Sepuluh Perintah Tuhan + Diet

Tiap kali ditanya soal resolusi tahun baru, Jawabanku sama aja: the 10 commandments + diet. Sejak 26 tahun lalu. Untung ndak ada yang cukup ganggu untuk melanjutkan pertanyaannya dengan “gimana dietnya?” dua bulan sejak tanggal 1 Januari, misalnya.

Soal diet, aku udah sampai pada kesimpulan bahwa satu-satunya jenis diet yang efektif adalah reinkarnasi. Napas aja jadi daging, kok mau diet. Soal sepuluh perintah tuhan. Tuhan yang mana nih?

The 10 commandments + diet jadi semacam boneka aja. Yang sengaja aku tampilkan kalau-kalau resolusi tahun baru jadi norma. Biar keliatan normal. Orang baik punya resolusi tahun baru. Mengumumkannya lewat semua akun sosial media. Lupa. Lalu mengulanginya lagi taun depan. Begitu kira-kira, seperti sekarang ini untuk Linimasa, persis di awal 2018. 

Di antara letupan mercon, teriakkan terompet dan rentetan ucapan selamat tahun baru di WhatsApp; ingatanku justru merambat mundur. Pelan tapi meyakinkan. Menelusuri lagi apa yang terjadi sepanjang 2017… 

Dan, astaga! Dilamar partai politik, perusahaan bangkrut, PHK, tawaran kerja di Hong Kong, tugas di Shanghai dibajak  orang, anakku naik kelas, Mama stroke, sampai putus cinta! 

Coba deh, tutup mata. Ingat-ingat. Jangan terlalu jauh. Apa yang terjadi Juni 2017 lalu? Ya, ulangi lagi. Sekarang lebih jauh. Jangan dulu buka mata sebelum terbuka semua. Jangan menghindar. Nikmati jika indah. Hadapai kalau menyakitkan. Seru kan hidup kita?

Resolusi apa yang mesti kita bangun untuk 2018? Bahkan sepuluh perintah tuhan + diet ndak bisa menyiapkan mental dan fisik untuk apa yang kita hadapai 2017 lalu. Ndak ada pula jaminan 2018 akan lebih baik, pun lebih buruk. 

Jangan-jangan, kita hanya bertahan. Ndak lebih. Melakukan yang terbaik yang kita bisa untuk bertahan hidup. Menyambung nafas satu ke nafas selanjutnya. Jatuh, lalu bangun lagi. Bardiri, lalu jatuh lagi. Begitu seterusnya. Ndak peduli tahun ini akan berhenti atau berganti ke tahun berikutnya. 

Hati jadi peta yang mengarahkan ke mana kita akan berjalan. Otak yang menentukan bagaimana caranya. Dan wajah menunjukkan apa yang telah kita lalui.

Maka, belajar dari 2017. Rupanya aku butuh hati yang luas, otak lebih cerdas dan suntikan botox di tahun 2018

Selamat tahun baru 2018!

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s