Band warisan dari tahun 90an yang masih bisa menyedot penonton terbanyak tahun ini mungkin adalah Coldplay. Untuk pendengar sejak album pertamanya, Parachutes, Coldplay mungkin sudah menurun “kualitas musiknya”, dan berhenti mendengarkan setelah album keempatnya, Viva La Vida. Karena mulai di album Mylo Xyloto, Coldplay sudah mulai “berubah”, dengan genre yang lebih pop dan mudah didengar. Salah satu indikasi kuatnya adalah dengan menggaet Rihanna di lagu Princess of China. Indikasi itu semakin kuat di album Ghost Stories, dengan melibatkan Avicii di lagu A Sky Full of Stars. Lagu yang paling saya benci. Karena itu adalah jenis musik EDM abal-abal di telinga saya. Di album terakhirnya, A Head Full of Dreams, Coldplay bahkan bisa menggaet Beyonce di lagu Hymn For The Weekend. Di sini saya melihat Coldplay berusaha menjangkau dan meraih pendengar baru. Yang tentu saja lebih muda. Rupanya taktik tersebut berhasil. Coldplay sekarang mungkin band paling besar dan paling bankable.

Saya tahu banyak yang tidak suka dengan Coldplay tapi saya tidak menyangka kalo ternyata ada yang menyandingkan dengan Nickelback, sebagai band yang paling dibenci di muka bumi. Saya belum tahu bagaimana mereka menilainya. Entah apa alasannya. Bisa mungkin karena over-rated. Sepertinya setiap umat manusia tahu Chris Martin itu siapa. Sepertinya udik kalo kita tidak tau lagu Fix You atau Yellow. Semua itu sah-sah saja. Selama anda tidak mempunyai Sabrina di pemutar musiknya.

Tapi jika ditanya sebut sepuluh band yang paling oke manggungnya sekarang ini? Saya yakin Coldplay masuk di dalamnya. Ini bukan tanpa alasan. Terlepas dari mereka sell our atau over-rated. Tapi mereka harus diakui sangat serius kalau untuk urusan manggung. Tata suara yang mereka hasilkan bersih. Rapi. Sama seperti mendengar CD-nya. Tata cahaya juga mereka juara. Segala sesuatunya terkonsep. Tidak banyak band yang melakukan hal ini. Lagu-lagunya anthemic. Kita bisa menonton sambil bernyanyi bersama. Walau cuma bagian chorus doang. Atau mungkin sekedar bersenandung. Intinya menghibur. Seperti nonton film rilisan Marvel. Gak percaya coba perhatikan cuplikan konser di bawah ini.
https://www.youtube.com/watch?v=SU1HrTOzcnk
Dalam rangkaian tur dunianya tahun ini rupanya negara di Asia Tenggara masuk hitungan. Setidaknya sampai sekarang Singapura dan Filipina ada di daftar antrian. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa tidak ada di Indonesia? Penggemar Coldplay di Indonesia lebih banyak dari Filipina, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan. Buktinya apa? Di hari pertama penjualan tiket konser di Singapura dikabarkan sudah terjual habis dalam hitungan jam. Itu artinya orang Indonesia yang memborong tiket tersebut. Setidaknya 60% dari pembeli tiket tersebut adalah Indonesia. Saya yakin ini. Pantauan saya menyebutkan banyak yang kecewa karena tidak mendapatkan tiket. Lalu, kenapa pemerintah Indonesia tidak memperhatikan hal ini?

Dragono sempat nanya ke grup apa betul bakalan ada isu money rush menjelang pilkada ini? Lalu Glen menimpali kalo Coldplay konser di Singapura itu money rush sesungguhnya. Itu betul. Gini deh seandainya ada 30 ribu orang Indonesia yang nonton Coldplay di Singapura, dan rata-rata mereka menghabiskan uang lima juta. Lima juta dikali dengan tiga puluh ribu. Berapa? 150 milyar ya? Gak beda jauh ya sama uang yang lari ke Singapura pas demo tanggal empat kemarin? Mau bikin kaya negara tetangga aja nih? Yang ngelindungin koruptor? Yang bawa uang transaksi Google juga. Gitu? Bikin rush of blood to the head kan? Hello Bekraf? Kang Triawan? Kumaha damang? Nuju naon? Hayuk atuh bergerak.
Tinggalkan komentar