Pada satu waktu, sebatang rokok jatuh cinta pada sang tuan.
Ia memuja. Kepadanya, dibiarkan sang tuan mengambil bagian penting dalam hidupnya.
Ia pasrah, kalau pada ujungnya ia menguap tak bermakna.
Meninggalkan hanya sisa abu.
Ia rela pelan-pelan disakiti, dibakar api.
Tidak apa. Mengabaikan kebendaan, cinta sejatinya adalah energi luar biasa.
Sebentar lagi, karena cinta, esensi hidup sebatang rokok menemukan tempat nyaman.
Ia akan selamanya memeluk lengket menempel pada Sang tuan.
Mengalir bersama darah.
Ia menunggu dengan sabar.
Giliran untuk terambil dari bungkusan.
Ia berteriak memanggil. Tapi nasib memilih tidak berteman.
Satu demi satu, sang Tuan mengambil batang demi batang.
Sampai tinggal Ia seorang.
“Sekarang giliranku”, Pikirnya penuh suka.
Kemudian terdengar bunyi kematian.
Sang tuan memutuskan untuk berhenti merokok.
Ia gundah bukan kepalang.
Sedih tiada tertahan.
Cinta tak bertemu muara.
Malam ini aku akan berdoa sepenuhnya, semoga besok waktu ku tiba.
Malam pun berganti.
Pagi tiba.
Sebatang rokok membuka mata.
Gelap.
Di mana gerangan sang tuan?
Kenapa matahari pun tak ada?
Sebatang rokok berujung, di tempat sampah.
Dengan cintanya.
Gue ternyata dah pernah baca ini. Dan gue baca lagi hari ini. Cakep sekali. kiss
SukaSuka
Hi keke… makasiiiih 🙂
SukaSuka