Pengantar: Ini adalah uraian sederhana tentang 25 sifat positif yang membentuk sosok manusia yang utuh. Ini bukan nasihat, bukan pedoman, atau petunjuk. Ini cuma cermin yang semoga saja cukup jernih untuk kita sama-sama berkaca. Semoga bermanfaat…
I. Yang Memancar dari Dalam Hati
1. Adil
Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang hakiki. Mungkin itu tak selalu tempat yang nyaman bagi yang ditempatkan, dan bagi yang menempatkan. Adil itu tidak selalu mudah, karena kita harus mencoba untuk tahu hakikat dan tempat dari segala sesuatu. Kemudian kita juga harus punya keberanian dan kekuatan untuk meletakkanhal itu pada tempat yang kita tahu memang di situlah tempatnya.
2. Peduli
Selalu ada bagian dari apa yang dimiliki oleh seseorang atau bahkan bagian dari diri seseorang yang dibutuhkan oleh orang lain, diminta atau tidak diminta. Selalu ada kesempatan bagi kita untuk memberikan bagian dari diri atau apa yang kita miliki yang diperlukan oleh orang lain. Kepedulian adalah hal yang membuat kita nyaman mengambil kesempatan untuk melakukan pemberian itu.
3. Ramah
Keramahan adalah udara yang kita bentang di sekitar kita, yang membuat orang lain – dan terutama diri kita sendiri – merasa nyaman berada di bentangan udara tersebut. Keramahan adalah jembatan lapang yang lekas menyeberangkan orang lain ke sisi kita, tanpa hal itu harus menjadi beban bagi kita dan bagi orang lain.
4. Tegas
Ada saat kita harus mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ pada detik yang tepat, dengan pilihan jawaban yang tepat. Bukan cepat atau lambatnya yang penting, tapi ketepatan saat ketika jawaban itu diperlukan. Tidak berlarut tidak juga terburu-buru. Ada saat kita harus menolak atau menerima dengan alasan sederhana saja, yakni karena kita memang harus menerima atau harus menolak. Itu saja. Ketegasan adalah pagar yang kita bangun dan kita jaga. Kita harus tahu kapan kita membuka dan kapan kita menutup pintunya.
5. Tanggap
Sifat tanggap adalah naluri. Naluri adalah kerja ketika rasa hati jauh lebih cepat memandu kita mengambil keputusan daripada rasio dari pikiran. Naluri lahir sebagai sesuatu yang dibiasakan, terus-menerus dilatih, dibentuk, dan diarahkan. Tanggap adalah reaksi kita untuk lekas ikut ambil bagian, bahkan mendahului orang lain, untuk mencari jalan keluar, dari suatu masalah yang harus lekas diselesaikan, apakah itu terkait atau tidak terkait dengan kita. Apalagi kalau itu memang bagian dari tugas dan tanggung jawab kita.
II. Yang Tertanam di Dalam Dada
1. Jujur
Kau jujur jika kau berkata, bertindak, berperilaku, dan bekerja, maka kau benar-benar hanya mengandalkan apa yang benar-benar kau punyai, kau kuasai, dan kau mampu. Kejujuran adalah kemampuan mengetahui setepat-tepatnya dan memberdayakan dengan segala daya upaya, segenap kemampuan dan juga ketidakmampuan kita. Kejujuran adalah nilai diri kita, yang sampai mati harus kita jaga harganya.
2. Sabar
Orang yang sabar adalah orang yang percaya pada proses, dan yang lebih penting lagi, ia percaya pada dirinya sendiri. Dia tahu persis akan ada banyak hal yang tak terduga yang akan ia hadapi dalam perjalanannya menuntaskan apa yang sudah ia mulaikan. Ia bisa mengeluh tapi tak tenggelam dalam keluhan. Ia tahu tak semua orang bisa disenangkan, tapi dia tak akan bertindak serampangan berdasarkan ketidaksenangan orang lain padanya.
3. Tangguh
Orang yang tangguh adalah orang yang percaya pada diri sendiri, juga percaya pada orang lain tapi tak mau menggantungkan dirinya hanya pada orang lain. Ia berani memulai dan siap menempuh segala akibat dari apa yang ia mulai sampai selesai. Orang yang tangguh tahu, sesiap apapun dia, selalu ada kemungkinan jatuh dan gagal tapi ia terus maju. Ia mungkin bisa sesekali terlemahkan, tapi ia tak terhentikan.
4. Berani
Keberanian muncul dari kesiap-siagaan. Orang berani adalah orang yang siap-siaga. Orang yang siap-siaga bukan berarti mempunyai segala bekal yang diperlukan. Mereka tahu persis apa saja yang ada pada diri mereka – sesedikit apapun itu – dan mereka tahu bagaimana mendaya-gunakan apa yang mereka punyai itu. Mereka menghitung risiko. Terus maju adalah tekad, menang adalah tujuan, tapi tanpa teralihkan, orang yang berani tahu kapan harus sedikit berbelok, sejenak berhenti, atau selangkah mundur dahulu.
5. Kuat
Orang yang kuat adalah orang yang tahu bahwa hidup adalah gelanggang pertarungan yang tak perlu dihindari. Ia masuk arena dengan sadar. Ia tak selalu ingin bertarung, tapi ia tahu kapan harus bertarung habis-habisan. Ia tahu bahwa ia tak selalu menang, tapi bahkan ketika kalah pun ia tak menjadi pecundang dan ia bukan pengalah. Orang yang kuat selalu bisa bangkit lagi dari kekalahan dan yang lebih penting ia juga tahu bahwa ia harus bangkit dari kemenangan.
III. Yang Mengalir dari Kedua Tangan
1. Tekun
Orang yang tekun masuk melibatkan dirinya ke dalam suatu pekerjaan dengan seluruh kemampuannya sampai pekerjaan itu tuntas. Perhatiannya sepenuh-penuhnya ia arahkan, energinya sebanyak-banyaknya ia kerahkan, kepandaiannya seluas-luasnya ia berdayakan untuk masalah yang harus diselesaikan.
2. Gigih
Orang yang gigih adalah orang yang bekerja dengan suatu keyakinan. Dalam bekerja ia punya tujuan. Karena bekerja adalah perwujudan dari apa yang ia yakini maka ia tak terhentikan oleh apapun. Bekerja dan menuntaskan pekerjaan adalah sebuah kebahagiaan, karena dengan begitu ia bisa mewujudkan tujuan yang ia yakini.
3.Rajin
Bagi orang yang rajin, bekerja bukanlah beban penderitaan, tapi sumber kegembiraan. Tak ada pekerjaan yang remeh, dan tak ada pekerjaan yang tak membawa kembali imbalan bagi siapa saja yang mau dengan rajin mengerjakannya. Setidaknya kegembiraan yang diperoleh saat bekerja atau setelah menyelesaikan pekerjaan itulah yang menjadi imbalan yang paling berharga.
4. Trampil
Dalam sejumlah kerja, untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu, manusia tak bisa lepas dari peralatan dan perkakas. Orang yang trampil adalah orang yang mengenal, menghargai, bahkan menyatu dengan setiap peralatan yang diperlukan dalam pekerjaannya, dan menghasilkan yang terbaik yang paling mungkin didapat dari kerjanya itu.
5. Tangkas
Kerja dalam hidup tidak selalu berjalan dengan datar, lurus, dan tenang. Selalu ada masalah datang sebagai kejutan, kelokan mendadak, atau tanjakan yang menghadang tiba-tiba. Orang yang tangkas dengan sigap dan gesit bisa menempuhi dan melampaui segala kejutan itu tanpa harus tersandung atau jatuh pada kesalahan. Seperti pesilat handal, orang yang tangkas menguasai jurus-jurus dasar yang lengkap.
IV. Yang Memandu dari Dalam Kepala
1.Cerdas
Kecerdasan adalah kemampuan memanfaatkan segenap pengetahuan, wawasan, dan keluasan jiwanya untuk menyelesaikan masalah dengan selekas mungkin. Orang yang cerdas tak pernah takut menghadapi masalah sepelik apapun, sebab ia percaya, dengan pengetahuan yang ia punya ia bisa mencari jalan menguraikan masalah itu. Kalau pun dia tak punya pengetahuan tentang itu, dia tahu harus menemukannya di mana dan bagaimana caranya.
2. Pintar
Orang yang pintar adalah orang yang mampu memahami dan menguasai hal-hal baru dengan lekas. Orang yang pintar pintar adalah seorang pembelajar yang selalu lapar dengan pengetahuan baru. Orang yang pintar adalah orang yang yakin bahwa pengetahuan yang ia miliki suatu saat pasti aka nada manfaatnya.
3. Cermat
Ada hal-hal yang harus dikerjakan dengan cara dan tahapan yang sudah baku. Jika kita mengerjakan hal itu, lakukan dengan cermat, artinya lakukanlah sesuai dengan cara dan tahapan itu. Kita juga harus memahami benar kenapa tahap-tahap itu harus seperti itu. Tapi yang lebih penting adalah hanya dengan kecermatan itu kita bisa memikirkan dan menemukan cara dan tahapan yang lebih baik.
4.Teliti
Kesempurnaan atau pendekatan ke arah kesempurnaan, hanya bisa lahir dari ketelitian. Bekerja dengan teliti, lalu menghasilkan sesuatu yang sempurna adalah sebuah kepuasan. Ketelitian bukan beban yang menuntut. Ketelitian adalah anak-anak tangga yang memandu, langkah demi langkah yang menyampaikan ke sebuah hasil yang baik dan terus membaik.
5. Jernih
Pikiran yang jernih, ibarat mata dengan cahaya laser. Ia bisa menembs sekeruh apapun situasi yang dihadapi. Pikiran yang jernih, mampu untuk tetap jernih, menularkan kejernihan, menjernihkan dengan lekas kekeruhan situasi yang diharapi. Orang dengan pikiran jernih, tak takut menghadapi situasi sekeruh apapun itu.
V. Yang Mewujud Menjadi Diri
1. Sederhana
Sederhana adalah apa yang tampak oleh orang lain padamu, terlihat amat pantas untukmu. Sederhana adalah apa yang di mata orang lain pantas untukmu terasakan amat nyaman oleh dirimu sendiri. Sederhana adalah kau tidak direpotkan oleh apa yang tidak kau perlukan. Sederhana adalah, kau hanya mengenakan, mengucapkan, menyikapi apa yang benar-benar kau perlukan.
2. Lentur
Kelenturan menuntun kita pada jalan keluar. Kelenturan bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Manakah jarak terpendek ke puncak sebuah gunung? Yaitu garis lurus dari kaki bukit ke puncak itu. Tapi apakah itu jalan yang paling mudah? Bukan! Bahkan mustahil bisa mencapai puncak itu kalau kita bersikukuh hanya menempuh jalan segarus luru, jarak terpendek itu. Kelenturan adalah kita mencari jalan yang paling mungkin, bukan jalan yang paling mudah.
3. Bijak
Bijak adalah kemampuan bersikap, memutuskan, menimbang dengan sebagus-bagusnya. Bijak menuntut dua kemampuan, yaitu kemampuan untuk berempati dan bersimpati. Kita berempati pada seseorang ketika kita menilai dia setelah menempatkan diri kita pada posisi orang tersebut. Sedangkan simpati adalah perasaan kita yang tersentuh bangkit setelah melihat keadaan – kemalangan, keberhasilan, kesulitan, kegemilangan – orang lain.
4. Benar
Kebenaran itu selalu sederhana. Seperti tangan kiri dan kanan yang tak bisa dipertukarkan penyebutannya. Kiri adalah kiri. Kanan adalah kanan. Itulah kebenaran yang tak bisa digugat, tak perlu dipertanyakan. Kebenaran harus menjadi penyemangat yang paling utama bagi kita. Karena mencuri atau mengambil hak orang lain yang bukan hak kita itu tidak benar, maka kita harus bekerja atau berusaha untuk bisa mendapatkan apa saja yang kita butuhkan.
5. Tulus
Orang yang tulus adalah orang yang telah selesai dengan masalah-masalah sempit yang terkait dengan dirinya sendiri. Ia menautkan dirinya dalam lingkaran kemanusiaan yang lebih luas. Ketika ia berbuat sesuatu untuk kebaikan, ia tak lagi melihat sekecil atau sebesar apa dampak dari perbuatannya itu. Ia berbuat bukan untuk menghindari caci-maki, tidak untuk mendapatkan tepuk tangan, juga bukan untuk mengundang puja-puji.[]
Reblogged this on Lacuna Story and commented:
Indah dan berarti. Layak untuk dibaca ulang dari waktu ke waktu.
SukaSuka
terima kasih… senang kalau tulisan kami bisa berarti bagi pembaca kami…
SukaSuka
bagus!
SukaSuka