Sendirian Itu Juga Bisa Menyenangkan

HAVE you ever feel lonely?” Pertanyaan semacam ini bolak-balik dilontarkan banyak orang–terutama dari teman, temannya teman, atau malah sanak famili–karena heran melihat seseorang yang selalu ngapa-ngapain sendirian. Entah apa lah tujuan pertanyaan itu disampaikan; sebagai bentuk perhatian, dorongan semangat dan motivasi supaya lekas-lekas cari pasangan, atau sekadar meledek. Padahal, mau sendirian atau beramai-ramai, ya kembali ke kenyamanan masing-masing, serta tentu saja aktivitas yang akan dilakukan.

Mas Nauval sudah bercerita tentang betapa tidak efisiennya keinginan makan martabak manis bagi para lajang, dan susahnya menggosok punggung sendiri, dua pekan lalu. Mbak Lei juga telah menyampaikan tentang betapa anehnya konsep “me time” yang personal dan individual bagi kebanyakan orang Indonesia, Jumat kemarin.

Menurut saya, sebagai seseorang yang relatif lebih sering dan senang ngapa-ngapain sendirian, setidaknya ada sepuluh aktivitas yang terasa oke-oke aja, juga lebih nyaman apabila dilakukan sendirian.

  1. Makan
Foto: thrillist.com
Foto: thrillist.com

Kita lapar, kita datang (ke restoran atau tempat makan), kita pesan, pesanan datang, kita makan, kita kenyang, kita bayar, kita pulang. Sesederhana itu. Cenderung gampang dapat tempat duduk, karena hanya sendirian. Pun enggak perlu ribet saling tunggu menunggu pesanan yang customized, seperti nasi goreng tanpa sayur, gado-gado jangan pakai pare dan kentang, rawon jangan pakai kecambah, sampai mi babi tanpa daging babi.

Sesi makannya pun bisa lebih “khusyuk” dan efisien. Makanan yang dipesan sesuai kapasitas perut, minim potensi kebanyakan, tidak habis, dan mubazir. Karena makan sendirian, enggak perlu khawatir menghadapi penilaian sosial dengan makan di warung pinggir jalan atau sejenisnya. Lebih hemat. Kelar makan pun bisa langsung beranjak melakukan aktivitas lain. Produktif.

Kekurangannya: Mesti pilih restoran yang menyediakan porsi personal, supaya enggak kekenyangan. Seperti yang pernah saya alami ketika iseng mencicipi sajian Restoran Trio beberapa bulan lalu. Hampir semua menu disajikan dengan porsi “makan tengah”, termasuk nasi goreng.

Selain itu, karena datangnya sendirian, agak riskan meninggalkan barang bawaan di meja saat ingin ke toilet atau mendatangi kasir. Pastinya enggak bisa tagging tempat duduk, kecuali minta tolong pramusajinya.

  1. Jalan-jalan
Foto: Tumblr

Kurang lebih dengan aspek yang sama seperti urusan makan. Jalan sendirian bisa menghemat banyak hal: waktu, tenaga, uang, dan drama. Baik jalan-jalan di mal dan tempat umum lainnya, maupun jalan-jalan dalam arti liburan.

Saat ke mal sendirian, mau ke mana saja, tinggal langsung jalan tanpa singgah-singgah, tanpa saling menunggu. Mau beli buku, ke toko buku; lapar, ya ke restoran; mau beli baju, ya ke toko baju; mau nonton, ya nonton. Sudah bosan atau dapat semua yang diinginkan, ya pulang atau nongkrong di kafe. Sudah deh.

Begitu pula saat pergi berlibur. Solo traveling punya banyak sisi menyenangkan. Suka-suka kita, bisa susun itinerary pribadi sesuai selera, atau malah tanpa rencana sama sekali dan menikmati kota tersebut dengan apa adanya tanpa harus ribet menanggapi protes atau ketidaksukaan orang lain. Meskipun teman sendiri. Hahahaha!

Kekurangannya: Terutama saat pergi liburan, kita mesti benar-benar tahu tempat yang akan didatangi supaya enggak ada ketinggalan, dan disesali kemudian. Selain itu, karena jalan-jalan sendirian, tidak ada teman untuk berbagi biaya. Dengan patungan kan bisa lebih murah. Apabila bepergian sambil menyetir, ya tidak ada sopir cadangan.

  1. Nonton di Bioskop

Nah, menonton film sejatinya sama seperti membaca buku, atau belajar, memang seharusnya dilakukan sendirian. Namanya juga menonton, bukan mengobrol atau mengomentari tontonan saat ditayangkan.

Lain ceritanya kalau menonton dalam keadaan sedang berpacaran. Menonton di bioskop pun jadi semacam bonding moment, ketika bisa curi-curi ciuman, bisa saling genggam tangan, bisa saling menguatkan saat setannya nongol, dan sebagainya.

Karena sendirian, enggak perlu repot urusan menentukan mau menonton film apa, di bioskop mana, penayangan jam berapa, duduk di deretan apa. Enggak tunggu menunggu, enggak telat juga masuk studio sehingga tidak ketinggalan trailers film-film lain (meskipun bisa ditonton di YouTube, tapi ya tetap beda rasanya). Lalu cenderung lebih mudah dapat tiket dan tetap bisa menonton film terbaru, meski antrean masih ramai-ramainya. Plus, bisa fokus dengan tontonan.

Kekurangannya: Hampir tidak ada. Paling-paling ya cenderung gampang terganggu dengan orang di sekitar. Soalnya, kita seringkali justru enggak sadar kalau menggaggu orang lain di bioskop, saat kita nontonnya reramean.

Oh ya, satu lagi kekurangannya: enggak bisa memanfaatkan promo “beli 1 tiket gratis 1 tiket” dari salah satu bank, yang banner promonya terpajang di depan mbak-mbak kasir. Enggak lucu kan kalau tiket bonusnya dikasih ke orang asing. Kecuali kalau sedang ada gebetan.

  1. Ngafe
Foto: Pinterest
Foto: Pinterest

Ngafe sih enaknya memang sambil ngobrol. Seruput kopi, terus hahahihi. Asal jangan sampai terlalu berisik, ketawanya kenyaringan kayak setan, ngganggu yang lain. Namun selain itu, ngafe sendirian juga bisa terasa syahdu. Duduk di bangku dekat jendela, dan tidak perlu meja yang terlalu besar. Daydreaming latte, kurang lebih begitu. Melihat orang yang lalu lalang, mendengarkan isi pikiran sendiri, siapa tahu bisa dapat inspirasi.

Ngafe sendirian juga bisa sambil baca buku, atau menggambar, seperti aktivitas doodling yang marak belakangan ini. Bagi sebagian orang, me time yang kayak begini ibarat sudah jadi salah satu kebutuhan mingguan.

Kekurangannya: Agak kasihan dengan si empunya kafe dan barista sih. Karena kita datang sendirian, tentu menu yang dipesan pun secukupnya saja. Secara pribadi, saya kerap merasa sungkan atau enggak enak sendiri, ketika hanya pesan secangkir latte dan sepiring roti bulan sabit alias croissant untuk dikudap sembari membaca buku. Apalagi kalau kafenya ramai, kasihan dengan pengunjung lain yang antre.

  1. Belanja Kelontongan
Foto: quicko.com
Foto: quicko.com

Berbeda dengan belanja produk fashion, yang mesti bawa teman untuk memberikan penilaian: “Gimana? Bagus, enggak?” Belanja kelontongan alias grocery ya lebih nyaman sendirian. Asal ingat mau beli apa-apa saja, dan tahu di mana lokasi raknya. Langsung dibayar, dibawa pulang. Kelar. Enggak perlu muter-muter supermarket.

Kekurangannya: Agak repot ya kalau lupa, jadi bakal lebih baik jika ada yang mengingatkan. Selain itu, tentu perlu tambahan tenaga untuk barang belanjaan yang lumayan banyak.

  1. Nge-gym
Animasi: Giphy
Animasi: Giphy

Ada tiga tipe pelanggan gym: mereka yang perlu teman biar semangat, mereka yang lebih suka nge-gym sendiri supaya lebih fokus dan cepat, dan yang doyan selfie.

Saat nge-gym sendiri, minimnya interaksi dengan orang lain akan sangat menghemat waktu. Fokus pada latihan-latihan yang akan dilakukan, langsung bergegas ke alat berikutnya, dan jeda tiap set bisa relatif stabil. Datang, siap-siap, latihan dengan intensif, mandi, beberes, pulang. Semua dalam waktu kurang dari 120 menit, itu pun sudah mencakup pemanasan, variasi latihan untuk otot besar dan otot kecil sesuai preferensi, dan jeda tiap set angkatan.

Beda cerita kalau menggunakan jasa pelatih pribadi. Kita datang sendiri-sendiri, dan saat di gym, sang PT pun semestinya berusaha membantu kita latihan semaksimal mungkin. Saat jedanya kelamaan, pasti diingatkan. Saat bebannya ringan, pasti diberatkan.

Kekurangannya: Lumayan repot saat perlu spotter. Ketika sedang menantang diri sendiri untuk meningkatkan beban, selalu ada rasa khawatir dan takut beban tersebut bakal menyusahkan, bahkan jatuh. Begitu juga saat harus menunggu alat yang digunakan secara bergantian. Males banget kalau yang ditunggui itu satu geng.

  1. Menulis
Foto: piirus.ac.uk
Foto: piirus.ac.uk

Sampai kapan pun, menulis adalah kegiatan personal. Dilakukan sendirian, atau setidaknya bersendirian. Pernah beberapa kali mencoba terlibat dalam aktivitas menulis bareng, ketika beberapa orang berkumpul dan mengetik di atas meja panjang yang sama. Kok rasanya malah enggak nyaman. Bukannya kelar, malah molor dan pikiran malah enggak bisa fokus. Padahal sudah pakai headset, dengar musik, tapi tetap saja lebih lancar saat mengetik terpisah jauh dari mereka.

Kekurangannya: Saat menulis sendirian, hanya ada kita dan pikiran kita sendiri. Ketika harus menulis sesuatu yang sifatnya bukan ekspresi pribadi, tentu tidak ada yang bisa ditanya langsung. Hal ini memang situasional, tapi ya yang sering menulis pasti memahami kondisi ini.

  1. Pipis

Senyaman-nyamannya toilet mal paling premium sekalipun, tetap saja agak risi ketika harus berdiri berderet dengan cowok-cowok lain. Apalagi boker. Kita kan bukan bangsa Romawi kuno yang duduk sebelah-sebelahan, dan bisa boker dengan santainya sambil bercengkerama. 😀

Kekurangannya: Kalau pipis sendirian, paling apes yang diganggu setan penunggu toilet.

  1. Tidur
Foto: Flickr
Foto: Flickr

Ini tidur dalam arti sebenarnya lho ya. Tidur yang matanya terpejam, kadang-kadang bisa mendengkur, kadang-kadang sambil mangap dan ada ilernya. Saat tidur sendiri, satu Kasur atau spring bed jadi milik sendiri. Bebas pose tidur paling nyaman. Bebas dipenuhi bantal dan guling buat dikempit, biar tidurnya nyenyak. Soalnya, kalau ngempit selain guling, ya malah enggak tidur-tidur. :p

Kekurangannya: Bisa bikin denial kalau kadangkala kesepian juga. Hahaha!

  1. Masturbasi
Ilustrasi: gurl.com
Ilustrasi: gurl.com

Aktivitas yang satu ini memang dilakukan kala sendirian. Bila tidak sendirian saat itu, ya ngapain merancap?

Kekurangannya: Tidak ada partnernya.

[]

12 respons untuk ‘Sendirian Itu Juga Bisa Menyenangkan

  1. Suka tulisan ini.. aku banget. Selain ndak suka keramaian, sendiri itu sesuatu 😊😆
    Apalagi pas pengen puisian ato baca buku, butuh ruang sendiri, ndak peduli orang lain. *tjurhat

    Suka

  2. Jadi ingat beberapa bulan lalu pas Dragono belom pindah ke Jakarta, lagi lewat hbs makan siang (kebetulan sendirian juga) ehh ga sengaja liat penampakannya Gono lg makan bubur (bubur kan ya? apa soto ayam? :D) sendirian juga…langsung disamperin deh..ngobrol2 bentar….kayaknya itu kali terakhir ya bertemu dirimu…and then you moved to Jakarta to pursue your dream (eh bener kan ya…ke Jakarta utk mengejar mimpi? apa mengejar seseorang? hehehehe)

    Suka

  3. Hampir semuanya sering dilakuin sendiri. Plus nonton konser. 3 tahun nonton Javajazz sendirian selama 3 hari, asik-asik aja sih. Soalnya temen nggak ada yang pada mau diajakin gara-gara nggak ngerti katanya 😢 *lalu curhat

    Tapi momen nonton konser dan nonton bioskop itu jujur aja lebih seneng sendiri sih. Soalnya kalau ada temen, jadi nggak konsen (ya nanya-nanya terus pas nonton, ya ogah-ogahan pas diajak karena nggak suka dan akhirnya jadi bete dianya, dll)

    *duh, maaf komen panjang lebar. curhatnya keterusan 😳

    Suka

  4. 8 dari list sepuluh di atas kerap saya lakukan sendiri… kadang suka di tanyain : ” Emang seru kalau nonton sendiri? Seru aja sih… lebih fokus dan nyaman. Dan, nontonnya biasa di bioskop yang nggak terlalu ramai plus weekdays 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s