“Dasar monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, kirik!” Kasino – Dongkrak Antik (1982)
Kasino, Kapten Haddock juga Bellamy adalah tokoh yang dikenal rajin mengumpat.
Para bajingan dan fakyu fakyu yang sering mengumpat biasanya akan jauh lebih rileks dibandingkan sebagian orang yang melarang dirinya sendiri untuk mengumpat.
Mengumpat paling sederhana adalah menyebut binatang dengan intonasi penuh luapan emosi.
Anjing adalah binatang yang banyak dijadikan umpatan. Asu. Kirik. Anjing. Anjis. Anjay. Anjrit. Jrit. JING! Jynx.
Babi. Ibab. Monyet. Tenyom. Codot. Tikus. Binatang lain yang juga sering menjadi umpatan.
Dancok (khas Jawa timuran). Matamu (Jogja). Pret. Prek. Adalah contoh mengumpat dengan kata-kata abstrak yang lebih mementingkan intonasi bunyi daripada maknanya. Saya yakin bahwa di setiap pelosok Nusantara memiliki umpatan khasnya masing-masing.
Atau anak-anak jebolan sekolah internasional (atau jebolan SD Inpress yang kebanyakan nonton filem laga), akan menyukai mengumpat dengan gaya bahasa asing: Damn. Shit. Fak.
Keluarga saya adalah keluarga yang mengharamkan mulut kita dipergunakan untuk mengumpat. Waktu masih TK saya pernah diceramahi oleh guru TK sebelum saya pulang karena sering mengumpat di sekolah juga di rumah. Harusnya saya langsung loncat saja ke mobil jemputan, tapi apa daya Bu Guru memanggil. Saya yakin bahwa Ibu saya sendiri yang membocorkan kelakuan saya di rumah kepada Bu Dewi, guru TK saya.
“Roy, jangan suka bilang ***** ya”, katanya saat saya salim padanya. Padahal dulu saya hanya ikut-ikutan teman sepermainan. Dan itu keren.
Umpatan bisa menjadi lucu jika itu dilafalkan dengan intonasi halus. Bahkan menjadi tanda keakraban sesama kawan sepermainan. Sama halnya teman karib yang rajin toyor-toyoran kepala. Saling misuh atau mengumpat yang menjadi penanda level keakraban suatu hubungan.
Tidak hanya kurang piknik, saya percaya sebagian dari kita juga kurang mengumpat. Maka, sebelum terlambat, mengumpatlah.
Asu!
(Oh iya, apa umpatan favorit kamu?)
jinguq~
SukaSuka
Kareb!
SukaSuka
Anjrit!
SukaDisukai oleh 1 orang
kampret, bangsat
SukaSuka
Aku suka pake pler, mas….
SukaSuka
“Anjrit!
Enak banget, Kak.”
Gitu.
SukaSuka
“Jancuk” atau yg Mas tulis “Dancok” di atas sebenarnya ya kurang lebih berarti “Ngentot”, baik sebagai umpatan (Ngentot!) maupun sebagai aktivitasnya (Ngentot). Justru karena saking seringnya diumpatkan, jadi banyak orang luar Jawa Timuran yg kurang mafhum dengan maknanya, yakni… bersetubuh. Makanya sebutan “Ngencuk” juga berarti “Menyetubuhi”.
CMIIW, sih.
SukaSuka
kamu jadi kapan mau ngencuk?
SukaSuka
Kapan aja bole… Malam ini pun hayuk…
…tapi mbek sopo…?
SukaSuka
https://id.wikipedia.org/wiki/Jancok :p
SukaDisukai oleh 1 orang
Guooooblok
SukaSuka
Nah ini makna dan cara ngumpatnya uda bikin emosi. ahaha
SukaSuka
Guoblok itu bisa panggilan sayang, emosi, kata sambung, atau hanya sekedar imbuhan tak berarti
SukaDisukai oleh 1 orang
biasanya saat guyon jadi goblos juga ya
SukaDisukai oleh 1 orang
Pertanyaannya: kenapa kalo “asuuuu” dianggap kasar, tapi kalo “kuciiiiiing” kok enggak ya? Gak adil nih. Hehehe. Btw, “prek” itu asal kata atau artinya apa ya, mas? Sering denger tapi nggak ngerti
SukaSuka
itu karena cara nyebutnya. asu kan pake tekanan dan pake emosi. mirip anak jogja bilang matamu. pake intonasi khas ngenyek-ngejek, jadi diterima sebagai umpatan kasar. MATAMU! prek itu ndak pake arti, intinya omongan lawan bicara itu semuanya ndak dapat diterima. non sense. omong kosong. Prek!
SukaDisukai oleh 2 orang