Njengkelin jika sudah antri panjang hanya untuk isi pulsa di mini market, dan pulsa yang ditunggu tak kunjung masuk. Dengan sangat terpaksa kita kembali ke mini market untuk konfirmasi yang ternyata kasir salah masukin nomor.
Pernah alami hal serupa? Nyebelin tho? Apalagi kalau kita lagi perlu-perlunya, tentu hal itu bikin kita naik pitam. Lain kesempatan, sudah ikut antri panjang dengan barang belanjaan, ternyata ada produk yang salah harga. Berharap dapet bonus, malah tekor karena duit yang dibawa pas-pasan. Tentu saat itu kita kesal, karena petugas mini market salah memberikan keterangan harga yang ternyata sesi diskonnya telah berakhir. Pernah ngalamin hal tersebut? Mangkel banget kan?
Keluar mini market melihat spion motor yang patah. Tak sulit bagi tukang parkir untuk mengaturnya, tapi mengapa ia tak melakukannya? Sudah pasti bakal semudah dia meminta uang untuk bayar parkir, tapi yang terjadi, malah membuat kita kesal, dua kali. Pernah mengalaminya? Kesal? Jujur saja, menurut saya pekerjaan sebagai tukang parkir liar masuk ke dalam kategori penipuan dan pemerasan.
Sesampainya di rumah, tak sabar membuka barang belanjaan. Tapi tunggu dulu! Rasanya ada yang kurang. Ah ternyata satu sachet minuman pencahar tidak berada dalam kantong belanja. Padahal saat itu kita sedang nyeri perut akibat susah BAB, dan barang yang diharapkan pelipur lara tak jadi terbawa. Pernah kebagian moment macam itu? Kesal bukan? Apalagi di struk belanja, minuman itu masuk list yang sudah kita bayar.
Suasana hati kurang enak, saatnya seduh mie rebus untuk netralkan suasana hati. Dua bungkus masuk ke dalam panci, mie pun segera terhidang di meja. Prak! Mangkuk wadah mie rebus sudah menungging di atas lantai. Bola yang sedang dimainkan kemenakan telah mengenai mangkuk biru, sesaat setelah panci ditaro di wastafel.
Beberapa waktu lalu, buat yang mengikuti dunia film, tentu tahu akan insiden di Piala Oscar. Saat itu memang ada kesalahan penyebutan film terbaik. Setelah ditelusuri, faktor human-error lah yang menjadi penyebabnya. Ya, kesalahan dari manusia, bukan sistem maupun mesin.
Kebayang donk di acara sebesar itu masih aja ada yang salah, fatal pula. Apalagi, piala Oscar gak dibuat kemarin sore, tapi sudah melewati angka 82 tahun. Selain Oscar, ada beberapa perhelatan akbar yang juga masih terjadi kesalahan, di antaranya adalah Miss Universe 2015, Australia’s Next Top Model 2010, X Factor UK 2015, NRJ Music Awards 2009, MTV Video Music Awards 2002. Beberapa dari acara tersebut malah ditayangkan secara live, yang artinya tak hanya penonton di studio, melainkan yang di rumah pun menyaksikan kejadiannya secara langsung.
Tak hanya di dunia hiburan, kesalahan demi kesalahan juga banyak terjadi di bidang lain. Semisal kiper sepakbola terbaik Gianluigi Buffon pernah melakukan blunder saat Italia bermain melawan Spanyol, kesalahan yang menurut saya tidak seharusnya terjadi oleh orang sekelas dia. Atau jauh sebelum era sekarang, tokoh politik Inggris yakni Winston Churchill pernah gagal pada pendidikannya di masa kecil. Dan banyak dari tokoh-tokoh besar itu pernah melakukan kesalahan.
Saya, dan mungkin juga kita semua memang pernah merasa kesal dengan serangkaian kejadian di awal tulisan ini. Tak hanya itu, banyak hal kecil lainnya yang seharusnya bisa ditolerir, namun malah menjadi amunisi rasa kesal.
Awal bulan lalu saya menyaksikan sebuah film yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan. Film berjudul Dear Zindagi itu sebetulnya cukup sederhana. Tidak banyak adegan-adegan wah seperti di film-film Khan sebelumnya. Alur ceritanya pun terkesan ‘dipaksakan’ untuk saling menyambung satu sama lain. Namun ada satu adegan yang cukup berkesan dengan narasi yang nendang; “Bila ada orang yang sangat kamu benci, bisakah kamu anggap mereka seperti orang-orang lainnya yang bisa saja berbuat salah?” Tentunya, bukan saja tokoh-tokoh pada cerita kejadian di atas saja yang bisa berbuat salah, tapi kita sendiri semestinya punya ‘hak’ bersalah lalu sadar harus berdamai dengan kesalahan, karena manusia tempatnya salah dan lupa. Dan kita adalah manusia.
—
Penulis:
Dicky Achmad // Kontributor Linimasa
bagus, lanjutin nulisnya mas
SukaSuka