Tak tuk drrrt tak tuk drrrt bunyi layar hape Maria yang lagi kirim broadcast message untuk semua kenalannya. Menanyakan malaikat mana yang menghamilinnya tempo hari waktu pesta di Bouley, New York. Maria sebel. Bukan cuma ndak bertanggung jawab, tapi sudah dua jam pertanyaannya belum juga dijawab.
Biar lah, pikir Maria. Dia beranikan diri tulis email untuk boss-nya malaikat. Maria kenal betul siapa-siapa saja anak buah Bapa di Surga yang datang ke pesta. Panjang lebar Maria mencak-mencak di email. Meski ndak bilang diperkosa, tapi ya jangan lepas tangan gini. Malaikat kok kelakuannya kayak Demit? Mau enaknya aja. Kalau sampai jabang bayi ini lahir ndak ada bapaknya, apa kata orang-orang di kampung Nazareth nanti? Simbok pasti malu. Bapak juga malu.
Klik, email terkirim. Ndak sampai 10 detik, email balasan dari Bapa di Surga masuk. Subject-nya: Mailer Daemon. Entah karena inbox Bapa di Surga kepenuhan, atau akun Maria dianggap spam? Kepalanya mendidih. Dia banting gelas Baccarat ke lantai, sambil mengumpat: Fuck, tiga kali. Maria copy semua isi emailnya, dan kirim SMS aja. Saking panjangnya, SMS Maria diterima Bapa di Surga dalam 4 sambungan yang ndak berurutan.
Bapa di Surga bingung. Dia forward SMS itu ke Lucifer sambil tanya, apa sih neeik maksudnya? Lucifer lagi ngopi, buru-buru copy-paste isi SMS dengan susunan yang betul. Lalu kirim kembali pakai WhatsApp sambil kepo: “Nah lo!”
Ndak mau ladeni penasaran Lucifer, Bapa di Surga langsung balas SMS Maria: “Maria terkasih. Jangan buruk sangka. Jangan gundah. Bukan salah Malaikat. Tapi itu anakku. Anak kita.”

Maria shock! Seketika lemes. Untung berdiri dekat sofa. Jadi bisa selonjoran sebentar. Ia tenggak Chardonnay langsung dari botolnya. Tangan kirinya pegang jidat. Pikirannya melayang-layang ke Nazareth. Terbayang satu wajah laki-laki yang ia cintai. Wajah yang senyumnya susah dilupakan waktu Maria pamit sekolah mode di Parsons. Ini bukan hal kecil. Nasibnya sama dengan Alcmene dan Kunti. “Ah, iya!”
Maria bikin group chat. Dia undang Alcmene tapi lupa nomornya Kunti.
“Eh Maria, group chat kok cuma berdua?”
“Lu punya kontaknya Kunti Ne?”
“Keapus waktu iPhone gue dicopet Minotaur di Turin. Bentar ya gue tanyain ke Dewi Sri.”
“Sekalian lo undang deh Ne.”
“Siapa? Si Sri?”
“Gila lo! Kunti doong, ngapain Dewi Sri ikutan di sini?”
“Oh iya. Bentar…”
Selang 5 menit. Maria, Alcmene dan Kunti sudah kumpul di Group WhatsApp. Nama group-nya: Korban Ilahi.
“Tes… Hi Maria. Halo Alcmene!”
“Apa kabar Ti? Lama kita ndak ketemuan. Pandu sehat?”
“Alhamdulillah Ne. Amphitryon sehat juga kan?”
“Sehat doong. Mana nih Maria?”
“Hai haai. Gue mau curhat sama kalian. Kalian kan yang lebih pengalaman. Gue hamil!”
“Wah, selameet! Lo nikah sama siapa sih Mar?”
“Nah justru itu Ne. Laki gue kan jauh di Nazareth. Udah setaun ini ndak ketemu. Masa gue hamdun coba?”
“Nah. Terus Bapaknya siapa Mar?”
“Gue pikir tadinya kan Malaikat siapalah gitu waktu mabok bareng di Bouley. Eh taunya ini anak Bapa di Surga! Panik gak sih loo?!”
“Welcome to the club banget Maria! Gue pikir cuma si Kunti doang yang panik sampe Karna dikasiin ke tukang jaga kuda.”
“Ya kan dulu masih muda gue Ne. Surya juga main kabur gitu aja dan gue udah tunangan. Kebayang kan?”
“Iyasih. Gue breakup bo sama suami waktu dia tau gue hamdun sama Zeus.”
“Wajar kan gue takut? Mesti bilang apa ke Simbok sama Bapak coba?”
“Mar. Dulu waktu Surya gituin gue, gue juga takut. Tapi percaya deh, anak lo bakal jadi sesuatu.”
“Gitu ya Ti?”
“Ya jujur aja sih Mar. Namanya juga laki-laki. Ndak tuhan, ndak orang biasa. Bajingan semua! Tapi bener kata Kunti, Hercules juga jadi sesuatu.”
Maria agak lega. Selain dia ndak sendirian, Maria juga tau apa yang harus dilakukan. Anak ini nanti minimal bisa sekuat Hercules atau sebijak Karna. Maria mau menyampaikan kabar semi-bahagia ini langsung. Toh, seminggu lagi mudik lebaran. Jaman Pokemon Go gini ndak perlulah mikirin orang lain. Orang juga belum tentu mikirin kita, pikir Maria. Intinya Simbok dan Bapak ngerti. Yang lain biar tau dari Path aja. Tapi pikirannya masih ngganjel, wajah laki-laki yang ia cintai itu kembali lagi;
“Siapa sih Mar?”
“Malu gue Ti…”
“Ayo laah, palingan kita-kita gak kenal juga.”
“Orang biasa aja sih Ne, namanya Marwoto.”
“……….”
“……….”
endingnya… Jadi Surah Maryam di Al-quran bukan Surah Ibu Ahmad atau Surah Aisyah (istri Ahmad paling muda,umur 6 tahun)
SukaSuka
aku ga tau deh itu si karna siapa
beneran
SukaSuka
karena chardonnay lebih menenangkan daripada smirnoff ice
SukaSuka
DUH,
KOQ KEREN!
XD
SukaDisukai oleh 1 orang
Epic!!
SukaDisukai oleh 1 orang
dafuq did I just read
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha… banyak yang kecele
SukaDisukai oleh 1 orang
lha kok marwoto? bukan joko si tukang kayu?
SukaDisukai oleh 1 orang
Belum kenal Mbak. Nanti pas hamil 2 bulan, putus sama Marwoto. Joko si tukang kayu dateng… *jadi serius
SukaSuka
Monyong!
Hahahaha!
SukaDisukai oleh 1 orang
endingnya gimana sih ini hahahaha otakku ga nyampe mikrinya hahahahahhahaha sad
SukaDisukai oleh 1 orang