Sebelum anda membaca lebih lanjut tulisan ini, ada baiknya anda menyadari bahwa hampir semua tulisan di situs ini, terlebih tulisan saya, adalah curahan hati atau pengakuan jujur dari penulisnya. Rasanya sudah tidak terhitung lagi berapa kali saya memulai tulisan dengan kata-kata seperti “pengakuan dulu …” atau “jujur saya akui …” di blog ini.
Demikian pula dengan tulisan kali ini.
Saya mau mengaku bahwa sebenarnya I’m not a beach person.
Jujur saya akui (tuh kan!) kalau liburan di pantai sering kali membuat saya mati gaya. Berjemur di sisi pantai, bahkan di sisi kolam pun, bukanlah ide liburan yang menjadi prioritas utama saya.
Makanya, ketika sedang ada proyek kerjaan yang membuat saya harus sedikit lebih paham tentang isu ekologi kelautan, saya sempat kelabakan. Lha wong jarang ke pantai, apalagi ke laut, bagaimana saya tahu tentang isu-isu di laut?
Setelah perasaan bingung mulai mereda, saya sadar bahwa saya masih punya akses tentang laut. Apalagi kalau bukan dari film-film dokumenter di saluran video streaming! Jadi meskipun tidak punya budget untuk liburan ke pantai, tapi saya bersyukur masih bisa membayar biaya langganan video streaming dan kuota internet per bulan.
Akhirnya saya pun menghabiskan waktu beberapa minggu terakhir menikmati film-film dokumenter tentang laut di beberapa saluran video streaming.
Menikmati? Ya, karena tidak sekedar menonton, tapi saya menikmati gaya penceritaan hampir semua film dokumenter tentang laut yang saya lihat. Tak hanya visualisasi yang pasti menarik. Pengambilan gambar seputar polusi di laut dan kekerasan yang terjadi di kelautan masih bisa nikmat buat ditonton, karena pembuat film tahu apa yang mau diceritakannya. Ini penting. Sebagai penonton, kita cuma bisa pasrah dengan apa maunya pembuat film. Terlebih dengan isu-isu di ranah yang luas seperti laut.
Untungnya film-film berikut sangat fokus dalam penceritaannya. Silakan ditonton buat teman liburan long weekend kali ini:
Film ini dibuat secara tidak sengaja. Saat seorang wartawan bernama Craig Leeson mencari paus biru, dia kaget menemukan bongkahan sampah plastik di samudra yang harusnya tidak tersentuh sampah. Lalu dia memfokuskan diri meneliti tentang sampah plastik di laut. Hasilnya cukup mencengangkan. Burung pemakan ikan dan ikan di lautan hampir bisa dipastikan sebagian besar mengkonsumsi plastik yang dibuang ke laut. Konsumsi plastik yang dimakan burung atau ikan bisa sampai 1/3 dari total makanan sehari-hari mereka. Sangat mengerikan.
Beberapa adegan memang cukup membuat saya shocked. Tapi hebatnya, film ini masih bisa mempertahankan tone positif dari penceritaannya. Mungkin karena semua pembuat film yang terlibat di sini sadar, bahwa mereka masih ingin hidup di dunia ini. Mau tidak mau, kalau mau hidup, harus mengurangi pemakaian plastik.
Recommended.
• Treasures from the Wreck of the Unbelievable
Kalau ini, film nyeleneh. Seniman dan kolektor seni Damien Hirst merekam proses pencarian barang-barang antik dari bawah laut untuk pamerannya di Venice. Namun film ini adalah mockumentary, atau dokumenter yang bermaksud mocking realita yang terjadi. Kisah di balik layar proses pembuatan pameran ini adalah semi fiktif. Dan untuk pembuatan kisah semi fiktif ini, Damien Hirst beserta tim rela menghabiskan belasan juta dolar mengambil gambar-gambar di bawah laut. Pertanyaannya: apakah dia benar-benar pergi ke bawah laut? Mana yang anda percaya? Coba tonton film ini. Menarik untuk ditonton dan dipertanyakan ulang: do we believe what we actually see?
Dari judulnya sudah jelas kalau film ini bercerita tentang coral reef, atau terumbu karang. Film ini memfokuskan ceritanya tentang analisa mengapa terumbu karang cepat punah. Tentu saja analisa dilakukan oleh penyelam, fotografer dan ilmuwan di lautan luas, sehingga kita masih disajikan pemandangan yang luar biasa indahnya. Lebih luar biasa lagi adalah semangat dan kecintaan terhadap terumbu karang yang tercermin dari ekspresi mereka yang ada di film ini. We cannot help but rooting for them. Akhirnya perasaan kita pun ikut dibawa terjun ke bawah laut, because passionate excitement is simply contagious.
Selamat berlibur, dan buat semua: Xin Nian Kuai Le, Gong Xi Fa Cai!