersebut. Dan karena kualitas kadang datang tak tentu, maka it’s okay not to rush. Sembari dicari, dia pasti datang. Dan jangan khawatir tentang masa lalunya, karena apapun itu, semua yang terjadi di masa lalu telah membentuk dirinya seperti sekarang yang Anda lihat.
Termasuk mantan-mantannya yang telah membentuknya.
Everybody’s somebody’s ex.
But if we do it right, we may put a stop to that. 😉
I’m not on everybody’s side then.
SukaSuka
tulisan yang membahas soal klasik Val. aku suka.
manusia itu ada fisiknya, namun menurut aku lebih meliputi jiwanya. kalau yang dibilang adalah soal “masa lalu”nya, maka tubuh dan jiwanya pasti membekas. ada gurat luka, juga bisa dengan nilai lebih. fokus utama adalah nilai lebih. gurat luka adalah pilihan kita boleh menerima atau tidak. jalan atau mundur.
tapi percayalah. pasangan kita bukan benda semacam mobil yang berarti bekas adalah jauh lebih murah dibanding gress. bayangkan saja pasangan adalah mobil langka, yang dirawat terus oleh kita. mobilnya boleh sama tapi yang perawatannya bagus akan terus bertahan bahkan jadi buruan kolektor.
pasangan juga bisa layaknya pisau. semakin diasah semakin tajam. tapi lebih menenangkan jika kita menganggap bahwa manusia adalah manusia. yang punya salah dan alpa. kita cintai apa adanya. kelebihan dan kekurangannya. bisa gila bareng. bisa tertawa bersama. bisa gaduh dan bertengkar hebat. setidaknya dengan dia kita jalani hidup. susah senang bersama. bisa berbagi kebahagiaan. ada setiap saat.
karena sebetulnya interaksi kita dengan pasangan adalah soal yang bergetar tumbuh dan terasa. sesuatu yang ada tapi sulit dijelaskan dan dirinci.
keberadaan dia membuat kita jadi manusia apa adanya.
SukaSuka
Entah karena dalam pengaruh hormon atau apa, komentarmu ini juga aku suka, Om.
Mata berkaca-kaca.
Aku teringat Abangku, namanya Bang Iqbal, saat membaca ini. Kalian terasa mirip dalam menyampaikan beberapa hal tentang manusia.
SukaSuka
terima kasih, Agnes. Salam buat Iqbal.
SukaSuka
Thank you, Roy. Komenmu ini bisa jadi postingan sendiri sih 🙂
SukaSuka
“karena sebetulnya interaksi kita dengan pasangan adalah soal yang bergetar tumbuh dan terasa”
ini yang sering dilupa ketika ego dan emosi sedang berkuasa.
terima kasih, om Roy dan mas Nauval.
SukaSuka
I’ve never been somebody’s ex.
SukaSuka
The time is not on your side yet.
SukaSuka
I have no regret, tho 🙂
SukaSuka