Dua Ratus Delapan Puluh Yang Kita Bicarakan Tanpa Kita Hitung

Halo. Hai. Ceria sekali tampaknya. Mungkin karena ada yang menyapa duluan sambil tersenyum. Lantas jadi ikut senyum? Otomatis akan senyum karena keceriaan itu menular. Kalau yang menyapa sambil batuk? Cukup bilang “bless you”, karena tanpa batuk pun, I feel blessed seeing you.

Thank you. You’re welcome. Am I? Are you what? Welcome? Where? Wherever you said just now? You know that it’s a mere saying, right? Is a saying a mere saying? Only when spoken plainly without emotion. Did you put some emotion then? Can you feel it? I can only feel welcome by you.

Mau memulai hari dengan apa hari ini? Apa yang bisa saya dapatkan? Kopi, pisang, roti isi, apel, dan kalau masih belum kenyang juga, bubur ayam. Apakah semuanya disiapkan dengan hati? Kalau pun tidak, saya akan berbohong supaya semua bisa dimakan, dinikmati, dan disyukuri.

How can you manipulate your heart of doing what it does not want? Does it matter what your heart says? It does. It does not. It makes whatever your doing easier to do. It makes me questioning everything. Isn’t it good to be curious? Isn’t it better to just do and get on living?

Kapan terakhir kamu jatuh cinta? Kalau saat jatuh cinta, sudah tidak ingat lagi. Tidak ada yang berkesan? Berkesan saat dijalani, berbekas luka saat disudahi. Bukankah sebagian besar kisah cinta seperti itu? Tidak cuma sebagian besar, semua kisah cinta berakhir jadi nostalgia.

Isn’t it great to fall in love? Isn’t it dangerous what happens when you fall out of love afterwards? Isn’t it the risk and consequence when you choose to fall? Isn’t it preventable? Isn’t love one thing that makes life worth living? One thing is not everything.

Selamat pagi. Good morning.

Sudah tahu kalau sekarang kita bisa menulis maksimal 280 karakter setiap kali kita menulis status di Twitter? Wow, dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Kenaikan yang sangat terasa, ya. Apakah lantas kita semua menjadi bisa lebih pandai menjelaskan informasi yang kita sampaikan?

Some things are better kept short. Hang on: most things are better said in short sentences. The shorter, the better. I can’t agree more. Can you think of any example? Oh, plenty. I love you. That’s one. I do. That’s two. Really. That’s three.

Hari yang menyenangkan. Apa kamu lupa mengatakan “sepertinya”? Kalau nanti terjadi yang sebaliknya, paling tidak saya ingat kalau hari ini dimulai secara menyenangkan. Sungguh optimis. Karena setiap hari Kamis rasa pesimis bisa dikalahkan dengan tulisan Linimasa yang manis.

Rhyming words, they do not feel genuine. How come? They feel forced because you are forced to find words that end in the same sound. And if they come flowing freely from one’s mind & hands, do you think the person is not genuine? We are all hardly genuine in carving words, dear.

Lalu percayakah kamu kalau setiap pembicaraan kita ini berjumlah 280 karakter setiap kita berganti bahasa? Yang membuatnya lebih menarik, kenapa kamu selalu hitung setiap ucapan kita? Untuk memastikan saja, karena ada beberapa hal dalam hidup yang masih perlu kepastian.

Hai. Hi.

Bye. Bye.

2 respons untuk ‘Dua Ratus Delapan Puluh Yang Kita Bicarakan Tanpa Kita Hitung

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s