Hari Korban

Anakku, dapat tugas menulis dari sekolahnya. Tema Idul Adha. Mesti melibatkan keluarga, kawan atau tetangga dekat. Mungkin karena alasan gampang, Sekar pilih aku sebagai korban. Pertanyaannya:

Kalo om diperintah tuhan untuk nyembelih aku, gimana?

The Sacrifice of Isaac by Caravaggio

Aku meremehkan tugas ini. Salah. Ini pertanyaan berat. Aku bisa berbohong demi nilai bagus dan etis. Bisa juga ndak jawab, tapi terlampau egois. Sementara, jawaban apa adanya bisa berakibat fatal.
Satu hal yang ndak diinginkan dunia dari manusia: menjadi diri sendiri. Sebagai kumpulan sosial, kita punya standar-standar. Sepatutnya ditaati, agar masuk dalam kumpulan sosial. Waktu menjadi diri sendiri keluar dari pakem, kumpulan ini akan mengidentifikasikannya sebagai pembangkang. Entah baik atau buruk, si pembangkang harus siap hidup di luar lingkaran. Dikucilkan. Bahkan untuk kasus iman, hukuman mati.

Meski manusia mengakui unik antara satu dan lainnya. Menyangkal hal ini sudah jadi konsensus bersama. Kita hidup di era berbeda itu dosa.

Ah, bisa jadi aku terlalu khawatir. Sekar udah besar. Generasi yang ndak lagi kenal kertas koran, harusnya lebih terbuka dengan perbedaan. Pun, perbedaan ini nanti lebih jadi bekalnya belajar ketimbang doktrin ribuan taun yang ndak mau berubah.

“Om mendingan masuk neraka ketimbang nyembelih Kakak.”
“Aku harus tulis apa nih?’
“Ya udah tulis gitu aja tadi…”
“Nanti guru aku kaget dong?”
“Gini, sekarang Kakak yang jawab. Kalo tuhan perintah kakak untuk bunuh Om Gendut, gimana?”
“Tuhanku ga gila gitu ooommm…”

3 respons untuk ‘Hari Korban

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s