Penyamun di Sarang Perawan

f70ef1952dc8ba73a5a20237ff49fd26-christian-memes-dating-funny-christian-memes

Jadi, suatu hari yang cerah, entah kesambet apa saya menghadiri satu seminar di salah satu kementerian. Judulnya Women’s Leadership and Women Empowerment Conference, ketika saya tanyakan kepada petugas penjaga pintu kementerian tersebut, si Bapak menjawab, “Oo seminar itu ya? Di lantai 7” Tapi benar juga sih, mungkin konferensi terdengar terlalu megah, seminar mungkin lebih tepat.

Saya masuk terlambat jadi terlewat beberapa sesi, karena harus ke kantor dulu. Tetapi yang saya ingin dengar justru belum dapat giliran, jadi pas dong.

Tetapi sesi pertama yang saya dengar agak membuat terganggu. Sebut saja Pak B dari perusahaan SA yang didirikan oleh seorang perempuan hebat. Dari awal membuka mulut saja perasaan mulai tidak enak. Beliau mengatakan kalau biasanya dia menyapa “bapak bapak dan ibu ibu sekalian” hari ini harus dibalik jadi “ibu ibu dan bapak bapak” karena temanya demikian. Kemudian berikutnya dia menyapa kembali dengan bapak duluan yang disebut. Berikutnya seperti layaknya pembicara konferensi yang baik, untuk mencairkan suasana dan menangkap perhatian, dia melontarkan canda. Mengatakan dia dari perusahaan yang isinya 90 persen perempuan karena memang perusahaan yang membuat dan menjual produk kecantikan. Ada juga prianya — katanya — tetapi ya begitu, mereka keperempuan-perempuanan juga. Apa sih istilahnya — bencong ya? Ini saya kutip verbatim ya. Sungguh bikin meringis alias cringe-worthy.

Presentasinya kemudian dilanjutkan dengan menyebutkan stereotip stereotip yang sungguh usang. Walau berkali-kali beliau mengatakan “Ini saya tidak bilang semua ya, tetapi sebagian” tetapi tidak menegasi kalimat yang mengikutinya mengatakan kalau perempuan itu keputusannya dibuat berdasarkan emosi, kalau pria dengan logika. Karena itu perempuan mudah sekali belanja. Diikuti dengan keluhan kalau pasar sekarang sedang lesu, perempuan belanjanya tidak sebanyak dulu (harusnya bagus dong? Berarti kami tidak emosian lagi?).

Lalu Pak B saya lihat melewatkan beberapa slide yang justru saya tertarik melihatnya, karena membahas pertumbuhan bisnis SA dan ekonomi secara mikro dan makro. Sepertinya beliau melihat kami audience banyak perempuan, tidak akan mengerti dan tertarik dengan data yang demikian. Berikutnya ditunjukan perbedaan kebiasaan berbelanja sekarang dan dulu. Habit para milenial yang (ya Odin) sudah jutaan kali dibahas di mana-mana. Kemudian pembicaraannya ditutup dengan “wejangan” kalau perempuan sibuk zaman sekarang, tetap harus jaga keseimbangan. Karena tidak jarang kesibukan perempuan menyebabkan rumah tangga jadi kocar kacir. Dan beliau bercerita mengenai contoh beberapa perempuan di perusahaannya yang ketika performanya menurun, umumnya karena terjadi masalah di kehidupan rumah tangganya. Bisa bayangkan bola mata saya sudah berputar ke balik otak mendengar ini. Dengan nada itu, Pak B menutup pembicarannya.

Tak ada sekalipun disebut perempuan perempuan kuat di perusahaannya yang pencapaiannya langsung atau tidak langsung berkontribusi dengan pertumbuhan perusahaan. Bahkan mengenai Ibunya saja yang disanjung di mana-mana karena telah berhasil membangun sebuah “kerajaan” bisnis yang sangat mumpuni sekalipun tak disebut. Mungkin dia lelah membicarakan soal itu. Mungkin dia terlewat atau salah membaca judul acaranya. Tapi satu moral dari cerita ini adalah, Pak, PLEASE KNOW YOUR AUDIENCE.

Untungnya setelah dia kemudian berbicara Dayu Dara Permata, salah satu VP di GoJek yang manis dan lancar bercerita mengenai visi dan strategi GoJek yang memang seru untuk disimak. Visi mereka saja membuat saya tergugah dan ingin merevisi visi produk saya. Mungkin memang sampai mulut kering dari ludah sia sia membicarakan soal kepemimpinan dan emansipasi perempuan jika laki laki pola pikirnya masih juga seperti dulu dulu juga. Tapi tidak semua kok. Banyak laki laki juga yang sudah jadi modern man.

Tinggalkan komentar

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.