LINIMASA: “Penting Tak Penting Pokoknya Ditulis”

Tadinya saya mau menulis cerita kelanjutan minggu lalu. Sayangnya piranti komputer jingjing saya tertinggal entah dimana, dan hanya ada gawai yang mengharuskan setiap kata dirangkai dengan dua jempol saya yang besar-besar. Capedeee

Entah kenapa, baru saja, sembari menyesap kopi dan menikmati sebatang kretek saya tiba-tiba membayangkan diri sendiri kelak: tua, bangkotan, botak, merokok godhong jagung, batuk-batuk, ngeyelan namun sekaligus ngangeni. 
Saat itu saya sudah pulang kampung. Hendak kemana-mana minta tolong si Paimin, tukang becak langganan, yang senantiasa mengantar ke pasar, alun-alun, toko kelontong, atau menuju rumah sanak-saudara, walaupun genjotannya terlalu pelan atau justru amburadul bin blingsatan sekuat kuda jantan yang sedang horny mengejar dokar di depannya yang ditenagai kuda betina nan ramping dan menjurai menantang.

Sempat terpikir juga ndak mau jadi pelanggan setia si Paimin, melainkan setia kepada Bromproy, dengan untaian rantai yang mulai berkarat dan ban sedikit mengelupas, plus agak gembos. Satu hal yang pasti: walau tua, saya ingin tetap gaya. 


Juga membayangkan soal linimasa kesayangan ini. Salah satu klangenan saya. 

Jika sekarang saya menandai linimasa dengan “karena internet butuh lebih banyak hati”, mungkin besok saat renta saya akan menggantinya dengan “Penting tak penting pokoknya ditulis”, menandakan saya masih harus jaga stamina dan kelincahan -dengan tanpa beban- akan menuliskan apa pun yang sesuai dengan isi kepala, dan lenggokan jemari dalam mengetik.  

Apakah ini sejenis disclaimer bagi pembaca yang menyumbang banyak waktu dan quota sehingga wajar jika berharap mendapatkan “sesuatu” yang berarti, menjadi tidak kecele? 

Geleng-geleng kepala

Justru tagline yang dibuat adalah sebagai seuntai pernyataan, sebuah proklamasi yang bebas sejati untuk memaklumatkan bahwa linimasa adalah serius untuk main-main. Sekadar penghilang kejenuhan dan perlambang gurauan [tingkat tinggi-tentu saja]. Atau sasaran lain agar saya mau banyak menyerap hal lain di sekitar, misalnya hasil obrolan santai, bacaan ringan, pengalaman lucu atau sekadar wacana angin-anginan. 

Tapi itu pun tidak sepenuhnya benar. Bila penting tak penting ditulis, bisa jadi justru blog ini malah isinya adalah hal-hal penting dengan sedikit masalah tak penting.

Atau banyak topik tulisan yang sesungguhnya tidak penting bagi sebagian besar orang seperti kami, saya dan mereka. Namun rupanya penting bagi “kita”. 

“ketimbang njendel”…

“daripada menggerutu saja”…

“karena jika semua hal dibuat serius, saya yakin Tuhan akan kecewa”..

Bukankah pusing karena banyak unek-unek namun tak bersuara memang bikin penyakit baru. Persis burung yang dilarang berkicau sehingga menderita flu burung. Seperti monyet Afrika yang tak boleh ber-ngak-ngik-nguk-nguk-nguk sehingga menelorkan album virus teranyar Ebola. Atau seperti mereka, tai-tai kuning di aliran sungai yang berebutan korsi jabatan padahal jika sudah duduk di korsi idaman tetap tai juga.

Ya sudahlah, saya semoga menua dengan alamiah. Dari setengah manusia menjadi manusia seutuhnya. Biar catatan yang saat ini dilipat dan diselipkan di ketiak malaikat bisa seimbang. Tidak melulu pahala (apalagi melulu dosa). 

Salam anget,

RoySahetapyNyicil

10 respons untuk ‘LINIMASA: “Penting Tak Penting Pokoknya Ditulis”

  1. Om, mau nanya, ini sebenarnya pertanyaan buat penulis Linimasa yang lain juga sih. Pernah merasa “terbebani” untuk nulis sesuatu yang bagus atau penting di sini enggak? Makasih.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s