Berawal dari obrolan sesama manusia lajang kualitas mutakhir (dari segi kematangan, kecerdasan juga usia). Awalnya mengulas dan mengupas tentang hubungan sebelumnya. Apa yang menyebabkan perpecahan, dan apa yang membuat tidak bisa berjalan lancar. Lalu topik beranjak ke aplikasi kencan yang banyak digunakan. Rasio suksesnya, berapa banyak dapat pesan yang kurang cerdas, maupun yang langsung menjurus mengajak berhubungan seks tanpa basa basi berpanjang-panjang. Para lajang setuju kalau sepertinya usia sudah terlalu matang, jadi syarat juga sudah semakin panjang untuk melakukan hal ini dengan seseorang yang tidak dikenal baik (kecuali kepepet).

Tiba-tiba salah satu dari mereka bercerita, kalau ada salah satu temannya yang baru saja tunangan untuk menikah dengan pria yang kata teman saya “the man of her dreams”. Lalu temannya yang tadinya mendengarkan dengan khusyuk, menanyakan kembali mengenai definisi pria impian. Yang memulai bercerita pun mengatakan, kalau temannya yang baru bertunangan ini punya daftar panjang kriteria calon pasangannya. Dan calonnya ini hampir memiliki semua yang ada di daftar ini kecuali 3 atau 4, itu pun bukan dari yang prioritasnya tinggi. Temannya itu ternganga, “people still make list like that??”
Temannya yang lain mengiyakan, dan mengaku kalau dia pun punya daftar seperti itu. Dan sekarang di antara para single itu, dia termasuk yang beruntung memiliki pacar, walau long distance yang looong sekali, alias beda benua. Dan teman ini mengaku kalau pacarnya yang sekarang pun memenuhi hampir semua dari kriteria yang ada di daftarnya itu.

Para single lain pun terdiam. Apakah ternyata membuat daftar seperti ini baik untuk mindset yang lebih positif ketika memilih pasangan? Apa selama ini sikap mereka yang tidak terlalu spesifik dan menuruti kata hati ternyata sedikit banyak menyumbang kegagalan yang mereka alami sekarang? Hmm…
Akhirnya tiga orang yang masih single memutuskan untuk membuat daftar versi mereka. Kemudian bertanya, apa yang kira-kira termasuk ke dalam daftar tersebut? Berkonsultasi dengan temannya, disarankan untuk memasukkan yang spesifik saja, tidak yang umum seperti ‘baik hati’ atau ‘ganteng’. Tetapi bagaimana kalau kebaikan hati itu sangat penting? Masa tidak perlu dimasukkan juga? Yaaa bebas saja sih, kata teman yang sudah membuat daftar, mengangkat bahu.
Salah satu lajang kemudian menceritakan kejadian ini ke sahabatnya, yang kemudian terkekeh agak geli. Loh, kenapa? Dia bertanya. Sahabatnya mengatakan kalau bukannya daftar seperti ini sebaiknya dibuat di usia 20-an? Tetapi menurut dia daripada tidak sama sekali, toh dia sedang dalam keadaan tidak berpasangan. Kalau nanti ternyata ada yang sedang dekat, jika punya daftar, bukannya menjadi lebih mudah untuk mencocokkannya? Benar juga sih, tak ada salahnya, kata sahabatnya.
Lalu dia pun bertekad akan membuatnya. Tetapi dia tetap bingung bagaimana memulainya. Apa yang kira-kira kriteria paling penting untuk dia ya? Fisik? Kecerdasan? Value? Ambisi?
Prioritas nomor 1. Kaya
SukaSuka
Kalau orang dulu dulu banget dah… mulai dari bibit bebet bobot , tapi nggak yakin deh usia 20an jaman sekarang mikirin begituan. tapi bisa jadi…..
SukaSuka
Kalau bebet bibit bobot kan seringnya dari PoV orang tua ya. Kalau daftar ini lebih ke pribadinya nggak sih? Thoughts?
SukaSuka
Kalo aku dua aja kriterianya: punya penis dan bernapas
SukaSuka
ah gan, kalau cuma untuk diduduki ya iya. Asal jangan bau badan deh.
SukaDisukai oleh 1 orang
buka Keep
To do list: anyone that moves
– jones
SukaSuka
Included in my list: to be able to flirt in gestures that normal people would understand.
SukaSuka
Semuanya. Tinggal prioritaskan saja (?)
SukaSuka
iya ya, enel uga. Tapi semua penting gimana dong.
SukaSuka