LENGKAPNYA, tidak ada kata terlambat untuk menyadari bahwa kita telah terlambat menyadari sesuatu, yaitu kita telah terlambat menyadari bahwa kita telah terlambat menyadari sesuatu, berupa terlambatnya kita menyadari bahwa kita telah terlambat menyadari sesuatu.
Wait… What?
Ada berbagai bentuk kekeliruan berpikir atau logical fallacy yang telah diidentifikasi. Beberapa di antaranya yang cukup populer, makin sering kita temui di jagat maya akhir-akhir ini. Selain kita temukan sendiri, beruntung ada akun penghimpun (baru satu sih yang terkemuka sejauh ini). Cuplikan kelakuan para netizen pun makin jadi siap saji.
- Tu quoque
Ada seseorang yang dikritik, kemudian mementahkan kembali kritik itu kepada si pemberi kritik dengan alasan si pemberi kritik juga sama seperti dia. “Lah, kamu sendiri juga begitu!”
- No True Scotsman
Penggunaan sentimen: “Yang asli pasti begini (kalau begitu berarti bukan asli). Jadi aku begini, karena aku adalah yang asli.”
- Black-or-White
Ketika sesuatu hanya bisa dilihat dan ditanggapi dengan dua perspektif yang berseberangan, dan tidak ada lainnya. Sederhananya “Kalau bukan A, pasti B. Kalau bukan B, ya sudah pasti A!”
- Straw Man
Menginterpretasikan pendapat orang lain secara ekstrem dan sangat keliru, untuk kemudian dikembalikan kepada seseorang tersebut. Pada banyak kasus, ada yang kemudian nyadar telah keliru, tapi ada juga yang gengsi dan terus mempertahankan argumentasinya.
- Loaded Question
Menggunakan pendapat seseorang untuk menyerangnya balik, dengan cara mengajukan pertanyaan berdasarkan asumsi atas pendapat tersebut. Tujuannya, berharap agar pertanyaan itu ditanggapi dengan jawaban yang mengandung kesalahan.
- Appeal to Nature
Berpendapat bahwa sesuatu boleh-boleh saja terjadi atau dilakukan, karena memang kondisi wajarnya seperti itu. Di luar kondisi tersebut, berarti salah.
- Ad Hominem
Melawan pendapat orang lain dengan menyerang figurnya, baik dari sisi fisik maupun non-fisik yang bersangkutan.
- Ambiguity
Menggunakan kata-kata dengan makna ganda dalam berargumentasi, dengan tujuan… tentu saja… menyerang dan mengalahkan orang lain.
- Slippery Slope
Silogisme atau penarikan kesimpulan sebab akibat yang keliru. Apabila “A” terjadi, maka “B” pasti juga terjadi, sehingga “A” tidak boleh terjadi. Padahal “A” dan “B” tidak memiliki sifat atau kondisi yang linier, atau tidak saling berhubungan secara langsung.
- Red Herring
Memberikan tanggapan terhadap suatu diskursus dengan argumen yang tidak relevan dan tidak valid, serta membuat topik membengkak ke ranah berbeda.
- Ignoratio Elenchi
Memberikan tanggapan terhadap suatu diskursus dengan argumen yang sebenarnya valid, tapi tidak relevan.
- Division
Berasumsi bahwa karena sebuah kondisi terjadi pada salah satu bagian dari sesuatu, maka kondisi tersebut pasti terjadi pada seluruh bagiannya.
- The Fallacy Fallacy
Argumentasi yang tidak kuat dan tidak sepenuhnya benar, dibalas dengan argumentasi yang juga lemah dan keliru.
- False Cause
Argumentasi yang didasarkan pada hubungan sebab akibat yang sebenarnya selisih. Lumayan rancu dengan The Slippery Slope. Beberapa ilustrasinya seperti yang disampaikan dalam bentuk kelakar di video ini. Bagian kelakarnya doang lho ya. Jangan salah paham.
Bila diperhatikan dengan saksama, hanya ada dua pemicu utama munculnya logical fallacies. Yakni kekeliruan murni atau ketidaktahuan, dan sikap egoistis.
Kekeliruan murni atau ketidaktahuan menyebabkan seseorang mengutarakan pendapat dengan penalaran yang timpang. Tidak menutup kemungkinan argumentasi tersebut diutarakan secara tidak sengaja. Sedangkan sikap egoistis mendorong seseorang untuk selalu menang, selalu benar dan tidak ingin disalahkan. Hingga menghalalkan segala cara, termasuk menyabotase alur berpikir atau logika. Jelas dilakukan dengan sengaja, dan umumnya terencana.
Menjadi penting setelah menyadari kalau kita kerap berpikiran keliru, atau pernah berpikiran keliru seperti ini, apakah kita bersedia untuk berubah? Minimal tidak lagi menjadi seseorang yang gemar mengkamuflase logika, apa pun tujuannya.
[]