Surga itu ada pada saat usai sarapan dan menyesap rokok sebatang. Juga saat mengecek rekening tabungan dan tertera angka yang sudah dinantikan. Atau ketika notifikasi hape berdenting dan terbaca sebuah kalimat yang menyenangkan.
Surga tidak kemana-mana. Dia ada pada sabtu pagi dan secangkir kopi. Dia juga ada pada senyum merekah bos sesaat setelah menandatangani persetujuan cuti. Atau lipatan koran yang mencantumkan nama kita sebagai penerima beasiswa.
Surga tidak melulu sebuah kemenangan. Dia hadir saat sedih mendera dan peluk hangat seorang sahabat. Atau saat berdesakan di gerbong kereta menuju kampung halaman. Bahkan saat mendapati WC umum terselip di sebuah SPBU terpencil di tengah hutan saat perjalanan panjang.
Surga sekiranya sebuah kesempurnaan, maka dia juga ada pada hal-hal yang tak diduga. Sebuah kamar sempit, lembab, dan berantakan milik teman, tempat bernaung saat kabur dari rumah. Atau sebungkus nasi teri dan es dawet usai demonstrasi. Juga sepetak halte bis saat bumi didera hujan lebat tiba-tiba.
Surga itu katanya abadi, tapi terkadang dia terasa walau sekejap saja. Saat senyum pada seseorang dibalas dengan kedip mata tak terduga. Saat secuil sisa makanan nyelap di gigi dan berhasil kita ambil. Menjadi semakin surgawi ketika tiada orang lain yang tahu kita juga sempat membauinya.
Bagaimana dengan segelas jus jeruk murni di tengah terik matahari? Juga pada dinginnya lantai halaman masjid bagi para salesman yang rehat sejenak dari keliling duniawi. Surga muncul pada sapaan sahabat lama pada sebuah resepsi yang dihadiri orang-orang tak kita kenal sama sekali.
Surga muncul saat damai dan saat gundah. Dia menyelinap masuk dalam diri dengan perlahan namun pasti. Dia menjelma mimpi di senja hari. Kisah mimpi yang membuat kita terbangun tiba-tiba, menangis, semakin menangis. Menjadi-jadi. Menangis yang bahagia tanpa “karena”. Ngis Fayangis. Yang menangis, menangislah. Bukan sedih. Riang gembira. Bantal basah. Hari sudah gelap. Saat makan malam pun masih terngiang-ngiang atas mimpi yang sungguh ingin diulang setiap hari.
Surga juga berkaitan erat dengan dunia digital. Dia muncul saat hape mulai sekarat dan tiba-tiba melihat colokan duduk manis tepat di bawah meja restoran. Atau muncul lewat sinyal 3G ketika menikmati pemandangan alam dan ingin segera membaginya lewat media sosial.
Surgaku tak perlu menunggu mati. Dia hadir setiap hari.
Bagaimana dengan Surgamu. Sudahkah hadir hari ini?
dan membaca tulisan yg (agak) lama ini sambil menyesap kopi, membayangkan besok sudah jumat, cukup menjadi surga bagi saya
makasi mas roy
SukaDisukai oleh 1 orang
Surgaku adalah mencoba berusaha kuat menurunkan kadar trigliserida untuk lolos annual medical check up 👌 Amiin Ya Robb
SukaSuka
sukaa sama tulisan ini…..:))))..heartwarming
SukaSuka
surgaku sudah kucium tangannya pagi tadi dan mendapat balasan lambaian tangan
SukaDisukai oleh 1 orang
Surgaku masih tertahan di sebidang area kosong yg di bawahnya tercantum nama dosen pembimbing 😃
SukaDisukai oleh 1 orang
semoga lekas dilapangkan surganya ahaha
SukaSuka
Juara!
SukaSuka
Baca tulisan gini bikin damai, serasa di surga 😁
SukaSuka
Seperti biasa, selalu anget. Salam anget
SukaDisukai oleh 1 orang
terima kasih 🙂
salam anget
SukaSuka