khotbah jumat dengan huruf kecil

manusia itu ada dan mewaktu. ini wujud dari empat dimensi. ada fisik berupa rupa serta hadir. maka ketika lewat internet manusia saling kenal. keempatnya juga tak absen. hadir dan ada saat ini.

penyesalan ada di akhir. jika di awal namanya pendaftaran. demikian juga menghakimi. atau lebih ringan kadarnya adalah evaluasi yang dilakukan “setelah terjadi”. maka manusia menjadi wajar untuk menilai masa lalu. walaupun menilai masa lalu adalah manusia yang mempermasalahkan kehadiran namun tak memenuhi syarat mewaktu. karena apa yg dipermasalahkan adalah sebuah kehadiran seseorang di masa lalu.

menilai. mengevaluasi sejatinya adalah konsep penghakiman. seperti tuhan yang menghakimi apa yang kita lakukan di saat hidup. karena secara jelas telah dijelaskan perintah dan larangannya kepada setiap warga tuhan. sebuah konsekuensi dari keyakinan yang kita pilih sendiri.

begitupun dalam ruang lingkup sebagai warga negara. seorang maling jemuran ketangkap basah sedang mencuri bra anak kos. hukumannya bisa digebuki orang sekampung atau digelandang hansip menuju kantor polisi. perbuatan mencuri jelas dilarang dan telah diketahui semua warga negara.

lantas bagaimana sepasang kekasih yang ketahuan berbuat salah? tentu juga ada hukumannya. Misalnya ketahuan selingkuh saat mereka dalam status pacaran. tentu ada akibatnya.

bagaimana dengan kekasih yang mengaku masa lalunya buruk, sedangkan hubungan mereka baik-baik saja saat ini? penghakiman pun dapat dilakukan. apakah kehadiran saat ini masih melakukan hal yang sama?

keputusan ada di pihak pasangan: masihkah mau menerima walau masa lalunya tak benar atau tak baik? tetap terus jalani kehidupan ke depan dengan janji tak mengulangi? hukuman hasil dari penghakiman dapat juga berupa minta putus. walaupun itu akibat masa lalu dimana kekasih saat ini waktu itu tak hadir (karena memang belum kenal).

bahkan menghakimi masa depan pun dapat dilakukan. walaupun sejatinya sebuah perbuatan yang sia-sia. sebuah sikap sok tau dan melawan nasib.

begitu pun kita. penghakiman bisa dilakukan dengan banyak cara.

ketika pertemuan fisik adalah sesuatu yang dominan, maka buang muka, menolak salaman, putar arah saat akan berpapasan, merupakan salah satu bentuk hukuman pribadi dengan ukuran minor.

hal ini dapat menjelma tak menjawab whatsapp, tak mau angkat telpon, blok akun, blokir nomer hape, unfollow dan unfriend, left group, dan hal lumrah lainnya di era digital.

perbedaannya hanya pada cara menghukum. karena saat ini, kehadiran tak perlu secara fisik. kehadiran ada di benak dan rasa di hati. mewaktu. sama sama hadir di saat yang sama walau tak hadir fisik.

maka, menjadi sebuah kelemahan bagi orang yang hadir di benak dan hati banyak orang walau hanya melalui media. mereka paling banyak berpotensi dihakimi. citra mereka dibentuk dan ditafsirkan di masing-masing benak, walaupun kenal pun tidak. bertemu fisik pun tak pernah.

misal lala marion dan jodi indonesia idol yang saat ini naik daun. dihakimi secara sepihak hanya karena si hakim-hakim ini menonton via internet, mendengar informasi via wa grup, atau retweet seseorang, atau seperti misalnya penghakiman kepada arman dhani karena tweet seseorang.

hukumannya pun bermacam-macam. dari mention menghujat, komentar via instagram, atau obrolan kecil di saat jam makan siang untuk mencibir mereka.

karena manusia pada dasarnya memiliki panca indera untuk merespon hal-hal di luar tubuh dan jiwa sendiri. mata, jempol, telinga, hidung, tangan, kaki, dan organ tubuh lainnya yang bersentuhan dengan “yang lain-di luar tubuh kita”, maka kita akan secara alami didominasi dengan merespon hal di luar kita.

sedangkan respon terhadap diri pribadi begitu jarang sekali, kecuali saat ada gangguan atau sedang iseng magabut. bentuknya bisa mencret, batuk, ndak bisa tidur, sedih atau hal lainnya yang disikapi atau dihakimi dengan minum obat, curhat, leyeh-leyeh atau menangis, juga main game.

mata kita sibuk melihat ke depan di luar tubuh. sedangkan mata hati kita entah kapan akan digunakan. tangan kita jarang menyentuh diri sendiri kecuali yang gemar masturbasi. telinga kita hanya mendengar bunyi tapi jarang memerhatikan sunyi hati. kaki kita sibuk melangkah dan mengenakan sepatu dan tak pernah menendang kerisauan dan gundah gulana yang sedang dialami.

ada salah satu cara biar kita obyektif untuk bisa menghakimi diri sendiri.

cari belahan jiwa kita. ndak mesti berupa pasangan. bisa teman dekat, bbf, atau solmet.

tanyakan belahan jiwa dan memintanya menilai kita dengan tulus. biarkan dia menilai kita.

apakah mulut kita telah mengucap hal yang membawa pesan damai atau penuh emosi jiwa berapi-api selama ini. apakah mata kita dipergunakan untuk melihat lawan jenis atau sesama jenis yang ranum secara tampilan fisik, atau sibuk melihat pasangan dan memujinya agar ia bahagia. apakah kaki kita dipergunakan untuk melangkah ke arah yang baik ataukah tetap berlarian di antara tepian jurang dan memasuki daerah yang penuh bahaya. apakah tangan kita dan dada kita untuk memeluk penuh cinta kasih atau sibuk dipergunakan untuk menulis hal-hal buruk, menyebar gosip, dan terus membusungkan dada?

dari mereka kita bisa melihat diri kita dari sisi yang berbeda.

karena kita manusia.

diberikan kesempurnaan fisik dan segenap jiwa raga yang senantiasa “membaca” tentang segala.

maka, setelah membaca, terserah kita apa yang selanjutnya dilakukan. toh, apapun yang selanjutnya kita kerjakan, termasuk tak berbuat apa-apa, semua dapat dihakimi.

oleh seluruh alam semesta.

apapun itu, lakukan saja. selama kita siap dan sadar atas segala akibatnya.

salam anget,

roy

3 respons untuk ‘khotbah jumat dengan huruf kecil

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s