Diet Gawai

Berapa lama yang anda habiskan untuk memegang gawai? Untuk menilpun, balas email, ngetuit, ngepath, ngewe-a, ngedit poto, main gim onlen, atau apapun yang berkaitan dengan gawai? Jika dihitung secara rinci tentu saja sulit, se’ndaknya itulah yag saya rasakan. Gawai sudah mewakili kita untuk banyak hal. Lebih baik ketinggalan dompet di rumah daripada hape.

Gawai membantu kita melakukan banyak hal. Semacam pintu rejeki. Ndak terlalu berlebihan lho ini, karena sebagian besar profesi dilakukan via gawai. Gojek, Uber dan sebangsanya. Makelar mobil dan kumpulannya. Wartawan media daring, kiyai, hingga pekerja seks komersial menggunakan piranti elektroNik ini sebagai lapak utama. Kebutuhan pokok yang sulit dipisahkan dengan pri-kehidupan kita.

Kalau begitu gawai bisa juga dipersamakan dengan nasi. Makanan pokok sumber karbohidrat. Pada umumnya akan melahap bahan makanan ini sekali dalam sehari. Tapi ya itu tadi, walaupun pokok, jika berlebihan maka efeknya akan kemana-mana.

Bagaimana jika kita coba lakukan diet? Yap! Ini khusus bagi yang sudah merasa hape terlalu menjadi tumpuan sehari-hari. Melototi twitter, WA, Path, Facebook, buka forum gosip, nge-like instagram tiada henti yang sejatinya ternyata kesibukan itu tak terlalu produktif bahkan candu.

Bedakan dengan sista-sista yang memang jualan onlen. Atau buzzer yang bikin #hestek sebagai salah satu profesinya. Juga para pegawai kantoran yang memang dapet tugas utama untuk menggarap reputasi perusahaan di media sosial. Mereka mainan gawai karena bekerja. Sama seperti tukang becak yang kudu banyak mamam nasi biar perasaannya dan betisnya kuat mengayuh pedal.

Sebagian besar kita, medsos menjadi candu seperti rokok. Kemana-mana rasanya gatel kalau ndak buka hape. Bahkan saat rapat, atau ngobrol ririungan dengan sobi tetap menunduk ke bawah dan nyekrol-nyekrol layar. Wajar? Kita sendiri yang tahu batasannya. Teman saya sekarang eek-nya ndak mau keluar jika jemarinya gak megang hape sembari jongkok saat pup. Luar biasa bukan?

Ini juga salah satu alasan linimasa dibuat satu tulisan dalam sehari. Cukup satu saja. Karena kami, atau se’ndaknya saya, menganggap bahwa ada banyak hal penting dan lebih menarik jika kita mengangkat pandangan menjauhi layar gawai. Rumput hijau, awan berarak, langit cerah, dan HEY, SIAPA ITU KOK LUCU BANGEEET?!

Diet Gawai kudu dilakukan jika kita ternyata lebih senang diam sendiri di sudut meja mendekati colokan daripada mencoba untuk beranikan diri berkenalan dengan gadis yang duduk di sebelah.  Atau saat berkumpul bersama rekan kerja. Juga saat reuni buka puasa. Kita galau saat kabel pengisi batre tertinggal di kos. Kita terlalu risau saat meeting di sebuah ruangan yang susah sinyal. JIka orang Cibubur pertama kali meeting bertanya dimana toilet karena baru saja melakukan perjalanan jauh, maka para gawai-mania pertama kali yang ditanya adalah kunci akses wifi, atau letak colokan, atau berusaha meminjam powerbank barang sejenak.

Baiklah, tak salah menggunakan gawai, karena memang justru zaman sekarang menjadi aneh dan menyusahkan banyak orang jika kita sulit dihubungi via gawai. Tapi setidaknya pernahkah Anda menghitung atau bertanya pada diri sendiri:

Berlebihankah saya berlama-lama dengan gawai? Bagaimana jika kita berjalan ke luar ruangan dan mencoba menyapa seseorang dan berbicara tentang segala?

Selamat sabtu siang. Salam tanggal muda. Mari bersepedah!

RoyGawai

5 respons untuk ‘Diet Gawai

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s