Ojek Online, Kuota Internet, & AC

APA jadinya kehidupan warga (kelas menengah) Jakarta tanpa ketiganya? Jangankan dijalani, membayangkannya saja langsung memunculkan rasa tidak nyaman. Adaptasi dan upaya untuk membiasakan diri akan terasa begitu menyiksa.

Ini bukan hanya soal transportasi diri sendiri. Justru lebih berat ke aspek lainnya. Sebab bagaimana pun juga, punya kendaraan pribadi apalagi yang mentereng, itu jauh lebih keren. Kecuali kalau lagi malas. Ya! Rasa malas. Kurang lebihnya begitu. Dengan pembahasan soal waktu dan tenaga, sangat tipis bedanya.

Pengin makan ini, pengin ngemil itu, tidak melulu gara-gara sedang lapar berat, seringkali hanya dari liur yang merindu. Mau pergi beli, jauh. Boro-boro masak sendiri. Kebetulan ada penyedia layanannya, langsung dipesan saja. Yang diidam-idamkan pun diantar sampai ke depan pintu. Tinggal bayar, walaupun tentu saja lebih mahal.

Setelah disantap, bergumam “wow, enak…” dan selesailah sudah. Protes kosong yang ditujukan kepada keadaan, semisal “jauh banget sih…” untuk sementara bisa diredam. Tetap tenggelam.

Ini bukan perkara benar atau salah, kok. Jadi, tenang saja. 😁 Padahal kalau bisa masak atau membuatnya sendiri, rasanya jelas jauh lebih istimewa.

Barangkali.

Ini bikin sendiri. Cukup obvious, kan?

Ada yang mati tanpa kuota internet di gawai para warga (kelas menengah) Jakarta. Yaitu, gaya. Hilang arah. Tidak tahu harus membunuh waktu dengan senjata apa. Ujung-ujungnya, bengong, gelisah, atau entahlah memikirkan apa… atau malah sibuk menyalahkan kenyataan, bersungut-sungut dan menggerutu, sampai akhirnya pikiran dan perhatian kembali tersita urusan lainnya.

Kuota berarti jatah. Ketersediaan sumber daya. Kiranya tak cukup adil juga apabila berinternet ria, kegiatan penyedot kuota yang membuat tangan dan mata kita tak bisa lepas dari perangkat yang satu itu, disebut sebagai penumpul kreativitas dan kemampuan berpikir. Inspirasi bisa didapat dari mana saja, dan kuota internet salah satu media penyedianya.

Tanpa kuota internet, otomatis tidak bisa memesan layanan ojek online; otomatis tidak bisa stalking akun media sosial seseorang yang dirindukan; otomatis juga tidak bisa ikut menyebarkan kabar bohong penuh kebencian; serta otomatis membuat kita mau tidak mau jadi lebih perhatian dengan dunia nyata di sekeliling kita. Menyadari sesuatu yang selama ini tidak diacuhkan begitu saja.

Melihat sesuatu yang selama ini seolah tersembunyi, hilang dari pandangan.
Mendengar sesuatu yang selama ini seolah sayup-sayup dari pendengaran.

Yakinlah, hidup tidak selumpuh itu kok tanpa kuota internet. Lebih repot saja.

Sejenak memisahkan diri dari arus waktu… walaupun fotonya kemudian diunggah dan dipajang di semesta maya juga. 😅

Suhu dalam ruangan ber-AC pastinya terasa sejuk. Diatur menjadi beberapa digit lebih rendah dari 27 derajat Celcius. Memalaskan tungkai-tungkai tubuh dan serat-serat otot untuk bergerak. Mengenggankan badan untuk dibawa berjalan. Enaknya tentu kemulan, meringkuk di bawah selimut lembut tebal, atau berpelukan. Kalau memungkinkan.

Berpelukan yang lamaaa… dan dalam. Pelukan yang effortless, enggak perlu berulang kali menyesuaikan posisi supaya salah satu atau keduanya tidak alami pegal, keram, pose yang bikin menggeranyam atau kesemutan.

Pelukan yang langsung pas di sentuhan pertama. Klop! Pas, macam dua tangan saling menggenggam. Pelukan yang enggak pakai banyak gerakan-gerakan kecil pengganggu suasana, apalagi uget-uget yang menjengahkan, seperti ulat daun. Pelukan yang… biar sedekat dan selekat apa pun—ndusel, sampai-sampai cuping hidung dan otak kita bisa merekam aroma tubuh serta berkas-berkas wangi parfum dari punggung, tengkuk dengan bulu-bulu halusnya, sisi leher, atau pun cerukan tulang selangkanya dengan sangat leluasa—tidak sampai menggerahkan, tidak sampai memunculkan keadaan kurang mengenakkan.

Toh kalaupun agak berpeluh, turunkan sedikit pengaturan suhunya… atau kencangkan sedikit embusannya… atau agak disibak saja kemulnya, selama masih enggan bangkit dari buaian. Biar bisa semriwing tipis-tipis, menggigil kecil secara mengejutkan. Bikin ingin mengeratkan pelukan sekali lagi. Sekali lagi saja.

Menyudahi berpelukan, kemudian beranjak pergi ke ruangan lain. Entah ke kamar mandi untuk pipis dan sedikit menyeka muka di wastafel, lalu beranjak ke dapur untuk hanya membuat roti tawar panggang. Dua helai roti tawar panggang yang kemudian disapukan selai cokelat berbutiran renyah, atau cukup yang biasa-biasa saja, diolesi mentega dan ditaburi sedikit gula. Sajian pertama di hari itu, pengisi perut yang sengaja dibiarkan terasa kosong perlahan-lahan sejak semalam sebelumnya. Sebab ada perasaan lain yang lebih menyita perhatian dan meluluhkan nalar, ketimbang sekadar rasa lapar.

Rasa nyaman yang jadi kunci. Sungguhlah beruntung orang-orang yang mampu mengendalikan suasana hati, tidak moody, tidak serta merta dilumat amarahnya sendiri ketika sedikit saja merasa kegerahan. Jangankan berdiam dan bertahan dalam ruangan, apalagi untuk berpelukan. Tentu saja dengan sejumlah pengecualian untuk sebagian orang dengan kondisi tertentu.

Beruntung pulalah mereka yang berada di ketinggian, diberkahi dengan embusan angin yang berlimpah, atau setidaknya cukup untuk menghalau panas tubuh… hawa dari dua tubuh yang berdekatan. Sangat berdekatan.

AC memang bisa membuat berpelukan terasa lebih menyenangkan. Tetapi, tidak. Para penghuni Jakarta, dan di mana-mana sudah menjadi sedemikian bergantung padanya. Mereka begitu emosional. Berubah jadi sekumpulan manusia pengeluh. Gampang sekali merasa terganggu. Kehilangan kendali atas kehidupan dan diri mereka sendiri.

Dalam waktu yang singkat, mereka tiba-tiba terpental jauh, begitu cepatnya lupa atau malah seakan-akan belum pernah merasakan betapa bahagianya berada dalam pelukan… atau jangan-jangan, eksistensi perasaan bahagia tersebut memang terlampau singkat adanya? Menyisakan kenangan semata?

Fana?

[]

2 respons untuk ‘Ojek Online, Kuota Internet, & AC

  1. toastnya boleh ditabur gula merah loh, lebih enak. kalo ndak punya dan males beli, ambil aja di kopisyop terdekat….dan hari ini tumbler day loh, kebetulan kan??

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s