Karena Manusia Ndak Sesederhana Yang Dibayangkan Masing-Masing Kita

Ada beberapa pilihan cara menghabiskan uang.

  1. Jakarta menuju Bogor, pilihannya adalah naik commuter line Rp.16ribu, naik Uber Rp.115ribu atau naik Silverbird Rp.300ribu.
  2. Mau makan mie, pilihannya adalah mie ayam Mamang pinggir jalan Rp.12ribu, Bakmie GM Rp.30ribu atau Marutama Rp.80ribu.
  3. Beli kaos oblong  dagadu Rp.150ribu, atau kaos oblong impor seharga Rp.350ribu, atau kaos Kenzo edisi Winnie the Pooh seharga Rp.1,9juta.
  4. Mau nonton film, pilihannya adalah beli DVD bajakan Rp.7ribu, Blitz Megaplex Rp.50ribu, atau Premiere Rp250ribu.
  5. Mau ke Jakarta dari Surabaya pilihannya adalah naik AirAsia ekonomi Rp.550 ribu, naik Lion Rp.800ribu atau naik maskapai Garuda Rp.1,2juta.

Atau ketika kamu ingin beli sepatu lari biar CFD-an makin asoigeboy, bisa membeli sepatu Bata Rp.300ribu, Adidas Rp.1,2 juta, atau Nike Flyknit seharga Rp.2,7juta.

Membeli kosmetik pun banyak pilihan. Cukup Purbasari, Makeup Forever atau SKII atau lainnya yang saya ndak begitu tahu.

Bagaimana ketika menjalin hubungan? Sama! Pilih pacar yang mau diajak naik sepeda bareng, maunya naik motor, atau baru anggukkan kepala jika dijemput dengan Mini Cooper.  Mantaaaap.

Bahkan membeli sepeda pun dari sepeda lipat Dahon seharga Rp.4juta, sepeda lipat Dahon seharga Rp.7juta atau sepeda lipat merk Dahon (juga) seharga Rp.12juta.

Ternyata dalam jalani keseharian kita diberi pilihan untuk menentukan cara kita mengkonsumsi sesuatu, kita akan pertimbangkan masak-masak sesuai isi dompet, atau kebutuhan, atau gengsi.

Lucunya tidak melulu memilih kelas premium akan selalu premium. Ada juga yang kalau pilih kos-kosan cukup dengan kipas angin dan kamar mandi di luar seharga Rp.700ribu sebulan, tapi makan maunya di Duck King dan Sushi Tei, mengenakan gawai apple terbaru, namun kemana-mana pakai jeans seharga Rp.250ribu sudah dapat 4 di ITC. Sebuah pilihan kombinasi yang unik. Ada? Banyak.

Atau memiliki apartemen di SCBD miliaran, namun kemana-mana naik sepeda Rp600ribuan, jam tangan beli di atas jembatan penyeberangan, sukanya makan mie ayam pinggir jalan, namun saat liburan cukup ke Eropa dan sekitarnya. Santorini sudah bolak-balik empat kali.

Karena manusia itu begitu rumit. Jiwanya terkadang berbeda dengan jalan pikirannya. Bicara dan hati tak sesuai. Isi dompet dan gaya hidup bertolak belakang. Ketika melihat perempuan berhijab yang dicari dan diawasi dengan seksama malah bagian dada, dan ketika menyaksikan lenggak-lenggok puan jelita berbikini saja yang diperhatikan adalah bibirnya. Ruwet. Rumit. Ndak jelas manusia itu maunya apa.

A little boy choosing between a cupcake and apple...looks like the cupcake is the winner.
A little boy choosing between a cupcake and apple…looks like the cupcake is the winner.

Punya hape buat ngetik. Punya komputer buat telpon-telponan. Punya isteri malah seperti pembantu, dan ada yang pembantu dengan rutin digarap tuannya layaknya suami-istri. Oh, indahnya dunia realita.

Oleh karena itu, tidak sesederhana jalan pikiran Peppo bahwa isu sensitif berbau sara, terutama etnis dan agama bisa dijadikan tulang punggung peraihan suara. Hasil nyatanya mereka kalah di putaran pertama. Agus, diam-diam menangis sejadi-jadinya. Satu manusia saja begitu ruwet. Apalagi secara jumawa merasa memahami alam selera warga. Suseeeeh, Bok!

Juga tak berarti warga Tionghoa akan selalu memilih pasangan No.2. Atau para kelas menengah Islami memilih pasangan No. 3. Belum tentu. Manusia itu cenderung tak mau diatur.

Lihat saja antara Kalibata dan Depok ada sebuah stasiun kereta yang sampai sekarang masih membandel tidak menyesuaikan namanya sesuai anjuran pemerintah: Stasiun Pondok Cina. Entah yang membandel adalah PT. KAI ataukah memang saya saja yang iseng gunakan contoh stasiun ini yang ndak ngerti apa-apa dan ndak punya salah.

Kakak kandung saya lulusan Arsitektur UGM, namun berkarir sebagai peternak sapi. Adik saya lulusan Manajemen Kehutanan namun sekarang malah jadi translator drama korea. Ini pun tidak sesederhana karena kebutuhan hidup atau garis nasib. Ini adalah hasil dari banyak variabel dan proses pergumulan batin yang melibatkan cita-cita, disiplin ilmu sesuai ijazah, kondisi ekonomi, keinginan orang tua, minat bakat, rasa gengsi dan tanpa nyana plus siapa duga.

Jika ini adalah bagian dari “Free Will“, atau kehendak bebas, ndak juga. Karena kehendak bebas memerlukan pelaku-pelaku rasional. Yakin bahwa tindakan kita rasional? Berapa persen yang gunakan hal lain misalnya perasaan belas kasihan, rasa gengsi, juga ketebalan iman.

Saya pernah menulis di linimasa mengenai topik yang hampir sama, namun beda pendekatan. Saya mengira bahwa soal selera dan gaya hidup akan mempengaruhi pola pikir dan kedekatan emosional. Apalagi soal kondisi ekonomi. Silakan baca di sini. Saya masih meyakini itu, namun semakin ragu belakangan ini.

Manusia tidak hanya didorong oleh motif ekonomi atau syahwat belaka dalam melakukan tindakan. Terkadang ada suatu hal dorongan yang muncul tiba-tiba tanpa rencana. Sesuatu yang jatuh gedebug entah dari mana. Hasilnya? Abrakadabra!

Ketika melihat gadis jelita rupawan bak bidadari, kita tak beranikan diri untuk berkenalan. Merinding. Grogi. Tapi entah kenapa bisa jadi suatu ketika saat di sore hari, bidadari itu pesan Uber dan kebetulan kita pengemudinya. Hasilnya berkenalan secara natural, saling tukar nomor telpon dan akhirnya jadian. Andaikan perkenalan itu karena kesengajaan dan memberanikan diri, bisa jadi hanya salam dan sesudahnya hambar.

Bukankah sungguh mulia menjadikan sopir kita sebagai pacar bila dibandingkan pacar kita menjadi sopir?

Atau contoh lain adalah kita sibuk menabung untuk sebuah tas Goyard. Berbulan-bulan tak makan siang. Ajakan liburan sobat pun ditolak menah-mentah. Uang terkumpul. Pergilah dengan suka cita ke mal. Di sebelahnya ada tas Balenciaga yang lucu. Tapi sayang harganya lebih mahal lima ratus ribu. Bukannya membeli Goyard idaman, pulang-pulang menenteng sekotak sepatu Manolo Blahnik yang tak sedikitpun selama ini terbawa mimpi.

Dasar Manusia!

Salam anget,

Roy’Descartes

 

7 respons untuk ‘Karena Manusia Ndak Sesederhana Yang Dibayangkan Masing-Masing Kita

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s