Mlekoh Kemranyas

​Bahasa Inggris punya setidaknya 78 kata untuk mengekspresikan rasa. Bahkan 156 dalam kamus modern mereka. Ndak sekedar manis, asam, asin, pahit dan gurih. Tapi berkembang dari acerbic, rancid , umami (Jepang) sampai zesty.

Misal, untuk Bihun Kari Ayam Rumah Makan Tabona di Medan. Dengan mudah rasanya dideskripsikan sebagai: thick and savoury with a kick of creamy spicy chicken broth. Dalam Bahasa Indonesia: gurih pekat dengan tendangan rasa pedas kari kaldu ayam.

Bihun Kari Ayam Tabona

Kenyataannya ndak sepedas itu. Bahkan, ndak seperti kari India atau Thailand. Ia memang pekat, tapi cukup ringan kalau harus dibandingkan Lontong Sayur Medan dengan kuah tauco-nya. Sejinak kari Jepang, tapi ndak sekental itu. Bingung kan?
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan rasa sebagai tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam terhadap indra pengecap, atau panas, dingin, nyeri terhadap indra perasa. Ada betulnya, tapi rasa makanan lebih dari itu. Ia juga melibatkan pengalaman tekstur, konsistensi, bau dan warna.

Seorang kawan mendeskripsikannya hanya dalam dua kata yang menurutku lebih tepat dari apapun diatas itu. Bihun Kari Ayam Tabona rasanya “Mlekoh Kemranyas.

Kita sering kewalahan menemukan padanan rasa dalam Bahasa Indonesia yang relatif muda. Untungnya Bahasa Indonesia bisa meminjam aneka lema Bahasa Nusantara yang lebih tua. Jawa, Sunda, Melayu punya segudang kata untuk rasa.

Mlekoh (Jawa, Sunda: Lekoh) berarti kental, pekat dan nendang. Sekaligus mengandung unsur gurih (umami) dan lembut (creamy) tanpa harus berpanjang-panjang dalam tulisan. Sementara, Kemranyas (Jawa) artinya terasa agak panas karena pedas ringan yang ndak terlalu ekstrim (Ngajeletot, Sunda). Kemranyas juga mengindikasikan aneka rempah yang secara keseluruhan menimbulkan efek panas di mulut. Kita ndak harus tau jenis rempahnya. Tapi tau apa yang lidah rasakan karena mereka.

Mlekoh Kemranyas efisien dan kaya. Bebas interpretasi tanpa membelokkan arti sebenarnya.

Ada baiknya Bahasa Indonesia mengadopsi aneka kata rasa ini untuk memperkaya ragam lisan dan tulisannya. Kata lain yang sering dipakai dalam mengekspresikan rasa seperti:

Kecut (Jawa): Asam yang tajam seperti rasa lemon, mangga muda, dan makanan lain yang serupa.
Apek (Jawa): rasa dengan bau lemak teroksidasi (rancid) seperti pada minyak goreng lama, minyak samin dan lainnya.
Nyelekit (Jawa. Sunda: Jeletot): Pedas ekstrim. Menimbulkan efek sakit.
Sepet (Jawa): rasa asam kesat seperti pada jambu biji, mangga mengkel, salak dan lainnya.
Langu/segrak (Jawa): rasa dengan efek bau yang tajam seperti pada daun kemangi, daun ketumbar, arugula dan sejenisnya.
Masir (Melayu): rasa dengan efek pasir seperti pada kuning telur asin, kelapa kopyor, atau tobiko (telur ikan).
Semangit (Jawa): rasa dengan efek aroma busuk karena fermentasi lewat waktu seperti pada oncom, tempe bongkrek dan lainnya.
Kemripik (Jawa): rasa dengan efek renyah seperti pada peyek, krupuk, kripik kentang, bawang goreng dan sejenisnya.
Giung (Sunda): rasa manis yang berlebihan.
Mawur (Jawa): rasa dengan efek rontok (crumbly) seperti pada nasi pera, kue kering dan sejenisnya.
Amis (Jawa. Sunda: Anyir): rasa dengan efek bau tajam khas bahan makanan laut seperti ikan, kerang dan moluska. Atau koagulasi darah (mahruz).
Kelet (Jawa): rasa dengan tekstur lengket (gooey) seperti pada madu, karamel dan sejenisnya.
Njendal (Jawa): rasa dengan tekstur lengket berlemak seperti gajeboh (Minang), gulai kambing dingin dan lainnya.

5 respons untuk ‘Mlekoh Kemranyas

  1. terkadang ada bbrp bahasa/kata-kata daerah (lokal) yg bila di-bahasa indonesia-kan atau didefinisikan maka maknanya jadi agak kurang mantep hehehe :)…tapi tetep perlu didefinisikan sih spya bisa dimengerti yg lain. Oiya “nyelekit” bukan hanya bisa dipakai utk mengekspresikan rasa, tapi juga yg lain : omongannya nyelekit artinya ucapannya pedes, menusuk, menyinggung perasaan, mgkn semacam nyinyir lah ya

    Disukai oleh 1 orang

  2. Kalo di Palembang, ada istilah “Letar” yang artinya efek rasa pahit atau “kelat” yang bertahan lama di lidah. Sering digunakan sehabis makan jengkol yang terlalu matang atau umbut rotan (rotan muda) yang terlalu lama disimpan.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s