Ketika PokeStop diperkenalkan dalam permainan Pokemon Go, maka cita-cita banyak orang untuk memiliki pohon uang hadir. Pokestop adalah mata air sekaligus mesin ATM tak berbatas yang sanggup memberikan apa saja selama kita dekat dengannya. Poke ball, Great ball, Potion (cairan penyembuh), Super potion (cairan penyembuh yang lebih manjur dari potion), Razz berry (buah kesukaan monster), telor, Inkubator telor, dan terutama jika diberi Lure (umpan) maka sekawanan monster akan berdiam diri di “pohon uang” kita.
Kenapa disebut pohon uang? Karena selayaknya mesin atm yang tanpa punya angka yang tercantum dalam rekening, kita bisa mendapatkan sejumlah lembaran uang kertas, pokestop dengan baik dan sewajarnya menjalankan peran sebagai pohon uang itu.
Beruntunglah pemain yang tinggal dalam area pokestop. Siang malam tak akan kehabisan modal berupa poke ball. Juga bagi yang kantornya, kampusnya, kos-kosannya banyak pokestop. Mereka bagaikan lahir dari keluarga yang kekayaannya tak akan habis hingga tujuh turunan. Mereka yang bergelimang poke ball.
Bagi seorang muslim, maka anggap saja poke stop, yang kebetulan berada di areal mushola, seperti diminta untuk rutin ibadah. Jika sholat cukup lima waktu, maka poke stop boleh dikunjungi setiap lima menit. Mendekatlah padanya. Lalu lakukan ritual memutar pendulum berporos, maka segala amalan dan rejeki berupa poke ball, potion, telor akan berhamburan. “Barang siapa yang mendekat kepadaku, maka akan kuberikan sebagian kecil dari rejekiku”.
Karena poke stop-lah maka para pemain akhirnya keluar rumah untuk mendapatkan sesuatu. Poke stop menjadi tulang punggung permainan ini. Maka, jangan heran jika banyak orang sekarang lebih menyukai mengunjungi Grand Indonesia dibanding Plaza Indonesia, Lebih menyukai berlari di tugu Monas daripada di Senayan, yang kesemuanya hanya karena poke stop dengan taburan bunga sakura, tanda pohon uang yang telah diberkati dengan umpan.
Maka, bisa jadi, pada akhirnya lewat google, Niantic, akan menerima orderan sponsor berupa permintaan peletakan lokasi poke stop agar loka-nya banyak dikunjungi orang. Atau jika tak sabar menunggu kemungkinan itu, bagi yang lokasi bisnisnya kebetulan terdapat poke stop dapat menyisihkan sedikit uang untuk belanja lure dan senantiasa memberikan “sesajian lure” tersebut agar pokestop di lokasinya terus bermekaran dan berguguran. Dijamin, kafenya akan menjadi meeting point favorit kawula pokemon.
Bagi yang belum pernah memainkan permainan ini, maka mohon dimaklumi saja. Namun perlu diwaspadai bahwa pada akhirnya arah permainan akan menurus pada irisan kehidupan kita sehari-hari. Segera lah bermain dan ikuti. Bisa jadi ini memang juga meansyikan bagi Anda. Gim dengan corak Virtual Reality, Augmented reality dan reality-reality lainnya. Jika dalam filem Divergent, setelah sang jagoan jelita disuntik cairan dia akan masuk dalam alam halusinasi-imajinasi, maka sepertinya arah permainan kita justru terbalik. Bukan kita masuk dalam dunia permainan penuh imajinasi, melainkan permainan yang masuk dalam realitas hidup kita. Secara sadar tanpa mata terpejam.
Niantic kali ini baru menggunakan titik koordinat. Bisa jadi di kemudian hari mereka atau siapapun pihak lain dapat memanfaatkan titik altitudo alias ketinggian. Sehingga dalam satu kawasan gedung, setiap lantai memiliki poke stop masing-masing. Memiliki perbedaan jenis monster, walaupun dalam titik koordinat yang sama.
Sampai sejauh ini saya menganggap pokemon adalah singkatan dari pocket monster. Karena dalam permainan ini kita mengumpulkan monster yang dapat menjadi qorin. Melindungi dan menjaga tuannya. Tapi saat ini saya tersadar, bahwa di era saat ini semua orang telah memiliki pocket monster-nya masing-masing, yaitu gawai seluler yang kita genggam saat ini. Ajaibnya, tidak hanya dipercaya untuk mencari monster.
Malah, lebih banyak yang berharap mendapat jodoh.