Beberapa bulan ke belakang ini saya mengalami kesulitan untuk menulis di Linimasa. Padahal cuma satu halaman. Entah kenapa. Saya tidak percaya dengan istilah writer’s block. Tapi kalo reader’s block saya bisa mengerti. Itu mungkin yang dialami oleh saya. Saya kurang membaca. Saya salahkan media sosial.
Sepertinya semua topik sudah ditulis. Tidak ada lagi yang bisa saya pungut. Terlalu banyak informasi masuk ke kepala. Saya tidak mau bercerita tentang Ahok. Semua orang membicarakannya. Apalagi saya sudah muak dengan kelakuan penggemar garis keras Ahok di dunia maya. Mereka tidak sadar ya kalo mereka itu justru yang membuat Ahok terdepak dari kursi Gubernur. Apa mereka tidak sadar ya kalo kelakuannya bikin banyak yang golput. Ah tapi pasti mereka tidak akan mengerti. Fanboys Marvel pasti tidak akan mengakui kalau The Dark Knight itu film superhero paling oke. Begitu juga sebaliknya. Iya kan?
Mau bercerita tentang Harvey Weinstein yang konon film rilisannya sudah menerima lebih dari 300 nominasi Oscar tetapi ternyata seorang penjahat kelamin? Apa yang mau diceritakan? Semua di Hollyweird tahu kalau dia adalah predator seksual. Dan sakit jiwa. Tapi ini sudah terjadi jauh sebelum Hollyweird berdiri. Kekerasan seksual juga terjadi di semua belahan dunia. Termasuk Indonesia. Toh di sini pun tidak ada yang berani bicara lantang seperti Rose McGowan atau Courtney Love. Semuanya cari aman. Ketakutan. Cuci tangan. Iya kan?
Tapi terus terang saya kecewa. Saya penggemar film rilisan Miramax–yang ternyata singkatan dari orang tua Harvey–Miriam dan Max. Banyak sekali film yang bagus. Apalagi era 90an. Apa jadinya Tarantino tanpa Harvey Weinstein? Di semua film Tarantino–Harvey Weinstein selalu berperan. Iya kan?
Masih ingat The Fappening? Kejadian ketika foto telanjang Jennifer Lawrence dan seleb lainnya bocor dan tersebar di dunia maya? Di fotonya dia terlihat tidak ceria. Silver Linings Playbook kan filmnya Weinstein.. Ah semoga dugaan saya salah.
Long time no see… Btw tidak ceria bukannya tidak menikmati kan?
SukaSuka